Islam Pedoman Hidup: Tidak Semua Berhak Bicara Politik

Minggu, 16 Oktober 2016

Tidak Semua Berhak Bicara Politik



Al-‘Allâmah Ibnu ‘Utsaimîn _rahimahullâhu_ *ditanya* : Syaikh yang mulia, di sejumlah majelis BANYAK DIBICARAKAN TENTANG MASALAH POLITIK. Ketika mereka diingatkan, mereka malah membantah bahwa *politik itu bagian dari agama*. Bahkan mereka seringkali jatuh kepada ghibah, hanya saja yang membedakan majelis mereka ini adalah disebutkannya nama Allah (dzikir) di dalamnya. Apa pandangan Anda jika duduk bermajelis dengan mereka? 

Beliau _rahimahullâhu_ *menjawab* : _*Pendapat saya,*_ bahwa berbicara tentang politik _*di hadapan manusia SECARA UMUM adalah keliru*. Karena politik itu ada individu dan orang-orangnya khusus (yang memang ahli tentangnya), yaitu orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kedudukan.  Adapun menjadikan politik yang disebarkan ke lapisan awam dan majelis mereka, maka hal ini *menyelisihi petunjuk Salaf.* (Generasi Terdahulu/Islam terbaik)
🔹 Tidak pernah ‘Umar bin al-Khaththab dan orang sebelum beliau, yaitu Abu Bakr _radhiyallâhu’ anhuma_ membahas politik mereka _*di hadapan masyarakat umum, baik yang muda maupun yang tua, atau yang bodoh maupun yang pintar.*_ Tidak pernah sama sekali! Tidak mungkin  politik (Islam) itu seperti ini…

🔹 Politik itu _*memiliki orang-orangnya yang spesialis di dalamnya,*_ yang memahami politik dan jalan² masuknya. Mereka memiliki koneksi baik di luar maupun di dalam, yang tidak diketahui oleh banyak orang.

🔹 Tidak sepantasnya para pemuda, atau selain mereka, _*membuang² dan menyia²kan waktu mereka di dalam bahasan yang banyak _qîla wa qôla_ (desas-desus)-nya yang tidak ada manfaatnya*_

🔹 Terkadang, tampak bagi kita misalkan _*ada tindakan seseorang yang keliru, namun bisa jadi dia yang benar.*_ Karena dia lebih mengetahui hal² yang belum kita ketahui. Ini adalah suatu hal yang bisa disaksikan dan teruji. 

🔹 Umumnya orang² yang berbicara tentang politik, seringkali berangkat dari hal² _*yang tidak ada asalnya dan realitanya.*_ Namun hanyalah _*asumsi²*_ belaka yang ia gunakan sebagai dasar pembicaraannya. Mereka berbicara _*tanpa diiringi oleh ilmu,*_ sebagaimana firman Allah :
🔑 “`Dan janganlah kamu mengatakan sesuatu yang tidak ada ilmunya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya ini akan dimintai pertanggungjawabannya.“`

🔹 Adapun duduk bermajelis dengan mereka, maka _*selama mereka berbicara tentang Allah (dzikir), maka silakan duduk dengan mereka.*_ Namun apabila mereka mulai masuk ke dalam pembicaraan yang tidak ada manfaatnya, nasehati dulu mereka. Jika mereka menerima, maka ini yang diinginkan. Jika mereka tidak mau menerima, maka tinggalkan mereka.
….

@abinyasalma



fromhttp://abusalma.net/2016/10/16/tidak-semua-berhak-bicara-politik/