Ustadz, Apakah wajib jawab salam di radio? Terima kasih
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Allah wajibkan kita untuk menjawab salam melalui firman-Nya,
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
Apabila kalian diberi salam, maka balaslah dengan yang lebih baik, atau setidaknya jawab dengan yang semisal. (QS. an-Nisa’: 86)
Dalam
ayat ini ada 2 amalan, (1) Memberi salam, dan (2) Menjawab salam.
Amalan kedua merupakan akibat dari adanya amalan pertama. Jika amalan
pertama tidak ada maka amalan kedua juga tidak ada.
Karena
keduanya amalan, maka masing-masing butuh niat. Sementara amalan yang
dilakukan tanpa niat, tidak terhitung sebagai amal. Dalam hadis dari
Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Amal itu tergantung pada niatnya, dan apa yang didapatkan seseorang sesuai dengan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhari 1 & Muslim 5036).
Karena itulah, para ulama membagi salam di radio atau televisi menjadi 2:
Pertama, salam yang disampaikan secara langsung oleh penyiar atau narasumber.
Salam
dari siaran langsung, wajib dijawab. Karena salam yang dia dengar,
diucapkan oleh narasumber secara sengaja. Ada niat untuk beramal.
Sementara perintah dalam ayat di atas sifatnya umum. Sehingga salam ini
harus dijawab.
An-Nawawi menyebutkan keterangan Abu Sa’d al-Mutawalli,
إذا
نادى إنسان إنسانا من خلف ستر أو حائط فقال : السلام عليك يا فلان ، أو
كتب كتابا فيه : السلام عليك يا فلان ، أو السلام على فلان ، أو أرسل
رسولاً وقال : سلم على فلان ، فبلغه الكتاب أو الرسول ، وجب عليه أن يرد
السلام
Jika
ada orang di balik dinding atau di balik tabir memanggil, ‘Hai Fulan,
Assalamu alaikum.’ Atau dia menulis surat, dan menyatakan, ‘’Hai Fulan,
Assalamu alaik.” Atau “Assalamu ‘ala Fulan.” Atau dia menyuruh
seseorang untuk menyampaikan salam kepada Fulan. Jika surat dan utusan
ini sampai kepada Fulan, maka Fulan wajib menjawab salamnya.
(al-Adzkar, hlm. 247).
Dr. Soleh al-Fauzan ditanya tentang salam yang disampaikan penyiar di televisi atau tulisan salam di majalah. Jawaban beliau,
يجب
رد السلام إذا سمعه الإنسان مباشرة ، أو بواسطة كتاب موجه إليه ، أو
بواسطة وسائل الإعلام الموجهة إلى المستمعين ؛ لعموم الأدلة في وجوب رد
السلام
Wajib
menjawab salam jika seseorang mendengar langsung atau melalui tulisan
yang diarahkan kepadanya. Atau melalui media yang disampaikan kepada
para pendengar. Mengingat dalil-dalil mengenai wajibnya salam sifatnya
umum. (al-Muntaqa min Fatawa al-Fauzan, 8/63).
Kedua, salam rekaman
Seperti
bel rumah yang jika dipencet tombolnya keluar suara salam, atau salam
dari burung beo, termasuk salam di radio yang itu hasil rekaman.
Salam
ini tidak disampaikan penyiar, karena penyiarnya diam saja. Yang ada
hanya rekaman suara, tidak ada orangnya. Salam ini bukan amal, sehingga
tidak mengakibatkan adanya amal berikutnya.
Karena itu salam ini tidak wajib dibalas.
Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya mengenai salam di radio. Jawab beliau,
أحياناً يكون مسجلاً ويضعونه على الشريط ويسحبون عليه ، إن كان مسجلاً فلا يجب أن ترد ؛ لأن هذا حكاية صوت
Terkadang
itu rekaman. Mereka putar kaset, dan mereka nyalakan. Jika salamnya
rekaman, maka tidak wajib dijawab. Karena ini ungkapan suara. (Liqa
al-Bab al-Maftuh, 28/229)
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sumber: https://konsultasisyariah.com/28634-hukum-menjawab-salam-di-radio.html