Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari
Agama
Islam memerintahkan pemeluknya agar bersifat amanah dan menjauhi sifat
khianat. Diantara bentuk khianat dalam masalah harta adalah ghulûl. Banyak nash yang melarangnya. Disebutkan dalam sebuah hadits:
عَنْ
أُمِّ حَبِيبَةَ بِنْتِ الْعِرْبَاضِ، عَنْ أَبِيهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْخُذُ الْوَبَرَةَ مِنْ فَيْءِ
اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَيَقُولُ: مَا لِي مِنْ هَذَا إِلَّا مِثْلَ مَا
لِأَحَدِكُمْ إِلَّا الْخُمُسَ، وَهُوَ مَرْدُودٌ فِيكُمْ، فَأَدُّوا
الْخَيْطَ وَالْمَخِيطَ فَمَا فَوْقَهُمَا، وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُولَ،
فَإِنَّهُ عَارٌ وَشَنَارٌ عَلَى صَاحِبِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Ummu Habîbah binti al-‘Irbâdh,
dari bapaknya bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengambil rambut dari fai pemberian Allâh (harta ghanîmah),
lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya
tidak memiliki hak dari harta (ghanimah) ini kecuali seperti hak salah
seorang diantara kalian darinya (juga), kecuali yang seperlima. Itupun
dikembalikan kepada kamu. Maka serahkanlah (ghanimah/harta rampasan,
baik berupa) benang, jarum dan semua barang lainnya yang lebih besar
dari keduanya. Janganlah kamu melakukan ghulûl, karena itu
merupakan celaan dan aib bagi pelakunya pada hari kiamat”. [Hadits hasan lighairihi. HR. Ahmad, no. 17154; Al-Bazzar, no. 1734; Ath-Thabrani dalam al-Ausath, no. 2443]
MAKNA GHULUL
Diantara makna ghulûl adalah khianat, adapun secara istilah, ghulûl adalah mengambil sesuatu dari ghanîmah (harta rampasan perang) sebelum pembagian. [al-Mausû’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 31/272]
Imam Ibnu Qudâmah rahimahullah berkata, “Orang yang melakukan ghulûl adalah orang yang menyembunyikan ghanîmah yang berhasil dia dapatkan, sehingga imam (pemimpin) tidak mengetahuinya, dan dia tidak mengumpulkannya bersama ghanîmah”. [al-Mughni, 8/470]
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Asal arti ghulûl adalah khianat secara mutlak, kemudian istilah ghulûl khusus digunakan dengan arti khianat dalam urusan ghanîmah”. [Syarh Muslim, 4/216]
Termasuk ghulûl adalah
seseorang mengambil sesuatu dari baitul mal kaum Muslimin, atau harta
zakat dengan tanpa hak. Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata,
“Dosa besar yang ke-22 adalah ghulûl dari ghanîmah, yaitu dari baitul mal kaum muslimin, atau harta zakat”. [al-Kabâ‘ir, hlm. 94, karya adz-Dzahabi]
Demikian
juga hadiah-hadiah yang diberikan kepada pegawai termasuk ghulûl.
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin rahimahullah pernah
ditanya:
Kami
pegawai negeri, pada bulan Ramadhân, kami diberi hadiah dan zakat
dari sebagian pengusaha. Kami tidak bisa membedakan antara zakat dengan
hadiah, karena kami tidak mengetahuinya. Pertanyaannya: Jika kami
menerima harta tersebut, padahal kami tidak membutuhkan, lalu kami
infakkan kepada para janda, anak yatim, orang miskin, apa hukumnya? Dan
jika kami menggunakan sebagiannya untuk kami dan keluarga kami, apa
hukumnya?
Syaikh menjawab:
Hadiah untuk pegawai itu termasuk ghulûl.
Maksudnya, jika seseorang sebagai pejabat pemerintah, kemudian orang
yang memiliki hubungan dengan tugas (pejabat itu) memberikan hadiah,
maka itu termasuk ghulûl.
Pejabat itu tidak boleh (tidak halal) mengambil hadiah itu sedikitpun,
walaupun itu diberikan dengan senang hati. Misalnya: anda berdinas pada
satu instansi, kemudian kepala bagian atau para pegawainya diberi
hadiah, maka haram bagi mereka mengambilnya.
Karena
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus Abdullah bin
al-Lutbiyyah Radhiyallahu anhu mengurusi zakat. Ketika dia kembali, dia
berkata, “Ini dihadiahkan kepadaku, sedangkan yang ini untuk
kamu”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri lalu
berbicara kepada para sahabat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Mengapa ada orang diantara kamu yang kami
serahi tugas, lalu dia datang dan berkata, ‘Ini untuk kamu,
sedangkan yang ini dihadiahkan kepadaku.’ Tidakkah dia duduk di
rumah kedua ibu bapaknya, lalu dia perhatikan, apakah dia akan diberi
hadiah atau tidak”.
Maka
tidak halal bagi seorang pegawai pada sebuah instansi pemerintahan
untuk menerima hadiah terkait dengan tugas mereka pada instansi
tersebut. Karena kalau kita membuka pintu ini dengan mengatakan,
“Pegawai boleh menerima hadiah”, berarti kita telah membuka
(melegalkan) pintu suap. [Majmû’ Fatâwâ wa Rasâil al-‘Utsaimin, 18/359]
BAHAYA GHULUL
Ghulûl merupakan perbuatan khianat dan Allâh Azza wa Jalla pengkhianat. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ
Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. [Al-Anfâl/8: 58]
Dan barangsiapa mengambil barang secara ghulûl,
maka dia akan dihinakan pada hari kiamat dengan membawa barang tersebut
dan dipersaksiakan oleh makhluk yang lain. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ ۚ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Tidak
mungkin seorang nabi berbuat ghulûl (berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat dalam urusan rampasan
perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap jiwa akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang
mereka tidak dianiaya. [Ali Imrân/3: 161]
Juga dijelaskan dalam hadits yang diceritakan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata:
قَامَ
فِينَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَذَكَرَ الغُلُولَ
فَعَظَّمَهُ وَعَظَّمَ أَمْرَهُ، قَالَ: لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ
يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى رَقَبَتِهِ شَاةٌ لَهَا ثُغَاءٌ، عَلَى
رَقَبَتِهِ فَرَسٌ لَهُ حَمْحَمَةٌ، يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَغِثْنِي، فَأَقُولُ: لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا، قَدْ أَبْلَغْتُكَ،
وَعَلَى رَقَبَتِهِ بَعِيرٌ لَهُ رُغَاءٌ، يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَغِثْنِي، فَأَقُولُ: لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ،
وَعَلَى رَقَبَتِهِ صَامِتٌ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي،
فَأَقُولُ لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ أَبْلَغْتُكَ، أَوْ عَلَى
رَقَبَتِهِ رِقَاعٌ تَخْفِقُ، فَيَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَغِثْنِي،
فَأَقُولُ: لاَ أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا، قَدْ أَبْلَغْتُكَ
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan kami, lalu
menyebutkan ghulûl dan menyatakan besarnya urusan ghulûl.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan
sampai pada hari kiamat aku bertemu seseorang dari kalian yang memikul
kambing yang mengembik di lehernya, memikul kuda yang meringkik di
lehernya, lalu dia berkata, “Wahai Rasûlullâh!
Tolonglah aku!”, lalu aku akan menjawab, “Aku tidak mampu
menolongmu. Dahulu aku sudah menyampaikan kepadamu”.
Memikul harta (emas; perak; dll) di lehernya, lalu dia berkata. Wahai Rasûlullâh!
Tolonglah aku!”, lalu aku akan menjawab, “Aku tidak mampu
menolongmu. Dahulu aku sudah menyampaikan kepadamu”.
Memikul kain di lehernya yang bergoyang-goyang, lalu dia berkata, “Wahai Rasûlullâh!
Tolonglah aku!”, lalu aku akan menjawab, “Aku tidak mampu
menolongmu. Dahulu aku sudah menyampaikan kepadamu”. [HR. Al-Bukhâri, no. 3073; Muslim, no. 1831]
Bahkan
ghulûl termasuk penyebab masuk neraka, walaupun pelakunya seakan
seorang shalih. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata:
افْتَتَحْنَا
خَيْبَرَ، وَلَمْ نَغْنَمْ ذَهَبًا وَلاَ فِضَّةً، إِنَّمَا غَنِمْنَا
البَقَرَ وَالإِبِلَ وَالمَتَاعَ وَالحَوَائِطَ، ثُمَّ انْصَرَفْنَا مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى وَادِي القُرَى،
وَمَعَهُ عَبْدٌ لَهُ يُقَالُ لَهُ مِدْعَمٌ، أَهْدَاهُ لَهُ أَحَدُ بَنِي
الضِّبَابِ، فَبَيْنَمَا هُوَ يَحُطُّ رَحْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ سَهْمٌ عَائِرٌ، حَتَّى أَصَابَ
ذَلِكَ العَبْدَ، فَقَالَ النَّاسُ: هَنِيئًا لَهُ الشَّهَادَةُ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَلْ، وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَصَابَهَا يَوْمَ خَيْبَرَ
مِنَ المَغَانِمِ، لَمْ تُصِبْهَا المَقَاسِمُ، لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ
نَارًا فَجَاءَ
رَجُلٌ حِينَ سَمِعَ ذَلِكَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِشِرَاكٍ أَوْ بِشِرَاكَيْنِ، فَقَالَ: هَذَا شَيْءٌ كُنْتُ
أَصَبْتُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
شِرَاكٌ – أَوْ شِرَاكَانِ – مِنْ نَارٍ
Kami
menaklukkan Khaibar, kami tidak mendapatkan ghanimah berupa emas dan
perak, tetapi kami mendapatkan ghanimah berupa sapi, onta,
barang-barang dan kebun-kebun. Kemudian kami pergi bersama
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Wadil
Qura, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diikuti budaknya yang
bernama Mid’am yang dihadiahkan oleh seseorang dari Bani
adh-Dhibab. Ketika budak itu sedang menurunkan pelana
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba
sebuah anak panah nyasar datang dan mengenainya. Orang-orangpun
berkata, “Selamat! Dia meraih syahid”. Maka
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak! Demi Allâh yang jiwaku di tanganNya! Sesungguhnya
selimut yang dia ambil dari ghanimah Khaibar, yang belum dibagi, akan
menyalakan api padanya.”
Ketika
mendengar hal itu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
seorang laki-laki datang membawa satu tali atau dua tali sandal, lalu
berkata, “Ini barang yang aku ambil”. Maka
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Satu tali sandal atau dua tali sandal dari neraka”. [HR. Al-Bukhâri, no. 4234; Muslim, no. 115]
Seandainya seseorang bersedekah dengan barang hasil ghulûl, maka sedekah itu tertolak, karena barang ghulûl bukan barang yang baik.
Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma menyatakan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ
Shalat tanpa bersuci tidak akan diterima, demikian juga sedekah dari ghulûl (tidak akan diterima). [HR. Muslim, no. 224]
Dengan
berbagai bahaya ghulûl yang demikian besar, maka hendaklah
orang-orang yang mengurusi harta umat, baik itu berupa zakat, infak,
sedekah, kas masjid, dan lainnya, berhati-hati agar tidak mengambil
harta umat demi kepentingan pribadi. Jika dia mengambil harta umat
untuk akan menjadi sebab dia celaka di akhirat nanti.
Hanya
kepada Allâh Azza wa Jalla kita memohon taufik agar melaksanakan
perkara yang Dia cintai dan ridhai, sesungguhnya Dia Maha Pemurah dan
Maha Suci.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun XIX/1436H/2015. Diterbitkan
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8
Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961,
Redaksi 08122589079]
Sumber: https://almanhaj.or.id/5943-ghull-dosa-besar.html