Apa Tujuan Menuntut Ilmu yang Sebenarnya?
Perlu
kita ingat kembali bahwa ilmu agama bukanlah tujuan paling utama dari
belajar agama dan semata-mata hanya ilmu saja. Akan tetapi tujuan kita
belajar agama dan menuntut ilmu adalah agar bisa mengamalkan ilmu tersebut. Jika kita sudah berilmu akan tetapi kita tidak bisa mengamalkan ilmu tersebut, inilah yang disebut dengan “ilmu yang tidak berkah.”
Tujuan utama ilmu tidak tercapai yaitu diamalkan. Ilmu tersebut bahkan
sia-sia karena tidak bisa menjaga orang yang mengetahui ilmu tersebut.
Contoh Ilmu yang Tidak Berkah
Ilmu
yang tidak berkah misalnya, ada orang yang tahu banyak hadits dan ayat
mengenai “sabar ketika mendapat musibah” bahkan ia hapal ayat dan
hadits tersebut. Akan tetapi, ketika ia mendapat musibah, ia malah
tidak sabar dan mencela takdir Allah. Semua ayat dan hadits yang ia
hapal ia lupakan saat itu .
Contoh Ilmu yang Berkah
Ilmu
yang berkah misalnya, ada orang yang mungkin tidak hapal hadits dan
ayat tentang “sabar ketika dapat musibah.” Yang ia ingat hanya sepotong
perkataan nasehat ustadz yaitu “Orang sabar akan disayang dan dibantu Allah, jadi harus ridha dengan takdir Allah.”
Ketika dapat musibah, ia ingat perkataan ini dan iapun sabar serta
tetap berbahagia dengan takdir Allah. Ilmu yang sedikit itu berkah dan
bisa menjaganya.
Penyebab Tidak Berkahnya Ilmu
1. Niat menuntut ilmu yang tidak ikhlas
Menuntut
ilmu harus ikhlas, bukan untuk sombong dan mendapatkan pujian manusia.
Seseorang akan mendapatkan ganjaran sesuai niatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنما الأعمال بالنية و إنما لكل امرء ما نوى
“Sesungguhnya amal itu sesuai dengan niatnya. Setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.“[1]
Hendaknya kita perbaiki niat dan selalu intropeksi diri baik di awal maupun di tengah-tengah amal kita karena hati dan niat manusia bisa dengan mudah berbolak-balik.
Sufyan Ats-Tsauri berkata,
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي
“Tidaklah
aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat yaitu meluruskan
niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.” [2]
2. Menuntut ilmu hanya sebagai wawasan
Artinya kita tidak pernah berniat menuntut ilmu untuk kita amalkan. Segera kita perbaiki niat kita agar menuntut ilmu untuk mengamalkannya.
Abu Qilabah berkata kepada Ayyub As Sakhtiyani,
إذَا حَدَثَ لَك عِلْمٌ فَأَحْدِثْ فِيهِ عِبَادَةً وَلَا يَكُنْ هَمُّكَ أَنْ تُحَدِّثَ بِهِ النَّاسَ
“Apabila
kamu mendapat ilmu, maka munculkanlah keinginan ibadah padanya. Jangan
sampai keinginanmu hanya untuk menyampaikan kepada manusia.”[3]
3. Kurang adab dalam menuntut ilmu
Jika
cara meminta dan menuntut ilmu saja sudah salah cara dan adabnya,
bagaimana bisa kita dapatkan keberkahan ilmu tersebut? Ibarat seseorang
akan minta uang atau pinjam sesuatu pada orang lain, akan tetapi dengan
cara yang kasar dan membentak serta adab yang jelek, apakah akan diberi?
Maaf, berikut contoh praktik menuntut ilmu dengan adab yang kurang baik:- Terlambat datang dan tidak minta izin dahulu, tetapi kalau gurunya terlambat langsung ditelpon atau SMS: “ustadz kajiannya jadi tidak?”
- Kalau tidak datang, tidak izin dahulu (untuk kajian yang khusus) dan kajian datang semaunya
- Duduk selalu paling belakang dan sambil menyandar (tanpa udzur)
- ketika kajian terlalu banyak memainkan HP dan gadget tanpa ada keperluan
- Terlalu banyak bercanda atau ribut dalam majelis Ilmu
- Terlalu Fokus ke Ilmu saja tanpa memperhatikan adab, niatnya hanya ingin memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat serta lupa memperhatikan dan mencontoh adab dan akhlak gurunya.
Contoh adab dalam menuntut ilmu adalah tenang dan fokus ketika di majelis ilmu. Ahmad bin Sinan menjelaskan mengenai majelis Abdurrahman bin Mahdi, guru Imam Ahmad, beliau berkata,
ﻛﺎﻥ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﻣﻬﺪﻱ ﻻ يتحدث في ﻣﺠﻠﺴﻪ، ﻭﻻ ﻳﻘﻮﻡ ﺃﺣﺪ ﻭﻻ ﻳﺒﺮﻯ ﻓﻴﻪ ﻗﻠﻢ، ﻭﻻ ﻳﺘﺒﺴﻢ ﺃﺣﺪ
“Tidak
ada seorangpun berbicara di majelis Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada
seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun yang
mengasah/meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum.”[4]
4. Sangat jarang atau tidak pernah menghadiri majelis ilmu
Ilmu itu didatangi, bukan mendatangi kita. Tidak
bijak jika secara total kita hanya mengandalkan belajar lewat sosial
media yang ilmu tersebut datang kepada kita dengan sendirinya. Ulama dahulu menjelaskan,
ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺆﺗﻰ ﻭ ﻻ ﻳﺄﺗﻲ
“Ilmu (agama) itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi”
5. Tidak menuntut ilmu secara bertahap dan tidak istiqamah
Yaitu
menuntut ilmu agama tidak teratur dan tidak berurutan sesuai arahan
guru. Perhatikan nasihat Syaikh Muhammad Shalih bin Al-‘Utsaimin
rahimahullahu berikut:
ﺃﻻ
ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻛﺘﺎﺏ ﻧﺘﻔﺔ، ﺃﻭ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻓﻦ ﻗﻄﻌﺔ ﺛﻢ ﻳﺘﺮﻙ؛ ﻷﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻀﺮ ﺍﻟﻄﺎﻟﺐ،
ﻭﻳﻘﻄﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﺑﻼ ﻓﺎﺋﺪﺓ، ﻓﻤﺜﻼً ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻳﻘﺮﺃ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺤﻮ : ﻓﻲ ﺍﻷﺟﺮﻭﻣﻴﺔ
ﻭﻣﺮﺓ ﻓﻲ ﻣﺘﻦ ﻗﻄﺮ ﺍﻟﻨﺪﻱ، ﻭﻣﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻷﻟﻔﻴﺔ . .. ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻘﻪ : ﻣﺮﺓ ﻓﻲ ﺯﺍﺩ
ﺍﻟﻤﺴﺘﻘﻨﻊ، ﻭﻣﺮﺓ ﻓﻲ ﻋﻤﺪﺓ ﺍﻟﻔﻘﻪ، ﻭﻣﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻐﻨﻲ ، ﻭﻣﺮﺓ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ،
ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻛﺘﺎﺏ، ﻭﻫﻠﻢ ﺟﺮﺍ ، ﻫﺬﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﻐﺎﻟﺐ ﻻ ﻳﺤﺼﻞُ ﻋﻠﻤﺎً، ﻭﻟﻮ ﺣﺼﻞ ﻋﻠﻤﺎً
ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﻻ ﺃﺻﻮﻻً
“Janganlah mempelajari buku sedikit-sedikit, atau setiap cabang ilmu sepotong-sepotong kemudian meninggalkannya, karena ini membahayakan bagi penuntut ilmu dan menghabiskan waktunya tanpa faidah, Misalnya: Sebagian
penuntut ilmu memperlajari ilmu nahwu, ia belajar kitab Al-Jurumiyah
sebentar kemudian berpindah ke Matan Qathrun nadyi kemudian berpindah
ke Matan Al-Alfiyah. Demikian juga ketika mempelajari fikih, belajar
Zadul mustaqni sebentar, kemudian Umdatul fiqh sebentar kemudian
Al-Mughni kemudian Syarh Al-Muhazzab, dan seterusnya. Cara seperti Ini
umumnya tidak mendapatkan ilmu, seandainya ia memperoleh ilmu, maka ia
tidak memperoleh kaidah-kaidah dan dasar-dasar.”[5]
Demikian semoga bermanfaat@ Di antara bumi dan langit Allah, Pesawat Yogya-Pontianak-Sintang
@Yogyakarta Tercinta
___________________
Catatan kaki:
[1] HR. Muslim
[2] Jami’ Al-‘ulum wal hikam hal. 18, Darul Aqidah, Koiro, cet.I, 1422 H
[3] Al-Adab Asy-Syar’iyyah 2/45, Muhammad Al-Maqdisy, Syamilah
[4] Siyaru A’lamin Nubala’ 17/161, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah
[5] Kitabul ‘ilmi syaikh ‘Utsaimin hal. 39, Darul Itqaan, Iskandariyah
Sumber: https://muslim.or.id/29935-penyebab-tidak-berkahnya-ilmu.html