Islam Pedoman Hidup: Interaksi dengan Al-Qur'an

Selasa, 17 November 2015

Interaksi dengan Al-Qur'an

Allah menurunkan Al-Qur’an untuk kemaslahatan umat manusia. Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk yang harus dijadikan pedoman oleh setiap insan yang mengharapkan keselamatan dunia dan akhirat. Tidak ada kitab yang mampu menjelaskan arti kehidupan dengan benar selain Al-Qur’an. Allah berfirman :
الَمَ * ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لّلْمُتّقِينَ
“Alif Laam Miim. Inilah kitab tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertaqwa” [QS. Al-Baqarah : 1].
Dalam ayat lain, lebih tegas Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk kepada jalan yang paling lurus. Allah berfirman :
إِنّ هَـَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشّرُ الْمُؤْمِنِينَ الّذِينَ يَعْمَلُونَ الصّالِحَاتِ أَنّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” [QS. Al-Israa’ : 9].
Kandungan Al-Qur’an selain sarat dengan kemaslahatan umum, juga merupakan kumpulan dari seluruh kebaikan yang tersimpan dalam kitab-kitab samawi terdahulu. Al-Qur’an berperan sebagai muhaimin, yaitu barometer penilaian. Kebaikan adalah yang dinilai baik oleh Al-Qur’an. Kejelekan adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan semangat Al-Qur’an. Allah berfirman :
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقّ مُصَدّقاً لّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu” [QS. Al-Maidah : 48].
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai syifaa’ (obat) bagi berbagai penyakit, terutama penyakit hati. Allah berfirman :
وَنُنَزّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظّالِمِينَ إَلاّ خَسَاراً
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].
Al-Qur’an bebas dari kebathilan, juga terbebas dari kontradiksi ayat-ayatnya. Allah berfirman :
لاّ يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” [QS. Fushshilat : 42].
Ringkasnya, tidak ada kitab yang sempurna di dunia selain Al-Qur’an. Tidak ada petunjuk yang lebih baik daripada petunjuk Al-Qur’an. Tidak ada kitab samawi yang seotentik Al-Qur’an. Kitab-kitab agama lain tidak terjamin kebenaran dan keasliannya. Para tokoh agama mereka telah menodai kesucian dan keabsahannya. Sedangkan Al-Qur’an bersih dari semua itu. Inilah salah satu keistimewaan agama kita dimana landasan agamanya dijaga sendiri oleh-Nya. Allah berfirman :
إِنّا نَحْنُ نَزّلْنَا الذّكْرَ وَإِنّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami (pula) yang menjaganya”[QS. Al-Hijr : 9].
Pertanyaan yang timbul sekarang : Siapa yang sudi memberikan perhatian kepada kitab ini ? Siapa yang akan membacanya dengan penghayatan ? Siapa yang akan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an ? Jawabnya, tentu kita. Siapa lagi yang akan menghormatinya kalau bukan kita, umat Islam sendiri ?
Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendudukkan posisi Al-Qur’an yang berfungsi sebagai sarana mengangkat derajat seseorang sekaligus juga menghinakan kedudukannya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Kitab ini (Al-Qur’an) dan (juga) menghinakan dengannya kaum yang lain” [HR. Muslim dan Ibnu Majah].
Bagaimana agar kita selamat dari ancaman Al-Qur’an yang bisa menghinakan sebagian manusia ? Saudara-Saudaraku, Allah memerintahkan manusia agar merenungkan kandungan Al-Qur’an, tidak hanya sekedar membacanya saja. Al-Qur’an diturunkan agar diperhatikan isinya. Allah berfirman :
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لّيَدّبّرُوَاْ آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكّرَ أُوْلُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” [QS. Shaad : 29].
Dengan tadabbur atau penghayatan dalam membaca, akan terpancarlah petunjuk dan hidayah serta cahayanya akan menerangi kehidupan manusia. Ia akan memperoleh ilmu yang banyak darinya. Al-Aajurriy rahimahullah pernah berkata : “Barangsiapa yang menghayati firman Allah, niscaya akan mengenal Allah. Akan mengetahui keagungan kerajaan dan kekuasaan-Nya serta curahan karunia-Nya yang banyak kepada kaum mukminin. Ia juga mengetahui kewajiban dan senantiasa waspada dari peringatan Allah. Siapa saja yang demikian kondisinya ketika membaca dan menyimak Al-Qur’an, niscaya Al-Qur’an akan menjadi obat penawar baginya. Dia akan merasa berkecukupan meski tanpa harta, percaya diri meski tanpa keluarga. Keinginannya saat membaca Al-Qur’an adalah : Kapan aku bisa mengambil pelajaran dari apa yang kubaca. Bukan kapan aku menyelesaikan surat ini dan itu. Sebab, membaca Al-Qur’an adalah ibadah, tidaklah wajar jika dikerjakan dengan hati yang lalai” [Akhlaqu Hamalatil-Qur’an, hal. 10].
Allah menjelaskan faktor penyebab orang tidak mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus, karena tidak mau memperhatikan nilai-nilai dan bersikap angkuh saat mendengarkan Al-Qur’an. Allah berfirman :
قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَىَ عَلَيْكُمْ فَكُنتُمْ عَلَىَ أَعْقَابِكُمْ تَنكِصُونَ *  مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِراً تَهْجُرُونَ
“Sesungguhnya ayat-ayatKu (Al Quran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari” [QS. Al-Mukminun : 66-67].
Orang-orang kafir Quraisy, mereka menghalangi dakwah Nabi dengan cara melarang masyarakat mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Sebab mereka tahu, pengaruh Al-Qur’an yang besar terhadap ahti-hati manusia. Allah berfirman :
وَقَالَ الّذِينَ كَفَرُواْ لاَ تَسْمَعُواْ لِهَـَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْاْ فِيهِ لَعَلّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka." [QS. Fushshilat : 26].
Allah juga mencela orang mukmin yang tidak khusyu’ ketika mendengar bacaan Al-Qur’an untuk memperingatkan supaya tidak menyerupai orang-orang kafir yang tuli pendengaran dan hatinya dari ayat Allah. Allah berfirman :
أَلَمْ يَأْنِ لِلّذِينَ آمَنُوَاْ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقّ وَلاَ يَكُونُواْ كَالّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS. Al-Hadiid : 16].
Ayat-ayat di atas menunjukkan pentingnya Al-Qur’an dan keharusan untuk menghayati bacaannya. Dengan penghayatan makna yang tersimpan dalam Al-Qur’an, niscaya keimanan seseorang akan bertambah. Ibnul-Qayyim rahimahullah pernah mengatakan : “Tidak ada sesuatu yang paling bermanfaat melebihi manfaat bacaan Al-Qur’an yang diiringi perenungan dan penghayatan”. Beliau menambahkan : : “Seandainya orang-orang mengetahui manfaat besar yang timbul dari membaca Al-Qur’an dengan perenungan, niscaya mereka akan menyibukkan diri dengannya” [Miftah Daaris-Sa’adah, hal. 204].
Oleh karena itu, sebelum memulai membaca Al-Qur’an, semestinya seseorang membekali diri dengan metode praktis agar ia dapat meraih manfaat dari Al-Qur’an. Ibnul-Qayyim rahimahullah menyatakan : “Bila engkau ingin meraih manfaat dari Al-Qur’an, maka kerahkan hatimu sepenuhnya ketika membaca atau mendengarkannya. Fokuskan pendengaran dengan baik. Bersikaplah seperti layaknya seorang yang sedang diajak komunikasi oleh Dzat yang berbicara dengannya (Al-Qur’an)” [Al-Fawaaid, hal. 5].
Dengan kemudahan dari Allah, orang yang mempraktekkan cara ini saat membaca atau mendengarkan ayat Al-Qur’an, akan menggenggam ilmu dan amal sekaligus. Semoga Allah memudahkan kita untuk menghormati kitab-Nya dengan sepenuh penghormatan, sehingga Al-Qur’an menjadi pembela dan pemberi syafa’at kepada kita pada hari Kiamat kelak. Amin.

from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2013/06/interaksi-dengan-al-quran.html