Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى
Syi’ah meyakini bahwa diantara kriteria seseorang imam adalah mengetahui hal yang gahib. Bahkan sebagian referensi mereka dengan tegas menyatakan bahwa imam mereka mengetahui segala hal yang ghaib. Sebagai salah satu implementasinya, para imam mengetahui kapan dan dimana mereka mati, bahkan mereka tidak mati melainkan bila mereka telah menghendakinya.
Berikut beberapa riwayat yang termaktub dalam kitab Al Kafy karya Al Kulainy. Perlu diketahui bahwa agama Syi’ah meyakini bahwa kitab Al Kafy adalah kitab yang paling autentik dan riwayatnya paling shahih, atau setara dengan Sahih Imam Bukhary bagi umat Islam selain mereka.
Riwayat pertama:
عن عبد الواحد بن علي قال قال أمير المؤمنين علي بن أبي طالب عليه السلام: (أنا أورث النبيين إلى الوصيين ومن الوصيين إلى النبيين، وما بعث الله نبيا إلا وأنا أقضي دينه وأنجز عداته، ولقد اصطفاني ربي بالعلم والظفر ولقد وفدت إلى ربي اثني عشر مرة، فعرفني نفسه، وأعطاني مفاتيح الغيب.
“Diriwayatkan dari Abdul Wahid bin Ali, ia mengisahkan: Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib) ‘alaihissalaam berkata: Aku diberi kekuasaan untuk menyampaikan warisan para nabi kepada para washy (imam), dan warisan para washi kepada para nabi. Tidaklah Allah mengutus seorang nabipun melainkan akulah yang melunasi piutangnya dan menepati janjinya. Sungguhnya Allah telah memilihku untuk menerima ilmu dan kemenangan. Aku benar-benar telah menghadap kepada Allah (Tuhanku) sebanyak dua belas kali. Pada setiap kali itulah Allah memperkenalkan dirinya kepadaku dan Dia mengaruniaiku kunci-kunci ilmu ghaib.”( Biharul Anwaar 39/350 & Tafsir Furaat hal: 67.)
Riwayat kedua:
قال أبو جعفر محمد بن علي بن الحسين (114هـ): أما علم ما كان وما سيكون، فليس يموت نبي ولا وصي إلا والوصي الذي بعده يعلمه.
“Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Al Husain (114 H) berkata: “Adapun perihal ilmu tentang segala hal yang telah berlalu, dan juga yang akan terjadi pada masa mendatang, maka tidaklah ada seorang nabipun atau washi (pengemban wasiat sebagai imam-pen) yang meninggal melainkan pengemban wasiat selanjutnya telah mengetahuinya.”( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/240 )
Riwayat ketiga:
عن سيف التمار قال: كنا مع أبي عبد الله عليه السلام جماعة من الشيعة في الحجر، فقال : علينا عين؟ فالتفتنا يمنة ويسرة، فلم نر أحدا، فقلنا: ليس علينا عين، فقال: ورب الكعبة ورب البنية –ثلاث مرات- لو كنت بين موسى والحضر، لأخبرتهما، أني أعلم منهما، ولأنبأتهما بما ليس في أيديهما؛ لأن موسى والخضر عليهما السلام، أعطيا علم ما كان، ولم يعطيا علم ما يكون، وما هو كائن حتى تقوم الساعة، وقد ورثناه من رسول الله صلى الله عليه وآله وراثة.
“Diriwayatkan dari Saif At Tammar, ia mengisahkan: Pada suatu hari kami sekelompoh pengikut agama Syi’ah bersama-sama dengan Abu Abdillah (Ja’far As Shaadiq) di Hijir Ismail. Lalu beliau bertanya: Apakah ada mata-mata yang mengawasi kita? Maka kamipun segera menengok ke kanan dan ke kiri, akan tetapi kami tidak melihat seorang mata-matapun, sehingga kami berkata kepada beliau: Tidak ada seorang mata-matapun yang mengawasi kita. Selanjutnya Ja’far As Shaadiq berkata: Sungguh demi Tuhan Penguasa Ka’bah, dan sungguh demi Tuhan Penguasa Hijir Ismail -tiga kali-, andai aku berada bersama-sama dengan Nabi Musa dan Khidir, niscaya akan aku kabarkan kepada keduanya bahwa aku lebih berilmu dibanding keduanya, dan mereka berdua akan aku ajari ilmu yang tidak mereka kuasai. Yang demikian itu dikarenakan Nabi Musa dan Khidir alaihimassalaam hanya dikaruniai ilmu tentang hal-hal yang telah berlalu, dan tidak dikaruniai ilmu tentang hal-hal yang akan datang, dan yang akan terjadi hingga Hari Qiyamat.Dan sungguh, kami benar-benar telah mewarisi ilmu itu dari Rasulullah .”( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/260-261)
Saudaraku! Anda adalah seorang muslim, tentu anda memiliki hati nurani yang senantiasa memancarkan cahaya keimanan. Coba bandingkan doktrin Shana Syi’ah ini dengan firman Allah Ta’ala berikut:
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاء اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ الأعراف 188
“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku, dan tidak (pula) menolak kemadharatan, kecuali yang Allah kehendaki. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku telah banyak mengumpulkan harta kekayaan, dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” Al A’raf 188.
Saudaraku! bila pada ayat ini Nabi telah mengikrarkan bahwa dirinya tidak mengetahui hal yang ghaib, menurut anda, mungkinkah beliau dapat mewariskan ilmu tentang yang ghaib tersebut kepada anak cucunya?
Saudaraku! menurut hemat anda, apa alasan yang menjadikan agama Syi’ah membiarkan riwayat-riwayat semacam ini ada pada kitab yang paling autentik menurut mereka?
Riwayat keempat:
عن أبي عبد الله جعفر الصادق: إني لأعلم علم ما في السماوات وما في الأرض وأعلم ما في الجنة وأعلم ما في النار، وأعلم ما كان وما يكون.
“Diriwayatkan dari Abu Abdullah Ja’far As Shaadiq, ia menegaskan: “Sungguh aku telah menguasai ilmu tentang segala isi langit dan segala isi bumi, aku juga mengetahui tentang isi surga dan juga isi neraka. Sebagaimana aku juga telah menguasai ilmu tentang segala yang telah berlalu dan yang terjadi pada masa mendatang.”( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/261 )
Riwayat kelima:
عن أبي بصير قال قال أبو عبد الله عليه السلام: أي إمام لا يعلم ما يصيبه وإلى ما يصير فليس ذلك بحجة لله على خلقه.
“Abu Bashir meriwayatkan dari Abu Abdullah (Ja’far As Shaadiq) alaihissalam: Imam siapapun yang tidak mengetahui tentang segala apa yang akan menimpanya dan nasib yang akan akan ia alami, maka ia tidak dapat menjadi hujjah bagi Allah atas makhluq-Nya.”( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/258)
Riwayat keenam:
عن أبي عبد الله جعفر الصَّادق (148هـ) قال: إن عندنا علم ما كان وعلم ما هو كائن إلى أن تقوم السَّاعة.
“Dari Abu Abdullah Ja’far As Shaadiq (148 H), ia menuturkan: “Sesungguhnya kami memiliki ilmu tentang segala hal yang telah berlalu dan ilmu tentang segala hal yang akan terjadi hingga kebangkitan hari qiyamat.” (Al Kafy oleh Al Kulainy 1/252 )
Ini hanyalah setetes dari lautan riwayat yang ada dalam kitab Al Kaafi karya Al Kulainy -kitab yang menurut agama Syi’ah sebagai kitab paling autentik setelah Al Qur’an.
Sekedar membaca judul-judul yang ada dalam kitab Al Kafi karya Al Kulainy, niscaya bulu kuduk anda merinding karenanya. Betapa tidak, berbagai judul yang diluar kewajaran, sehingga menjadikan khayalan kita membayangkan sosok dewa-dewa Hindu dan Buda. Berikut sebagian judul-judul tersebut:
باب: أن الأئمة عليهم السلام عندهم جميع الكتب التي نزلت من عند الله عز وجل وأنهم يعرفونها على اختلاف ألسنتها.
Bab: Bahwa para imam memiliki seluruh kitab, dan mengetahuinya dengan segala perbedaan bahasanya.
( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/227)
( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/227)
باب: إنَّ الأئمة يعلمون جميع العلوم التي خرجت إلى الملائكة والأنبياء والرسل عليهم السلام.
Bab: Bahwasanya para imam mengetahui segala ilmu yang turun kepada para malaikat, nabi dan rasul.( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/255)
باب: أنَّ الأئمة عليهم السلام يعلمون متى يموتون، وأنهم لا يموتون إلا باختيار منهم
Bab: Bahwa para imam mengetahui kapan mereka akan meninggal, dan bahwasanya mereka tidaklah meninggal melainkan atas kehendak mereka sendiri.( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/258)
باب: إنه ليس شيء من الحق في يد الناس إلا ما خرج من عند الأئمة عليهم السلام، وإن كل شيء لم يخرج من عندهم فهو باطل.
Bab: Bahwa tidaklah ada sedikitpun kebenaran yang ada di masyarakat selain yang pernah diajarkan oleh para imam, dan bahwa segala sesuatu yang tidak diajarkan oleh mereka, maka itu adalah batil.( Al Kafy oleh AL Kulainy 1/399 )
باب أن الأئمة عليهم السلام علم ما كان وما يكون، وأنه لم يخف عليهم الشيء صلوات الله عليهم.
“Bab: bahwasanya para imam alaihimussalam, memiliki ilmu tentang segala yang telah berlalu dan yang akan datang, tidak ada suatu apapun yang tersembunyi atas mereka.( Al Kafy oleh Al Kulainy 1/260)
Saya yakin, ketika membaca judul-judul bab di atas, batin anda menjerit, iman anda berkobar, terlebih-lebih bila anda mengingat ikrar Nabi Muhammad yang telah diabadikan dalam Al Qur’an:
قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ الأنعام 50
“Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Tidaklah aku mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah : “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkannya.” Al An’am 50.
Bila anda hendak mendapatkan riwayat-riwayat atau judul-judul bab yang semakna dengan yang telah diutarakan di atas, niscaya anda kewalahan membacanya, begitu banyak dan begitu nyata.
Saudaraku, setelah membaca sekelumit riwayat dan judul-judul bab yang termaktub dalam kitab Al Kafi, mungkin anda bertanya: apa mungkin para imam-imam agama Syi’ah adalah jelmaan Malaikat? Atau mungkin anda bertanya: Apa sebenarnya perbedaan imam-imam agama Syi’ah dengan dewa-dewa yang diyakini oleh penganut agama Hindu dan Buda?