Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Di
antara sifat lainnya dari ‘ibadurrahman -yaitu hamba Allah yang
beriman- yang disebutkan dalam ayat selanjutnya dari surat Al Furqan
yang kita ulas kemarin adalah rajin shalat malam. Yaitu mereka biasa
melewati waktu malam mereka dengan shalat tahajud atau shalat malam.
Sifat ketiga: Rajin shalat malam
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
“Dan
(mereka ibadurrahman adalah) orang yang melalui malam hari dengan
bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al Furqan: 64).
Kata
“sujjada” adalah bentuk jamak dari kata
“saajid” (ساجد ). Sedangkan “qiyama” (قياما),
maksudnya adalah mereka (rajin) shalat lail (shalat malam). (Tafsir Al
Jalalain, 365)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah
menjelaskan, “Mereka banyak mengerjakan shalat malam dengan
ikhlas kepada Allah dalam keadaan tunduk pada-Nya.” (Taisir Al
Karimir Rahman, 586)
Ayat yang semisal dengan firman Allah di atas,
كَانُوا قَلِيلا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالأسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Adz Dzariyat: 17-18)
Juga firman Allah,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya (karena seringnya mereka melakukan
shalat malam), sedang mereka berdo’a kepada Rabbnya dengan rasa
takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.” (QS. As Sajdah: 16)
Allah Ta’ala juga berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah
kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?” (QS.
Az Zumar: 9)
Perkataan Salaf Tentang Shalat Malam
Motivasi lain agar semakin mendorong kita untuk giat shalat malam, silakan dilihat dalam perkataan para salaf berikut ini:
Mu’adz
bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Shalat hamba di
tengah malam akan menghapuskan dosa.” Lalu beliau membacakan
firman Allah Ta’ala,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
“Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya, …” (HR. Imam Ahmad dalam
Al Fathur Robbani 18/231. Bab “تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ “)
‘Amr
bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Satu
raka’at shalat malam itu lebih baik dari sepuluh rakaat shalat di
siang hari.” (Disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif
Ma’arif 42 dan As Safarini dalam Ghodzaul Albaab 2/498)
Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Barangsiapa
yang shalat malam sebanyak dua raka’at maka ia dianggap telah
bermalam karena Allah Ta’ala dengan sujud dan berdiri.”
(Disebutkan oleh An Nawawi dalam At Tibyan 95)
Ada
yang berkata pada Al Hasan Al Bashri , “Begitu menakjubkan orang
yang shalat malam sehingga wajahnya nampak begitu indah dari
lainnya.” Al Hasan berkata, “Karena mereka selalu
bersendirian dengan Ar Rahman -Allah Ta’ala-. Jadinya Allah
memberikan di antara cahaya-Nya pada mereka.”
Al Hasan Al Bashri juga mengatakan, “Sesungguhnya karena sebab dosa seseorang menjadi terhalang untuk shalat malam.”
Abu
Sulaiman Ad Darini berkata, “Orang yang rajin shalat malam di
waktu malam, mereka akan merasakan kenikmatan lebih dari orang yang
begitu girang dengan hiburan yang mereka nikmati. Seandainya bukan
karena nikmatnya waktu malam tersebut, aku tidak senang hidup lama di
dunia.” (Lihat Al Lathoif 47 dan Ghodzaul Albaab 2/504)
Imam
Ahmad berkata, “Tidak ada shalat yang lebih utama dari shalat
lima waktu (shalat maktubah) selain shalat malam.” (Lihat Al
Mughni 2/135 dan Hasyiyah Ibnu Qosim 2/219)
Tsabit
Al Banani berkata, “Saya merasakan kesulitan untuk shalat malam
selama 20 tahun dan saya akhirnya menikmatinya 20 tahun setelah
itu.” (Lihat Lathoif Al Ma’arif 46). Jadi total beliau
membiasakan shalat malam selama 40 tahun. Ini berarti shalat malam itu
butuh usaha, kerja keras dan kesabaran agar seseorang terbiasa
mengerjakannya.
Ada
yang berkata pada Ibnu Mas’ud, “Kami tidaklah sanggup
mengerjakan shalat malam.” Beliau lantas menjawab, “Yang
membuat kalian sulit karena dosa yang kalian perbuat.” (Ghodzaul
Albaab, 2/504)
Lukman
berkata pada anaknya, “Wahai anakku, jangan sampai suara ayam
berkokok mengalahkan kalian. Suara ayam tersebut sebenarnya ingin
menyeru kalian untuk bangun di waktu sahur, namun sayangnya kalian
lebih senang terlelap tidur.” (Al Jaami’ li Ahkamil
Qur’an 1726)
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Baiknya batin sebenarnya akan
menampakkan baiknya lahiriyah walaupun seseorang tidak memiliki tampan
yang elok. Sebenarnya, seseorang akan semakin elok karena semakin
baiknya batin yang ia miliki. Seorang mukmin akan mendapatkan keelokan
tersebut tergantung pada kadar imannya. Jika yang lain melihatnya, maka
pasti akan menaruh perhatian padanya. Dan siapa saja yang berinteraksi
dengannya, pasti akan mencintainya dikarena keelokan yang tampak ketika
memandangnya. Maka boleh jadi engkau melihat orang yang sholeh dan
sering berbuat baik serta memiliki akhlak yang mulia, engkau lihat
kelakuannya sungguh amat baik, padahal boleh jadi wajahnya itu hitam
dan kurang menarik. Lebih-lebih jika Allah memberinya karunia (dengan
wajah yang cerah) karena dia giat shalat malam. Sungguh shalat malam
itu akan membuat wajah semakin cerah dan indah kala dipandang.”
(Roudhotul Muhibbin, 221)
Moga
shalat malam bukan hanya jadi rutinitas tatkala di bulan Ramadhan saja.
Amalan yang terbaik dan dicintai oleh Allah adalah yang terus dijaga
kontinu di bulan Ramadhan dan di bulan lainnya. Sungguh keutamaan
shalat malam amat luar biasa. Dapat mencerahkan dan memperindah wajah
seseorang. Sebagaimana kata sebagian salaf,
مَنْ كَثُرَتْ صَلاَتُهُ بِاللَّيْلِ حَسُنَ وَجْهُهُ بِالنَّهَارِ
“Siapa yang banyak shalatnya di malam hari, wajahnya akan begitu berseri di siang hari.”
Dan masih banyak keutamaan shalat malam lainnya yang dapat dirasakan di
dunia, bahkan lebih nikmatnya lagi ketika di akhirat kala berjumpa
dengan Ar Rahman. Semoga kita bisa meraih sifat ‘ibadurrahman
yang satu ini. Semoga Allah memudahkannya.
Pembahasan
sifat ‘ibadurrahman dalam surat Al Furqan yang lainnya, insya
Allah akan kami teruskan pada artikel lainnya dengan izin Allah.
Baca pula tentang Panduan Shalat Tahajud dan Panduan Shalat Witir.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wallahu waliyyut taufiq.
Referensi:
- Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuthi, terbitan Maktabah Ash Shofa, cetakan pertama, 1425 H.
- Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
- Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah , cetakan pertama, tahun 1423 H.
- Sifat Shalat Qiyamil Lail, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Al Khuzaim, Taqdim: Syaikh Sholeh bin Fauzan Al Fauzan, terbitan Darul Qosim.
_________________
Panggang-Gunung Kidul, 16 Sya’ban 1432 H (17/07/2011)
www.rumaysho.com
www.rumaysho.com
Share Ulang:
- Cipeuteuy, Cinunuk
- from= https://rumaysho.com/1869-sifat-ibadurrahman-2-rajin-shalat-malam.html