Bismillahirrahmanirrahim
Ada
sebagian kesalahan yang tidak mungkin untuk dihilangkan secara
keseluruhan, karena satu hal yang memang terkait dengan asal
penciptaan. Akan tetapi yang memungkinkan adalah meminimalisir dan
mengurangi kesalahan tersebut, karena meluruskannya secara tuntas
justru akan membawa kepada bencana, seperti halnya masalah yang
berkaitan dengan kaum wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ
الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى
طَرِيْقٍ، فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا
عِوَجٌ، وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا
“Wanita
itu diciptakan dari tulang rusuk, yang ia tidak akan pernah tegak
(lurus) pada satu jalan. Jika engkau mengambil kesenangan dengannya,
maka engkau pun akan merasa senang dengannya. Padanya pula ada
kebengkokan. Jika engkau bertindak untuk meluruskannya, maka engkau
akan memecahkannya. Adapun pecahnya wanita adalah menceraikannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Hurairah, dengan nomor ke-1468)
Dalam satu riwayat:
اسْتَوْصُوا
بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ، وَإِنَّ
أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ
كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوا
بِالنِّسَاءِ
“Berwasiatlah
kalian terhadap para wanita dengan kebaikan, karena para wanita itu
diciptakan dari tulang rusuk. Dan sesuatu yang paling bengkok pada
tulang rusuk adalah bagian paling atasnya. Jika engkau bertindak untuk
meluruskannya, maka engkau akan memecahkannya (mematahkannya). Namun
jika engkau membiarkannya, maka selamanya ia akan bengkok. Maka
berwasiatlah kalian terhadap para wanita dengan kebaikan.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bersumber dari Abu Hurairah: Fath Al-Bari, nomor 5186)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (terhadap para wanita dengan kebaikan) seolah-olah di dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu
ada rumus untuk meluruskan para wanita dengan lemah lembut, agar jangan
sampai ia diluruskan dengan paksa, sehingga ia bisa pecah (patah).
Namun jangan pula ia dibiarkan saja, karena ia akan terus berada dalam
kebengkokan. Dapat disimpulkan dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini
bahwa, hendaklah wanita itu dibiarkan dalam kebengkokannya, jika
kekurangan yang telah menjadi tabiatnya itu melampaui batas (melanggar
aturan) dengan melakukan kemaksiatan secara langsung ataupun
meninggalkan kewajiban. Yang dimaksud dengan membiarkan wanita dalam
kebengkokannya hanyalah dalam hal-hal yang bersifat mubah. Dalam hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut ada kesesuaian dengan kecenderungan jiwa dan ketertautan hati.
Di
dalam hadits tersebut juga ada ruang para wanita untuk bisa memperoleh
maaf atas segala kelakuan mereka, bersabar atas kebengkokan mereka, dan
bahwa sesungguhnya orang yang berhasrat untuk meluruskan mereka,
hilanglah kesempatan untuk merasakan kenikmatan dengan mereka. Padahal,
tidak ada seorang manusia pun yang tidak butuh terhadap wanita, ia akan
menjadi tentram bersamanya dan selalu butuh pada bantuannya dalam
kehidupannya. Dengan semua itu, maka seolah-olah Ibnu Hajar berkata, “Merasakan kenikmatan bersama wanita tidak akan pernah menjadi sempurna kecuali dengan bersabar terhadapnya.” (Fath Al-Bari: 9/954).
—
(Disalin dari Buku karangan Syaikh Muhammad Shalim Al-Munajid, 38 Teknik Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Mengoreksi Kesalahan Orang, hlm. 68-71.)
Artikel Muslimah.or.id
Sumber: https://muslimah.or.id/9253-memahami-watak-alamiah-wanita.html