Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Seperti yang diberitakan dalam
al-Quran, bahwa sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, masyarakat ahli kitab telah mengetahui akan ada
nabi terakhir yang mempimpin dunia dan mengalahkan berbagai macam suku dan
golongan yang tidak mengikutinya. Dia membawa kitab yang menjadi penyempurna
kitab-kitab sebelumnya, dan membawa ajaran yang menyempurnakan ajaran
sebelumnya.
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ
فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Ingatlah
ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil,
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku,
yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang
akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-Shaf: 6)
Di ayat lain, Allah berfirman,
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ
الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ
الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ
وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ
(yaitu)
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-A’raf: 157)
Bahkan, para rahib ahli kitab, mengetahui
dengan detail ajaran yang dibawa nabi terakhir, layaknya mereka mengetahui
ciri-ciri anaknya sendiri,
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا
يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ
وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) Mengenal
Muhammad seperti mereka Mengenal anak-anaknya sendiri. dan Sesungguhnya
sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS.
Al-Baqarah: 146).
Ibnu Katsir mengatakan,
يخبر تعالى أنّ علماء أهل الكتاب يعرفون صِحّة ما جاءهم به
الرسول صلى الله عليه وسلم [كما يعرفون أبناءهم] كما يعرف أحدُهم ولده، والعربُ
كانت تضرب المثل في صحة الشيء بهذا
Allah memberitakan, bahwa para
ulama ahli kitab (rahib) mereka mengetahui kebenaran ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, sebagaimana mereka mengetahui anaknya sendiri. Masyarakat arab membuat
permisalan kebenaran sesuatu dengan ungkapan seperti ini. (Tafsir Ibnu Katsir,
1/462).
Mereka juga memahami bahwa nabi terakhir ini
akan tinggal di daerah yang memiliki banyak kebun kurma.
Karena alasan inilah, masyarakat yahudi
eksodus dari daerah asalnya di Syam, menuju Yatsrib (nama asal kota Madinah),
untuk menyambut kehadiran nabi terakhir yang tinggal. Dalam ar-Rahiq al-Makhtum
diterangkan tentang asal yahudi di Madinah,
وكانوا في الحقيقة عبرانيين، ولكن بعد الانسحاب إلى الحجاز
اصطبغوا بالصبغة العربية في الزى واللغة والحضارة، حتى صارت أسماؤهم وأسماء
قبائلهم عربية، وحتى قامت بينهم وبين العرب علاقة الزواج والصهر، إلا أنهم احتفظوا
بعصبيتهم الجنسية، ولم يندمجوا في العرب قطعًا، بل كانوا يفتخرون بجنسيتهم
الإسرائيلية
Aslinya mereka adalah ibrani,
namun setelah mereka pindah ke daerah Hijaz (wilayah Madinah – Mekah), mereka melebur dengan kultur arab,
mulai dari cara berpakaian, bahasa, sampai tradisi dan kebudayaan. Hingga nama
mereka dan nama kabilah mereka kearab-araban. Sampai terjadi hubungan
pernikahan antara yahudi dengan masyarakat arab. Hanya saja, mereka masih
menjaga fanatisme kebangsaan, dan tidak berasimilasi penuh dengan masyarakat
arab. Bahkan mereka membanggakan diri mereka sebagai keturunan Israil.
(ar-Rahiq al-Makhtum, 139).
Perang Dingin
Yahudi dan Masyarakat
Sikap fanatisme masyarakat
yahudi di Madinah, mendorong mereka untuk berusaha merebut kota madinah dari
tangan penduduk arab. Untuk mewujudkan tujuan ini, mereka berusaha mengadu
domba antar-suku masyarakat Madinah, yang ketika itu terdiri dari 2 suku besar:
Aus dan Khazraj. Hingga terjadi perang besar antara dua suku ini, yang dikenal
dengan perang Bu’ats. Peristiwa
ini terjadi sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka menggelari orang arab dengan kaum
ummiyun (masyarakat buta huruf), primitif, lugu dan terbelakang. Mereka juga
menguasai perekonomian Yatsrib, dan banyak membungakan uang serta menerima
gadai tanah dengan penduduk asli.
Bahkan mereka berkeyakinan, dibolehkan
mengambil harta penduduk pribumi. Allah ceritakan dalam al-Quran,
قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ
وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
”Orang yahudi itu mengatakan, Tidak ada dosa
bagi kami terhadap orang-orang ummiyun itu. Mereka juga berkata dusta atas nama
Allah, padahal mereka menyadarinya.” (QS. Ali Imran:
75).
Karena itu, tidak heran jika kehadiran kaum
yahudi di Madinah dengan segala karakter rakusnya, menimbulkan perang dingin
antara penduduk asli dengan masyarakat yahudi.
Ancaman Yahudi
kepada Penduduk Madinah
Karena telah memiliki taurat,
dalam masalah keyakinan, masyarakat yahudi merasa diri mereka lebih
berperadaban dibandingkan penduduk arab asli. Hingga mereka mengancam kepada
masyarakat pribumi, ”Akan diutus
kepada kami seorang nabi akhir zaman, yang akan berperang bersama kami,
mengalahkan kalian.”
Abul Aliyah menyebutkan bahwa diantara doa
orang yahudi itu,
اللهم ابعث هذا النبي الذي نجده مكتوبًا عندنا حتى نعذب
المشركين ونقتلهم
”Ya
Allah, utuslah nabi yang telah disebutkan kisahnya dalam taurat ini, sehingga
kami bisa menghukum orang-orang musyrik itu, dan membantai mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/326)
Allah ceritakan hal ini dalam al-Quran,
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ
لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا
Dan setelah
datang kepada mereka Al-Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada
mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah: 89).
Ibnu Katsir menafsirkan,
وقد كانوا من قبل مجيء هذا الرسول بهذا الكتاب يستنصرون بمجيئه
على أعدائهم من المشركين إذا قاتلوهم، يقولون: إنه سيبعث نبي في آخر الزمان نقتلكم
معه قتل عاد وإرم
”Dulu
sebelum kedatangan Rasu terakhir dengan membawa al-Quran, mereka berharap
kehadiran Rasul itu untuk membantu mereka mengalahkan musuh mereka di kalangan
orang musyrikin (masyarakat arab, penduduk Yatsrib), ketika nabi itu memerangi
mereka. Kaum yahudi itu mengatakan, “Akan diutus seorang nabi di akhir zaman, dan kami akan membantai kalian
bersamanya, sebagaimana pembantaian yang terjadi pada kaum Ad dan Iram.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/325).
Akan tetapi harapan mereka meleset. Para
yahudi itu berharap agar nabi terakhir diutus di kalangan mereka, namun
ternyata Allah utus dari kalangan orang arab, suku Quraisy. Lebih dari itu,
nabi terakhir ini tidak berpihak atas nama fanatisme keturunan Israil. Pupus
sudah harapan besar mereka, hingga timbul hasad dan dengki kepada masyarakat
arab. Tidak ada pilihan lain bagi mereka, selain kufur terhadap nabi terakhir
itu.
Di lanjutan ayat di atas, Allah berfirman,
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ
اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ. بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ
يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
”Ketika telah datang kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. La’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. Alangkah buruknya
(hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada
apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan
karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah: 89 – 90)
Ibnu Abbas menceritakan,
أن يَهود كانوا يستفتحون على الأوس والخزرج برسول الله صلى الله
عليه وسلم قبل مبعثه. فلما بعثه الله من العرب كفروا به، وجحدوا ما كانوا يقولون
فيه. فقال لهم معاذ بن جبل، وبشر بن البراء بن مَعْرُور، أخو بني سلمة: يا معشر
يهود، اتقوا الله وأسلموا، فقد كنتم تستفتحون علينا بمحمد صلى الله عليه وسلم ونحن
أهل شرك، وتخبروننا بأنه مبعوث، وتصفُونه لنا بصفته
Sebelum diutusnya nabi, orang
yahudi berharap akan mengalahkan kaum Aus dan Khazraj dengan kehadiran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ketika Allah mengutus beliau dari suku arab, mereka kufur kepadanya,
dan mengingkari ucapan yang dulu pernah mereka sampaikan. Hingga Muadz bin
Jabal dan Bisyr bin Barra dari Bani Salamah menyampaikan kepada orang yahudi: “Wahai orang yahudi, bertaqwalah kepada Allah
dan masuklah ke dalam islam. Dulu kalian ingin menghabisi kami dengan kehadiran
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ketika kami masih musyrik. Kalian sampaikan kepada kami bahwa beliau
akan diutus dan kalian juga menceritakan sifat beliau kepada kami.”
Namun pernyataan dua sahabat ini dibantah oleh
yahudi, melalui lidah Salam bin Misykam dari Bani Nadhir,
ما جاءنا بشيء نعرفه، وما هو بالذي كنا نذكر لكم
”Belum
datang kepada kami nabi yang kami kenal, sama sekali. Dia (Muhammad) bukanlah
orang yang pernah kami ceritakan kepada kalian.”
Dengan sebab ini, Allah turunkan surat
al-Baqarah ayat 89 dan 90 di atas.
Mengapa Penduduk
Madinah Mudah Menerima Islam?
Dalam sejarah perjuangan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita sering mendengar usaha
dakwah beliau yang sering mengalami penolakan. Dakwah di Mekah, mendapat banyak
penolakan orang musyrikin Quraisy, dakwah di Thaif, beliau malah dilempari
batu, banyak kabilah yang ditawari menjadi pengikut beliau, namun mereka tidak
bersedia.
Ini berbeda dengan penduduk
Yatsrib. Setelah mereka mendengar ada nabi terakhir di kota Mekah, betapa
mudahnya masyarakat Madinah menerima dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan kehadiran Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
mereka sambut dengan gembira dan suka cita.
Apa sebabnya? Apakah karakter mereka berbeda
dengan musyrikin lainnya?
Bahwa setelah hidayah yang Allah berikan
kepada mereka, salah satu analisis sejarah menyebutkan, karena motivasi untuk
bisa mengalahkan orang yahudi yang menjadi musuh bebuyutan mereka. Berdasarkan
berita dari para yahudi, nabi terakhir akan menaklukkan penjuru dunia, begitu
mendengar nabi terakhir itu, merekapun dengan suka cita menjadi pengikutnya.
Yahudi Iri dan
Dengki
Pelajaran penting yang juga
perlu kita garis bawahi, sebab terbesar orang yahudi itu kufur kepada ajaran
Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah karena mereka iri dengan kita. Mereka dengki dengan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat. Allah sampaikan dalam al-Quran,
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ
اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ . بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ
يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
”Ketika telah datang kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. La’nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. Alangkah buruknya
(hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada
apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki mengapa Allah menurunkan
karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah: 89 – 90)
Makna: ”Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara
hamba-hamba-Nya” : Allah
menurunkan kenabian terakhir kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Karena desakan sifat ’iri’ itu, mereka wujudkan dalam usaha memurtadkan kaum muslimin. Allah
menceritakan,
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ
بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا
تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
Sebahagian
besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat menjadikan kalian kembali kafir
setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri,
setelah nyata bagi mereka kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 109).
Anda bisa perhatikan, mereka iri dengan agama
kita. Itu artinya ajaran agama kita jauh lebih sempurna dan lebih baik dari
pada agama mereka, dan bahkan tidak bisa dibandingkan, karena ajaran agama
mereka telah disimpangkan.
Jika Si A iri kepada si B, mana yang lebih
baik? Jelas jawabannya si B lebih baik. Karena jika si A lebih baik dari pada
si B, untuk apa dia iri kepada si B.
Yahudi dan nasrani, iri kepada
islam. Sekali lagi, karena ajaran islam lebih baik dari pada ajaran mereka.
Jika islam jauh lebih baik dari pada nasrani dan yahudi, lantas dengan alasan
apa umat islam mengucapkan ’selamat
natal’ atau selamat tahun baru,
yang itu semua perayaan agama usang yang seharusnya sudah ditinggalkan.
Namun sangat disayangkan,
kehadiran generasi ’muslim liberal’ mewakili kelompok kaum muslimin yang rendah
diri [bukan rendah hati], merasa hina di depan agama usang dan diselewengkan.
Allahu
a’lam
From <https://konsultasisyariah.com/21426-rebutan-nabi.html>