Allah Ta’ala berfirman :
“Dan berikanlah
keshalihan kepadaku (dengan juga memberikan keshalihan itu) kepada anak cucuku” (QS. Al-Ahqaf [46]: 15)
“Wahai Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku termasuk orang yang tetap mendirikan shalat,
wahai Rabb kami, perkenankanlah do’aku” (QS. Ibrahim [14]: 40)
Imam al-Bukhari rahimahullah, diantara sebab beliau
menjadi anak yang shalih adalah karena keshalihan ayahnya yaitu Abul Hasan
Isma’il bin Ibrahim…
Ahmad bin Hafsh berkata :
“Aku masuk menemui Abul Hasan Isma’il bin Ibrahim
tatkala ia hendak meninggal. Maka beliau berkata : “Aku
tidak mengetahui di seluruh hartaku ada satu dirham yang aku peroleh dengan
syubhat” (Taariikh ath-Thabari 19/239 dan Tabaqaat asy-Syaafi’iyyah
al-Kubra II/213).
Allah Ta’ala berfirman :
“Adapun dinding rumah itu
adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang “ayahnya adalah seorang yang shalih”,
maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu…” (QS.
Al-Kahfi [18]: 82)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Dikatakan bahwa ayah
(yang tersebutkan dalam ayat di atas) adalah
ayah/kakek ke-7, dan dikatakan juga kakek yang ke-10. Dan apapun pendapatnya
(kakek ke-7 atau ke-10), maka ayat ini merupakan
dalil bahwasanya seseorang yang shalih akan dijaga keturunannya”
(Al-Bidaayah wan-Nihaayah 1/348).
Lihatlah bagaimana Allah menjaga sampai keturunan
yang ke-7 karena keshalihan seseorang…
Sa’iid bin Jubair rahimahullah berkata :
“Sungguh aku menambah
shalatku karena putraku ini“
Berkata Hisyam : “Yaitu karena berharap agar
Allah menjaga putranya” (Tahdziibul Kamaal X/366 dan Hilyatul Auliyaa’
IV/279)
Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata :
“Setiap mukmin yang
meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya
setelah itu” (Jami’ al-‘Ulum wal Hikam 1/467)
Sekarang coba renungkan, apakah sudah termasuk
orang-orang yang shalih…? Banyak beribadah…? Selalu menjaga diri untuk tidak
memakan dan membeli dari harta yang syubhat…?
Maka janganlah seseorang heran jika mendapati
anak-anaknya keras kepala dan bandel, masih lalai dengan shalat, tidak mau
diajak shalat ke masjid, sulit untuk menghafal al-Qur’an, tidak mau diajak ke
taklim, tidak mau menutupi aurat dll…
“Bisa Jadi”
sebabnya adalah orang tua itu sendiri yang tidak shalih, durhaka kepada orang
tuanya serta memakan atau menggunakan harta haram, sehingga dampaknya kepada
anak-anaknya…
Anak yang tumbuh dari makanan yang haram kelak
menjadi orang yang tidak peduli akan rambu-rambu halal dan haram dalam
agamanya, lalu bagaimana mungkin orang tua akan mendapatkan anak yang shalih…?
Akan tetapi pada asalnya insya Allah jika seorang
ayah atau ibu itu shalih dan shalihah, maka Allah Ta’ala pun akan menjaga
anak-anaknya…
Wahai Saudaraku…
Inginkah anakmu menjadi shalih dan shalihah…?
Ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, serta
berbakti kepada kedua orang tuanya…?
Dan jika engkau menginginkannya…
Lalu sudahkah engkau shalih sebagai orang
tua…?
Allah Ta’ala berfirman :
“…Sesungguhnya
orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri
dan keluarganya pada hari kiamat…” (QS. Az-Zumar [39]: 15)
Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى
____________________________
Share Ulang
- Favehotel, Tasikmalaya
- from= http://bbg-alilmu.com/archives/34968