
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)
Jadilah pelopor kebaikan (sunnah yang baik), bukan jadi pelopor kejahatan (sunnah yang jelek).
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di akhir khutbah ini …
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ
هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا
أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللّهم
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَعَلَى ذُرِّيَتِهِ وَمَنْ وَالاَهُ، وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ، أَوْ سَمِعَتْ أُذُنٌ
بِخَبَرٍ، وَارْضَ عَنَّا وَعَنْهُمْ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
اللّهُمَّ
عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا
عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا
البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ
يَسْتَمِعُوْنَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ، وَأَدْخَلْنَا
بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita petunjuk dan
berbagai macam nikmat. Seandainya bukan karena hidayah dari Allah, tentu
kita tidak bisa berada di atas Islam dan Iman. Begitu pula seandainya
bukan karena kasih sayang Allah dan rahmat-Nya, kita tentu akan
tersibukkan terus dengan dunia, tidak memikirkan kewajiban. Begitu pula
karena berkat nikmat Allah-lah, kita masih terus sehat sehingga bisa
beribadah dengan mudah dan kuat.
Oleh karenanya nikmat sehat itu, patut kita syukuri. Karena nikmat sehat itu lebih baik daripada nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.”
(HR. Ibnu Majah, no. 2141; Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani)
Nabi terakhir dan menjadi penghulu para Nabi, nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan kita bershalawat di hari Jumat. Siapa yang memperbanyak
shalawat kepada beliau, maka dialah yang punya peluang besar mendapatkan
syafa’at beliau pada hari kiamat kelak.
Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا
عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ
أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ
أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,
كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَدْرِ
النَّهَارِ فَجَاءَهُ قَوْمٌ حُفَاةٌ عُرَاةٌ مُجْتَابِي النِّمَارِ أَوْ
الْعَبَاءِ مُتَقَلِّدِي السُّيُوفِ عَامَّتُهُمْ مِنْ مُضَرَ بَلْ
كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنْ الْفَاقَةِ فَدَخَلَ ثُمَّ
خَرَجَ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ وَأَقَامَ فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ
فَقَالَ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
di pagi hari. Lalu datanglah satu kaum yang bertelanjang kaki,
bertelanjang dada, berpakaian kulit domba yang sobek-sobek atau hanya
mengenakan pakaian luar dengan menyandang pedang. Umumnya mereka dari
kabilah Mudhar atau seluruhnya dari Mudhar, lalu wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berubah ketika melihat kefakiran mereka. Beliau masuk kemudian keluar
dan memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan. Lalu Bilal
mengumandangkan azan dan iqamah, kemudian beliau shalat. Setelah shalat
beliau berkhutbah seraya membaca ayat,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
تَصَدَّقَ
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمِهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاعِ بُرِّهِ
مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ حَتَّى قَالَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ قَالَ فَجَاءَ
رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا بَلْ
قَدْ عَجَزَتْ قَالَ ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ
مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ
Ada seseorang yang telah bersedekah dengan dinar, dirham, pakaian,
satu sha’ kurmanya sampai beliau berkata walaupun separuh kurma.
Jarir berkata, “Lalu seorang dari Anshar datang membawa sebanyak
shurroh, hampir-hampir telapak tangannya tidak mampu memegangnya, bahkan
tidak mampu.”
Jarir berkata, “Kemudian berturut-turut orang memberi sampai aku
melihat makanan dan pakaian seperti dua bukit, sampai aku melihat wajah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersinar seperti emas, lalu
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ لَهُ أَجْرُهُ
وَمِثْلُ أُجُورِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهُ وَمِثْلُ أَوْزَارِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أَوْزَارِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh
orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran
orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran
yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan
kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat
baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikit pun.”
(HR. Muslim, no. 1017)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ
“Tidaklah ada satu jiwa yang dibunuh secara zhalim, kecuali anak
Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dia adalah
orang yang pertama kali melakukan pembunuhan (di muka bumi, pen.).”
(HR. Bukhari, no. 3335; Muslim, no. 1677)
Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala pelakunya.”
(HR. Muslim, no. 1677)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ
لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى
ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan
pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak
mengurangi pahala-pahala mereka sedikit pun juga. Dan barangsiapa
menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa
orang-orang yang mengikutinya, tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit
pun juga.”
(HR. Muslim, no. 2674)
Beberapa dalil di atas membicarakan ada yang menjadi pelopor dalam
sedekah, sehingga ia mendapatkan pahala dari sedekah yang ia contohkan
dan pahala dari orang yang mengikutinya. Maka setiap kebaikan berlaku
seperti itu pula.
Namun hati-hati dalam memberikan contoh dalam kejelekan, menjadi
pelopor kejelekan, misal dengan mengajarkan suatu maksiat dan amalan
yang tiada tuntunan, kita akan mendapatkan dosa pula dari orang yang
mencontoh kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah …
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ
للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ
الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah, jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah …
Dua hal yang perlu diingatkan lagi.
Pertama, dakwah itu hendaklah didahului dengan mengamalkan ilmu terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2)
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (QS. Ash Shaff: 2-3).
Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang Allah sebutkan dalam ayat,
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al
Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Sungguh aneh, jika dia dakwahi orang untuk beramal sesuai tuntunan,
sedangkan dia yang pertama kali melanggar. Sungguh aneh, jika dia
dakwahi para wanita untuk menutup aurat, sedangkan istri dan putrinya
sendiri mengumbar aurat. Jadilah pelopor kebaikan dari diri sendiri dan
keluarga kita. Praktikkanlah ilmu yang ada.
Kedua, dakwah hendaklah punya dasar, janganlah cuma punya modal
semangat, namun tidak paham akan hadits, tidak paham cara menjelaskan,
apalagi menjawab persoalan yang ditanyakan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
(HR. Bukhari no. 3461)
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang
bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 360).
Di akhir khutbah ini …
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Shalawat kita di mana pun tetap akan sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Marilah kita memanjatkan doa pada Allah, moga setiap doa kita diperkenankan di hari Jum’at yang penuh berkah ini.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا
سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ،
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ
لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا،
وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيمَاناً لاَ يَرْتَدُّ وَنَعِيماً لاَ يَنْفَدُ
وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- فِى أَعَلَى
جَنَّةِ الْخُلْدِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Naskah Khutbah Jumat di Masjid Jenderal Sudirman, Panggang, Gunungkidul
Jumat Pahing, 12 Muharram 1438 H (bertepatan dengan 14 Oktober 2016)