Khutbah Pertama:
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ:
Ibadallah,
Bertakwalah
kepada Allah. Dekatkanlah diri pada-Nya dalam keadaan sepi ataupun di
tengah keramaian. Karena hakikat takwa adalah memurnikan ibadah
kepada-Nya. Jujur kepada-Nya. Merasa takut pada-Nya dalam setiap
keadaan. Memperbaiki amalan batin dan juga memperbaiki hati. Karena
itulah yang menjadi timbangan Rabb kita pada diri kita.
Sungguh,
ada sekelompok orang yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa
kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih, tapi Allah jadikan amalan
tersebut bagaikan debu yang terbang tak berharga. Karena mereka –saat
sendirian- jika mendapat peluang untuk melakukan yang Allah haramkan,
mereka lakukan hal itu. Mereka dudukkan Allah pada posisi yang remeh
dalam pandangan mereka.
﴿وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ﴾
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya.” (QS:Al-An’am | Ayat: 91).
Ayyuhal muslimun,
Allah
menakdirkan untuk umat Muhammad di akhir zaman sekarang ini, dikepung
oleh musuh-musuh yang datang dari segala penjuru. Musuh-musuh itu
saling menyeru memperbutkan sumber daya mereka. Saling tolong-menolong
untuk merobek-robek dan menggagalkan kebangkitan umat ini.
Dan
di antara bentuk kasih sayang Allah, Allah tidak meninggalkan umat ini
tanpa bimbingan dan peringatan terhadap musuh-musuh mereka. Allah
singkapkan rahasia tipu daya dan konspirasi yang mereka buat. Dalam
bimbingan-Nya, Allah ﷻ membagi musuh-musuh umat ini menjadi dua, yaitu:
Pertama:
Orang-orang kafir yang jelas kekafirannya. Nyata permusuhan mereka.
Terang-benderang tipu daya mereka. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِينًا﴾
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 101).
Permusuhan
mereka nyata dan jelas. Mereka adalah orang yang jelas-jelas
kekafirannya. Umat ini tidak perlu penjelasan panjang untuk mengenali
mereka dan membentengi diri dari kejahatan mereka. Karena begitu jelas
dan tampaknya permusuhan mereka.
Yang
perlu diperhatikan umat ini adalah dua kelompok. Mereka memusuhi Islam
sejak zaman Nabi ﷺ. Umat ini telah merasakan pengalaman pahit bersama
kemunafikan dan orang-orang munafik. Mereka adalah musuh sejati umat
ini. Mereka berkamuflase. Menipu. Menusuk umat ini dengan pisau
beracun. Merusak agama, akidah, dan persatuan umat Islam. Mereka
merencanakan makar dan tipu daya. Menyebabkan fitnah dan kegoncangan.
Pengintaian
dan tipu daya mereka senantiasa berkelanjutan. Hingga nanti keluar
pemimpin terbesar kemunafikan, Dajjal yang A’war {keluar =?dass} bersama orang-orang
Yahudi dan orang-orang munafik. Mereka dibinasakan Allah melalui
al-Masih yang sebenarnya, Isa bin Maryam, shalawat dan salam atasnya,
juga untuk Nabi kita Muhammad ﷺ.
Ibadallah,
Tidak
ada kepentingan bagi kemunafikan untuk tumbuh di masa Nabi ﷺ berada di
Mekah. Karena permusuhan orang-orang kafir tampak jelas dan gamblang.
Kemunafikan
pertama kali muncul setelah terjadi Perang Badar. Yaitu saat
orang-orang Yahudi dan orang-orang yang tidak suka dengan risalah Nabi
ﷺ melihat Islam berkibar dan tinggi. Mereka khawatir terhadap diri
mereka. Orang-orang Yahudi berdiskusi dengan para pembesar mereka.
Merencanakan makar kemunafikan ini. Sebagaimana dikisahkan oleh Allah ﷻ,
﴿وَقَالَت
طَّائِفَةٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمِنُوا بِالَّذِي أُنزِلَ عَلَى
الَّذِينَ آمَنُوا وَجْهَ النَّهَارِ وَاكْفُرُوا آخِرَهُ لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ﴾
“Segolongan
(lain) dari Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya): “Perlihatkanlah
(seolah-olah) kamu beriman kepada apa yang diturunkan kepada
orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada permulaan siang dan
ingkarilah ia pada akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali
(kepada kekafiran).” (QS:Ali Imran | Ayat: 72).
Kedua: Orang-orang munafik.
Berkobarlah
syiar buruk kemunafikan untuk pertama kalinya. Kemudian terus tumbuh
dan berkembang. Pohon Yahudi ini pun meninggi dengan makar dan tipu
daya. Ia menggaet orang-orang yang berpenyakit hatinya. Jadilah mereka
orang-orang munafik generasi pertama. Mereka bekhianat dan merencanakan
keburukan. Mereka berkelompok dengan kemunafikan itu. Menjadi duri di
tengah-tengah umat Islam. Permusuhan mereka sangat keras dan sangat
berbahaya terhadap akidah umat. Lebih berbahaya dibanding orang-orang
yang nyata kekafirannya.
Karena
buruknya perbuatan mereka. Jahatnya tipuan mereka. Dan bahayanya
rencana mereka atas umat ini. Allah ﷻ sendiri yang langsung membongkar
kedok mereka. Menjelaskan langsung bahaya perbuatan dan sifat mereka.
Khususnya gaya pendekatan dan pergerakan mereka. Metode yang benar
dalam menyikapi mereka adalah metode yang berlandaskan ayat-ayat muhkam
yang agung. Karena ayat-ayat ini bagaikan petir yang menyambar dan
membongkar rahasia mereka.
Ayat-ayat
yang terasa aktual. Seolah-olah diturunkan pada zaman sekarang ini.
Siapa yang menghayatinya akan merasakan makna-maknanya. Seperti di awal
surat al-Baqarah terdapat 13 ayat. Demikian juga dalam surat Ali Imran,
an-Nisa, al-Anfal, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hadid, al-Mujadalah,
al-Hasyr, al-Munafiqun, dan alangkah gamblangnya penjelasan dalam surat
at-Taubah. Karena itu, surat ini disebut juga surat al-Fadhihah, yang
membongkar kedok orang-orang munafik dan sifat-sifat mereka. Allah
menyebut mereka dalam surat tersebut: di antara mereka… di antara
mereka… di antara mereka… sampai-sampai para sahabat menyangka tidak
tersisa satu pun kecuali telah disebutkan dalam ayat tersebut.
Sungguh
Rasulullah ﷺ telah memberi penjelasan yang jelas tentang sifat-sifat
mereka. Tentang ekspresi mereka dan cara mereka berinteraksi. Beliau
jelaskan dalam ucapan, pebuatan, dan interaksi beliau. Kehidupan beliau
telah mempraktikkan muamalah dengan orang-orang munafik ini. Sehingga
umat Islam dapat berhati-hati dan menyadari bahayanya kemunafikan. Dan
sadar, bahwasanya orang-orang munafik adalah musuh yang sejati. Mereka
musuh yang sebenarnya. Berhati-hatilah terhadap mereka. Semoga Allah
membinasakan mereka, bagaimana bisa mereka dipalingkan.
Ayyuhal muslimun,
Kemunafikan
yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya ﷺ terbagi menjadi dua. Namun,
intinya adalah adanya perbedaan antara batin dengan zahir. Permasalahan
yang kembali kepada masalah keyakinan. Dalam diri orang-orang munafik
ini tersimpan kekufuran dan akidah yang batil. Ini adalah nifaq akbar (kemunafikan yang besar) yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Mereka beriman di lisan, tapi hati mereka tidak.
Mereka
orang-orang munafik memiliki sifat-sifat dan tanda-tanda yang
dijelaskan oleh Allah dengan penjelasan yang sempurna. Mereka berbicara
dengan tutur yang lembut dan menampakkan perbuatan yang bijak. Tapi
mereka tampakkan jati diri saat bertemu dengan teman-teman mereka.
Alquran
tidak menyebutkan nama-nama orang-orang munafik di zaman Nabi. Tapi
Alquran fokus berbicara tentang sifat-sifatnya. Inilah metode Alquran,
memiliki faidah yang lebih besar, hikmah yang lebih kekal, dan hasil
yang lebih baik. Karena kemunafikan dan orang-orang munafik bukanlah
salah satu fase dari babak sejarah. Sekali lewat, kemudian tidak ada
lagi, bukan. Mereka adalah kelompok yang senantiasa ada di setiap
tempat dan waktu.
Orang-orang
munafik itu memiliki berbagai tipe. Di antara mereka ada yang membenci
Islam, syiar-syiarnya, dan pemeluk Islam. Mereka berhakim kepada thagut.
﴿وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ﴾
“Dan
apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul
menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka
menolak untuk datang.” (QS:An-Nuur | Ayat: 48).
Di
antara ciri orang-orang munafik tersebut adalah mendustakan Allah dan
Rasul-Nya dengan pengingkaran secara utuh atau sebagian. Tapi mereka
mencitrakan diri dengan menampilkan kecintaan terhadap Islam dan
membela umat Islam. Keadaan mereka ini seperti orang-orang yang
membangun masjid dhirar. Di batin mereka adalah kekufuran yang sejati,
pengingkaran, pengkhianatan, dan membahayakan umat Islam.
Di
antara ciri mereka juga adalah mengganggu dan menyakiti Nabi ﷺ dengan
ucapan dan perbuatan. Mereka membenci Nabi dan mengolok-olok beliau.
Melemparkan tuduhan terhadap Sunnah dan petunjuknya. Juga mengejek
orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaran Nabi ﷺ. Khususnya
mengejek sahabat-sahabat beliau ﷺ. Dari kalangan khulafaur rasyidin,
istri-istri beliau, dan sahabat-sahabat yang lain –radhiallahu ‘anhum ajma’in-.
Ciri
orang-orang munafik lainnya adalah benci apabila Islam dan kaum
muslimin menang. Mereka tidak senang apabila kebaikan dari Allah
didapatkan oleh kaum muslimin. Mereka tidak memelihara hubungan kerabat
terhadap orang-orang mukmin dan tidak pula mengindahkan perjanjian.
Mereka bergembira dan bersuka ria dengan kesulitan yang menimpa umat
Islam. Senang saat umat Islam dikuasai musuh, dibunuh, dan diusir.
﴿قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ﴾
“Telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka adalah lebih besar lagi.” (QS:Ali Imran | Ayat: 118).
Mereka
ambil bagian dalam menimpakan keburukan pada kaum muslimin. Mereka
berharap umat Islam kufur sebagaimana mereka telah kufur. Sehingga
menjadi sama seperti mereka. Apabila umat Islam mendapatkan kebaikan,
mereka merasa resah. Tapi jika umat ini ditimpa keburukan, mereka
bergembira.
Mereka
berbaur dengan kaum muslimin untuk menimbulkan kerusakan dari dalam.
Mereka berusaha merusak persatuan umat, memecah belah shaf kaum
muslimin, dan menghancurkan negeri Islam. Mereka menari di atas
penderitaan kaum muslimin.
Seperti
yang dilakukan oleh orang-orang Bathiniyah sekarang ini, mereka adalah
cucu-cucu dari Ibnu al-Qami dan komplotannya yang menipu kekhilafahan
Islam. Mereka membuat makar sektarian dan seruan jahiliyah.
Memprovokasi untuk memberontak pada pemerintahan Islam dan
menggulingkannya. Mereka melakukan usaha perusakan dan menimbulkan
kekacauan.
Demikian
juga orang-orang munafik dulu. Mereka menunjukkan seolah-olah menaati
Rasulullah ﷺ. Ketika di belakang beliau, mereka merencanakan siasat
jahat. Mereka berusaha memberontak kepada Rasulullah ﷺ.
Beberapa
kali mereka melakukan percobaan pembunuhan terhadap Nabi ﷺ. Namun Allah
menjaga beliau dari rencana jahat mereka. Mereka juga yang menyebabkan
terjadinya pembunuhan Amirul Mukminin Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.
Mereka buat kekacauan di zamannya hingga akhirnya beliau syahid dalam
keadaan sabar dan mengharap pahala dari Allah. Nabi ﷺ telah mengabarkan
tentang kejadian ini:
يا عثمان! إن الله مُقمِّصُك قميصًا، فإن أرادَك المنافقون على خَلعِه، فلا تخلَعه حتى تلقَاني
“Wahai
Utsman, sesungguhnya Allah akan memakaikanmu suatu pakaian (jabatan
khalifah). Jika orang-orang munafik ingin melepaskannya, jangan engkau
turuti kehendak mereka, hingga kau berjumpa denganku (wafat).” (HR.
Ahmad dan at-Turmudzi dengan sanad yang shahih).
Ciri
orang-orang munafik yang lainnya adalah mereka hanya sedikit mengingat
Allah. Tidak suka membaca Alquran. Demi Allah, mencabut pohon-pohon
lebih ringan bagi mereka daripada merutinkan membaca Alquran.
﴿نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ﴾
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” (QS:At-Taubah | Ayat: 67).
﴿وَإِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ
يَسْتَبْشِرُونَ﴾
“Dan
apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama
sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang
hati.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 45).
Sifat
mereka juga adalah mengajak pada kemungkaran dan mencegah yang makruf.
Mereka suka tersebarnya perbuatan keji di tengah orang-orang yang
beriman. Mereka berharap terjadi kesyirikan dan kesesatan di tengah
umat. Dan apabila mereka bertemu orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan, “Kami juga beriman”. Tapi, jika sedang tidak bersama kaum
muslimin mereka menghina kaum muslimin dengan lidah mereka yang tajam
dan sangat pelit untuk berbuat kebajikan. Mereka ikat tangan-tangan
mereka. Seandainya pun mereka berinfak, mereka keluarkan dalam keadaan
tidak rela. Tapi, jika Anda melihat keadaan mereka, Anda akan merasa
takjub. Karena harta mereka, anak-anak mereka, dan penampilan fisik
mereka. Seandainya mereka berbicara, orang-orang akan mendengarkannya.
Karena fasihnya ucapan mereka. Mereka adalah orang-orang yang paling
penakut dan berpecah belah. Mereka mengira teriakan-teriakan keras itu
selalu ditujukan pada mereka. Karena itu, mereka benci dengan jihad.
Ridha sekelompok dengan orang-orang yang menyimpang. Allah telungkupkan
hati mereka sehingga mereka tidak memahami.
Dan masih banyak lagi sifat-sifat orang-orang munafik dengan nifaq akbar ini. Mereka inilah yang Allah firman kan dalam Alquran:
﴿إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS:At-Taubah | Ayat: 67).
Dan firman-Nya,
﴿إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ﴾
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 145).
Umat Islam,
Inilah nifaq akbar (kemunafikan
besar) yang merupakan sifat orang-orang munafik di zaman Nabi ﷺ. Allah
menurunkan ayat-ayat Alquran untuk menjelaskan kekufuran mereka dan
menjelaskan kekalnya mereka di neraka. Tokoh utama mereka di zaman Nabi
bernama Abdullah bin Ubay. Ia sangat hasad kepada Nabi ﷺ sedari pertama
kali Nabi datang ke Madinah. Ia dengki karena semua orang berpaling
kepada Nabi dan sangat bergembira dengan kedatangan beliau ﷺ.
Ia
marah kepada Nabi ﷺ. Kemudian mengobarkan permusuhan yang kekal
terhadap beliau. Ia bersekongkol dengan orang-orang Yahudi dan
orang-orang yang berpenyakit hatinya. Mereka membuat konsporasi
terhadap Nabi ﷺ dan para sahabatnya. Menyebarkan isu dan desas-desus.
Mereka berusaha mencelakakan Nabi ﷺ di Perang Uhud. Hingga Rasulullah ﷺ
terseret oleh tiga tentara dan punggung beliau tak terlindungi.
Kemudian
Abdullah bin Ubay bersekongkol dengan komplotannya dalam Perang Ahzab.
Akibatnya, Nabi ﷺ terkepung di Madinah oleh pasukan sekutu. Mereka
adalah orang-orang yang menyebarkan fitnah di tengah-tengah kaum
muslimin.
Orang-orang munafik juga berada di belakang berita fitnah tentang Ummul Mukminin, Aisyah radihallahu ‘anha.
Mereka hendak mengada-adakan kemudian menyebarkan aib di rumah tangga
Nabi ﷺ. Sehingga syiar Islam pun runtuh wibawanya. Dan masih banyak
lagi konspirasi yang mereka lakukan. Untuk setiap orang-orang munafik,
tukang khianat yang menyembunyikan kekufuran, dan menikam umat Islam
dari dalam, simaklah ayat berikut ini:
﴿بَشِّرِ
الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ
يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا﴾
“Kabarkanlah
kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah
mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya
semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 138).
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ
مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا،
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ قَالَ لِنَبِيِّهِ: ﴿وَلَا تُطِعِ
الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ﴾ [الأحزاب: 48]،
وَأَمَرَ عِبَادَهُ المُؤْمِنِيْنَ أَنْ يَتَّقُوْا اللهَ وَأَنْ
يَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ، وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى إِمَامِ
الحُنَفَاءِ المُخْلِصِيْنَ، وَسَيِّدِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الَّذِيْنَ أَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلَّهِ،
وَأَنَابُوْا إِلَى رَبِّهِمْ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ:
Ayyuhal muslimun,
Ketahuilah, bentuk kemunafikan kedua yang dicela oleh Allah dan Rasul-Nya ﷺ adalah nifaq ashghar (kemunafikan
kecil) yakni kemunafikan dalam bentuk amalan. Yaitu seseorang berakhlak
dengan akhlak dan perbuatan orang-orang munafik, sementara di hati
mereka masih terdapat pondasi keislaman. Keadaan demikian tidak
mengeluarkan pelakunya dari Islam. Akan tetapi ia berada dalam bahaya
besar. Ia berada di jurang kehancuran. Karena adanya tanda-tanda
kemunafikan pada dirinya. Yaitu adanya perbedaan antara keadaan batin
dan zahir.
Abu Darda radhiallahu ‘anhu ketika
ditanya tentang khusyuk dan kemunafikan, beliau mengatakan, “Engkau
melihat jasad yang khusyuk, namun hatinya tidak dalam keadaan khusyuk.”
Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
“Termasuk bentuk kemunafikan adalah beda antara hati dan yang
diucapkan. Beda saat batin dengan zahir. Beda antara apa yang masuk dan
yang keluar.”
Tanda
orang yang memiliki kemunafikan kecil ini adalah di tengah manusia ia
tampil sebagai sosok yang shaleh dan takwa. Apabila ia menyediri,
berbedalah keadaannya. Rasa takut dan malunya kepada Allah, sedikit
sekali.
﴿يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ﴾
“Mereka
bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah,
padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan
keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 108).
Mereka
memperlihatkan amalan mereka pada manusia. Dan berusaha agar amalan
mereka didengar. Apabila shalat di tengah-tengah masyarakat, ia
memperbagus bacaan shalatnya. Apabila shalat sendirian, ia
malas-malasan dan mengakhirkannya dari waktunya. Ia senantiasa tidak
shalat di masjid, tanpa alasan yang dibenarkan. Shalat terberat bagi
orang-orang munafik adalah shalat isya dan subuh. Dan siapa yang
meninggalkan tiga kali shalat Jumat tanpa alasan yang dibenarkan, maka
ia dicatat sebagai orang munafik. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh
Nabi ﷺ.
Ibadallah,
Di antara bahayanya nifaq ashghar ini, ia merupakan tangga dan jembatan menuju nifaq akbar.
Apabila seseorang berakhlak dengan akhlak orang-orang munafik dan ia
banyak melakukan bentuk kemunafikan tanpa ia peduli, dikhawatirkan
imannya akan tergelincir saat kematian datang. Hingga ia menutup usia
dengan su-ul khotimah.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
أَنَّ الرَجُلَ لَيَعْمَلُ الزَمَنَ الطَوِيْلَ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، ثُمَّ يُخْتَمُ لَهُ عَمَلُهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ
“Ada
orang yang sungguh-sungguh beramal dalam waktu yang lama dengan amalan
ahli surga, kemudian ia menutup amalnya dengan amalan ahli neraka.”
(HR. Muslim).
Ada riwayat lain yang menjelaskan hadits ini:
أَنَّ عَمَلَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ذَاكَ، إِنَمَّا كَانَ فِيْمَا يَبْدُوْ لِلنَّاسِ
“Ia beramal dengan amalan ahli surga tersebut, hanya dalam pandangan manusia saja.”
Ibadallah,
Inilah nifaq ashghar (kemunafikan
kecil). Yang menjadi tanda lemahnya iman di hati. Sedikitnya rasa
pengagungan terhadap Allah dan cinta terhadap negeri akhirat. Oleh
karena itu, kita lihat hubungan para pelakunya dengan manusia: apabila
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, seandainya
memusuhi ia berbuat fajir, apabila dipercaya ia menyelisihi, dan
apabila diberi amanat ia khianat. Mereka berbuat curang kepada kaum
muslimin. Ketika berinteraksi dengan masyarakat, mereka menampilkan dua
wajah. Dan sejelek-jelek manusia di sisi Allah adalah mereka yang
bermuka dua. Ketika bertemu dengan suatu kelompok mereka menampilkan
satu sikap. Dan jika ke kelompok yang lainnya, mereka menampilkan sikap
yang lain pula.
Ini
menunjukkan perbedaan antara yang di batin dengan yang zahir. Mereka
adalah orang yang ragu dan bingung. Tidak tetap kepribadiannya dalam
satu keadaan. Dalam satu pola pikir. Tujuan mereka hanya untuk meraup
keuntungan materi. Kemana mereka menghadap, ke arah situlah tujuan
mereka. Sifat mereka ini telah dikabarkan oleh Nabi ﷺ,
مَثَلُ المنافقِ كمثلِ الشَّاةِ العائرةِ بين الغنمَيْن تعِيرُ إلى هذه مرَّةً، وإلى هذه مرَّةً، لا تدري أيَّهما تَتْبَعُ
“Permisalan
orang munafik adalah seperti kambing yang kebingungan dan
berbolak-balik di antara dua kelompok kambing. Sekali waktu pergi ke
kelompok ini. Dan di waktu lain pergi ke kelompok itu. Ia tidak tahu
mana yang ia ikuti.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Ciri
mereka juga adalah mendakwahkan seruan jahiliyah. Mengajak pada
kelompok. Mengajak memberontak pada pemerintah. Mereka tidak bersama
pemimpin negara, para ulama, dan orang-orang shaleh.
Sebagaimana dikatakan oleh Ammar dan Jabir radhiallahu ‘anhuma:
ثَلَاثَةٌ
لَا يَسْتَخِفُّ بِحَقِّهِنَّ إِلَّا مُنَافِقٌ بَيِّنٌ نِفَاقُهُ:
اَلْإِمَامُ المُقْسِطُ، وَمُعَلِّمُ الخَيْرِ، وَذُوْ الشَّيْبَةِ فِي
الإِسْلَامِ
“Ada
tiga kelompok, yang apabila ada seseorang yang tidak memenuhi hak
mereka, maka orang-orang itu adalah munafik yang jelas kemunafikannya:
(tiga kelompok itu adalah) Pemimpin yang adil, pengajar kebaikan
(ulama), dan orang yang ditokohkan (senior) dalam Islam.”
Anda melihat orang-orang yang memiliki nifaq ashghar ini
merasa berjasa dengan apa yang mereka tidak lakukan. Mereka memakai
pakaian kedustaan. Mereka suka dipuji dengan sesuatu yang tidak mereka
kerjakan. Mereka banyak melaknat, mencela, dan kotor ucapannya. Nabi ﷺ
bersabda,
وَإِنَّ البَذَاءَ وَالْبَيَانَ شُعْبَتَانِ مِنَ النِّفَاقِ
“Sesungguhnya al-badza (kotor ucapan) dan al-bayan (berorasi memuji dan membela pihak yang salah) adalah bentuk kemunafikan.” (HR. Ahmad dalam Munad-nya).
Seorang
wanita yang durhaka kepada suaminya, meminta cerai tanpa alasan yang
dibenarkan, membuka aurat dan menebar aroma wewangian, menanggalkan
rasa malu dan kehormatannya, juga termasuk tanda kemunafikan. Hal ini
pun telah dijelaskan oleh Nabi ﷺ.
Ayyuhal muslimun,
Inilah nifaq ashghar,
kemunafikan dalam amalan. Inilah yang dulu para sahabat dan salaf
kahwatir kalau mereka memiliki sifat-sifat ini. Mereka senantiasa
mengecek diri mereka agar tidak memiliki tanda-tanda kemunafikan ini.
Padahal, sungguh hati mereka dipenuhi pengagungan kepada Allah ﷻ.
Ikhlas kepada-Nya. Jujur dan senantiasa mendekatkan diri pada-Nya.
Mereka tahu bahwa kemunafikan dibangun dengan pondasi dusta, menipu,
dan kepribadian ganda. Oleh karena itu, mereka hiasi batin-batin mereka
dengan kebaikan. Mereka perbaiki kondisi hati mereka. Mereka
bersemangat agar tetap bersama jamaah dan pemimpin mereka. Memberi
nasihat kepada semua kaum muslimin. Karena yang demikian dapat
menyucikan hati. Membersihkannya dari kedengkian dan kecurangan.
Mereka
para sahabat nabi, banyak mengerjakan amalan-amalan sunnat yang tidak
dilihat oleh orang. Karena kebanyakan orang munafik suka dan
mempertontonkan amalan sunatnya. Mereka senantiasa membaca Alquran dan
berdzikir kepada Allah. Mereka bersemangat mendapatkan takbiratul ihram (takbir pertama) di masjid. Karena barangsiapa yang menjaganya, ia terbebas dari kemunafikan dan neraka.
Mereka
menyembunyikan amal kebajikannya. Bagi mereka sama saja, pujian atau
celaan. Mereka mencari ridha Allah, walaupun berkonsekuensi dijauhi
manusia. Mereka memiliki amal-amal yang rahasia. Karena itulah hati
mereka menjadi baik. Mereka terbebas dari riya dan sum’ah. Mereka
terlepas dari kemunafikan. Sehingga Allah perbaiki amalan zahir dan
semangat mereka. Dan Allah cukupkan dunia mereka.
Ibnul Jauzy rahimahullah mengatakan,
“Siapa yang memperbagus amalan batinnya, maka akan tersebar
keutamaannya. Hati mereka akan gemar menebar kebaikan. Demi Allah,
perbaikilah amalan batin. Tidak bermanfaat rusaknya batin dengan
baiknya amalan zahir.”
Ayyuhal muslimun,
Sesungguhnya
saudara-saudara kita di Suriah, khususnya di Kota Aleppo, mereka
berhadapan dengan musuh, kezhaliman, dan pembantaian. Musuh dari
kalangan Syiah Batniyah, Khawarij, dll. menguasai mereka. Dan di antara
tanda seorang mukmin yang jujur keimanannya, ia bersedih dengan musibah
yang menimpa saudaranya. Mereka perhatian dengan keadaan
saudara-saudaranya. Dan berusaha membantu mereka.
Dari mimbar ini, khotib menyampaikan titah Khadim al-Haramain asy-Syarifain –semoga
Allah memberi taufik dan mengokohkannya- untuk membantu saudara-saudara
kita di Suriah. Bersama mereka dan memberi pertolongan untuk mereka.
Dan kita juga mengajak kaum muslimin secara umum untuk memiliki andil
dalam hal ini. Kita bantu keluarga kita di Suriah. Kita bersama mereka
di tengah musibah yang menimpa mereka. Kita masukkan kebahagiaan ke
dalam hati-hati mereka. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba,
selama hamba tersebut menolong saudaranya.
ثُمَّ
صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى سَيِّدِ البَشَرِيَّةِ وَهَادِيْهَا
وَسِرَاجِهَا المُنِيْرِ، فَإِنَّ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – قَدْ أَمَرَنَا
بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ؛ حَيْثُ قَالَ فِيْ مُحْكَمِ
تَنْزِيْلِهِ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].
وَثَبَتَ
عَنْهُ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ: «مَنْ
صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا».
فَاللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَسَيِّدِنَا وَقُدْوَتِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى
آلِهِ وَأَزْوَاجِهِ، وَصَحَابَتِهِ الكِرَامِ، وَخُصَّ مِنْهُمْ: أَبَا
بَكْرٍ الصِدِّيْقَ، وَعُمَرَ الفَارُوْقَ، وَعُثْمَانَ ذَا
النُّوْرَيْنِ، وَعَلِيًّا أَبَا الْحَسَنَيْنِ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فِلَسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا
فِي الشَامِ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي سُوْرِيَا،
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي العِرَاقِ وَفِي اليَمَنِ،
اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، وَكُنْ مَعَهُمْ وَلَا
تَكُنْ عَلَيْهِمْ، وَانْصُرْهُمْ وَلَا تَنْصُرْ عَلَيْهِمْ بِقُوَّتِكَ
يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ.
اَللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُجَاهِدِيْنَ المَرَابِطِيْنَ عَلَى الحُدُوْدِ،
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُجَاهِدِيْنَ المُرَابِطِيْنَ عَلَى
الْحُدُوْدِ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، وَأَعِنْهُمْ
بِقُوَّتِكَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ.
اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُ البِلَادِ وَالعِبَادِ،
وَاجْعَلْهُمْ مَفَاتِيْحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيْقَ لِلشَّرِّ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدِيْنَا وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا، وَارْزُقْنَا
وَاجْبُرْنَا، وَارْفَعْنَا وَلَا تَضَعْنَا، وَأَكْرِمْنَا وَلَا
تُهِنَّا، وَأَعِنَّا وَلَا تُعِنْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْ وَلَا تَنْصُرْ
عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا عَلَى
مَنْ عَادَانَا، وَلَا تُشْمِتْ بِنَا عَدُوًّا وَلَا حَاسِدًا
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Khalid bin Ali al-Ghamidi (Imam dan Khotib Masjid al-Haram).
Judul Asli: Sifat al-Munafiqun fi al-Quran wa as-Sunnah
Tanggal Khotbah: 1 Rabiu ats-Tsani 1438 H
Penerjemah: Tim KhotbahJumat.com
Judul Asli: Sifat al-Munafiqun fi al-Quran wa as-Sunnah
Tanggal Khotbah: 1 Rabiu ats-Tsani 1438 H
Penerjemah: Tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
from=https://khotbahjumat.com/4450-khutbah-masjid-al-haram-sifat-orang-orang-munafik-di-dalam-alquran-dan-sunnah.html