Menerima Kebenaran dari Siapa Saja, Kalau Belajar Harus
Pilih-Pilih Guru
Menerima
kebenaran dari siapa saja, asalkan itu adalah benar-benar suatu
kebenaran dan dipastikan itu valid. Sebagaimana kisah dalam shahih
Bukhari tentang Abu Hurairah yang diberitahu oleh setan: “Membaca ayat
kursi sebelum tidur, maka setan tidak akan bisa mengganggu hingga pagi
hari”. Kemudian Abu Hurairah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan beliau membenarkan informasi dari setan tersebut. Dalam
hal ini Abu Hurairah:
1) Mengecek kebenaran informasi tersebut agar valid
2)
Setelah tahu kebenarannya, beliau menerima dan tidak gengsi atau
menolak karena informasi itu diberitahu oleh musuh agama yaitu setan.
Silahkan baca haditsnya di catatan kaki berikut. [1]
Jika
kita mendapatkan nasehat yang baik dari siapa saja, hendaknya kita
berusaha lapang dada menerima. Akui saja kita salah dan bersyukur, tahu
bahwa kita salah serta segera memperbaikinya. JANGAN-lah membalas
kepada orang yang memberi nasehat dengan kata-kata
“Sok suci kamu”
“Gue gak akan terima nasehat dari orang macam kamu”
Berbeda
dengan ketika belajar, maka kita harus pilih-pilih guru. Karena guru
sangat memberikan pengaruh kepada kita. Belajar dengan guru yang lurus tauhid dan aqidahnya, baik akhlaknya serta lembut dan bijak dalam berdakwah.
Seorang ulama Muhammad bin Sirin berkata,
ﺇﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﻳﻦ ﻓﺎﻧﻈﺮﻭﺍ ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻥ ﺩﻳﻨﻜﻢ
”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian”.[2]
Demikian
juga Allah memerintahkan nabi Musa agar belajar kepada Nabi Khidir
karena nabi Musa belum memiliki ilmu yang ada pada nabi Khidir. Nabi
Khidir jelas adalah seorang guru yang baik.
ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻣُﻮﺳَﻰ ﻫَﻞْ ﺃَﺗَّﺒِﻌُﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥْ ﺗُﻌَﻠِّﻤَﻦِ ﻣِﻤَّﺎ ﻋُﻠِّﻤْﺖَ ﺭُﺷْﺪًﺍ
“Musa
berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?” (Al-Kahfi : 65-66)
Demikian semoga bermanfaat
_______________
@Antara langit dan bumi Allah, pesawat citilink Yogyakarta-Jakarta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
________________
Catatan kaki:
[1] Berikut haditsnya:
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ
فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ
لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ
إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ
فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم
– « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً
فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ
كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan
(zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan
dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai
Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya
keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku
melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
فَعَرَفْتُ
أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –
إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ
فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله
عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ
أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ
لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا
فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً
وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ
قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku
pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata
ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun
mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai
Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya
keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku
melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
فَرَصَدْتُهُ
الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ
لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا
آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ .
قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ
مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ
الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ )
حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ
حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ
سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه
وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ
بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى
إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ
أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ
الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ
وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ
عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا
إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ
ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ
شَيْطَانٌ »
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku
benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun
ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika
engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha
illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut.
Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan
mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun
melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai
Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah
beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan
dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia
mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah
membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa
huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan
senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi
hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.{?= apakah redaksi ini tidak salah tulis?=dass}” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun
dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu
siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).
[2] Muqaddimah Shahih Muslim
from = https://muslimafiyah.com/menerima-kebenaran-dari-siapa-saja-kalau-belajar-harus-pilih-pilih-guru.html