Hari demi hari semakin banyak ujian bagi dakwah salafiyah dan
salafiyyin, baik dari dalam maupun dari luar. Semoga Allah senantiasa
menetapkan hati kita diatas manhaj salafi sejati hingga akhir hayat
nanti. Dan semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnah kelompok-kelompok
sesat kapan dan dimanapun kita berada. Aamin.
Diantara ujian tersebut adalah merasuknya virus kelompok Ikhwanul Muslimin (kelompok harakah/pergerakan)
ke dalam relung manhaj sebagian yang mengaku sebagai dai salafi. Mulai
dari meninggalkan atau tidak mengutamakan dakwah kepada tauhid uluhiyah
(atau aqidah salaf), lebih mementingkan kuantitas (menarik massa
sebanyak-banyaknya) daripada kualitas, menyeru kepada fiqih
waqi’/realita (fiqih koran), ingin masuk ke ranah politik/parlemen,
mengkritik pemimpin kaum muslimin di hadapan umum (di internet atau pun
medsos).
Dan diantara virus mereka yang juga lagi semarak di akhir-akhir ini
adalah bersatunya sebagian orang yang menisbatkan diri sebagai dai
salafi (baik dalam menyusun organisasi/perkumpulan dakwah) dengan ahli
bid’ah atau yang bukan di atas dakwah salafiyah atau yang punya
pemikiran harakah (seperti fiqih koran, punya web yang suka mencela
presiden RI dan suka menjadikan web kelompok Khawarij sebagai sumber
informasi, menterjemahkan buku-buku dai harakah seperti ‘Aidh Al-Qarni
dll) meski dilebeli dai salafi. Allahu al-musta’aan (kepada
Allah lah kita memohon pertolongan). Bahkan bukan hanya bersatu namun
mentokohkan mereka. Tanpa sadar mereka sudah terjangkiti virus kaidah
ikhwaniyah “Kita tolong menolong dalam hal yang kita sepakati dan kita saling memberi udzur dalam hal yang kita perselisihkan”? [1] .
Hal ini semakin memperparah keadaan sebagian jamaah salafiyyin yang
tidak bisa lagi membedakan mana da’i salafi sejati yang bisa diambil
ilmunya dan mana da’i haraki yang berlebel salafi (alias salafi KW) yang
tidak boleh diambil ilmunya. Maka benar apa yang dikatakan oleh salah
seorang ikhwah ketika penulis bertanya kepadanya : Bagaimana pendapat
antum tentang dakwah salafiyah di negeri kita sekarang ini? Beliau
menjawab : Faudha/kacau. Wa ilallah al-musytaka (kepada Allah lah aku mengeluhkan keadaan ini).
Maka dalam rangka melaksanakan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam “Agama adalah nasehat” kita akan nukilkan beberapa ucapan ulama
dakwah salafiyah tentang hal ini. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan
bagi para pengibar bendera dakwah salafiyah dan bisa meluruskan yang
bengkok serta mengembalikan mereka [2] ke jalan yang lurus dan membentengi yang lain dari virus-virus diatas dengan seijin dari Allah ta’ala :
1. Fatwa Lajnah Ad-Daimah (Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Abdul
Aziz bin Abdillah Alu Asy-Syaikh, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman
Al-Ghudayyan, Syaikh Bakar bin Abdillah Abu Zaid, Syaikh Shaleh bin
Fauzan Al-Fauzan –semoga Allah merahmati mereka yang telah meninggal
dunia dan menjaga yang masih hidup dari mereka-)
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِۚ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. Al-Maidah : 2)
Ada yang mengatakan : Bahwa wajib untuk kita bersatu/bergotong-royong
dengan semua kelompok-kelompok Islam meskipun berbeda dalam manhaj
dakwah mereka. Karena manhaj kelompok jama’ah tabligh berbeda dengan
manhaj kelompok ikhwanul muslimin atau hizbut tahrir, jama’ah jihad,
atau salafiyin. Bagaimanakah aturan dalam kita bergotong-royong
tersebut? Apakah hanya pada saat muktamar atau seminar bersama? Dan
bagaimana cara menyeru selain kaum muslimin –dalam hal ini terdapat
kerancuan dalam benak orang yang baru masuk Islam-? Karena setiap
kelompok akan mengarahkan yang lain kepada markaz mereka dan kepada
ulama mereka. Hal ini akan menyebabkan kebingungan dalam diri kaum
muslimin? Bagaimana cara mengatasi hal ini?
Jawaban : Yang wajib adalah bersatu/bergotong-royong
dengan kelompok yang berjalan di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai
dengan pemahaman salaf dalam berdakwah kepada tauhid, mengikhlaskan
ibadah kepada Allah, serta memperingatkan umat dari kesyirikan, bid’ah
dan maksiat, serta menasehati kelompok yang menyimpang. Jika mereka mau
kembali kepada kebenaran maka kita bersatu/bergotong-royong dengan
mereka. Namun jika mereka tetap dalam penyimpangan, maka wajib untuk
menjauh darinya serta tetap berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Bergotong-royong dengan kelompok yang berpegang teguh dengan manhaj
Al-Qur’an dan As-Sunnah itu dalam berbagai bidang yang disitu ada
kebaikan dan ketakwaan, baik dalam seminar, muktamar, kajian, dan setiap
hal yang bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin. [3]
2. Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullahu pernah ditanya : Apakah
mungkin (kelompok-kelompok kaum muslimin) bersatu dengan adanya
perbedaan manhaj dan aqidah?
Beliau menjawab : Tidak mungkin bersatu dengan
adanya perbedaan manhaj dan aqidah. Sebaik-baik bukti dalam hal ini
adalah keadaan bangsa arab sebelum diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dahulu mereka berpecah-belah dan saling bermusuhan. Ketika
mereka masuk Islam dan dibawah bendera tauhid, aqidah mereka satu dan
manhaj mereka satu maka bersatulah mereka dan berdiri negara mereka. Dan
Allah mengingatkan mereka tentang hal ini lewat firman-Nya :
وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ
إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم
بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا
Dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara. (QS. Ali Imran : 103)
Dan Allah berfirman :
وَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِہِمۡۚ لَوۡ
أَنفَقۡتَ مَا فِى ٱلۡأَرۡضِ جَمِيعً۬ا مَّآ أَلَّفۡتَ بَيۡنَ قُلُوبِهِمۡ
وَلَـٰڪِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيۡنَہُمۡۚ إِنَّهُ ۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ۬
Walaupun kamu membelanjakan semua
(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan
hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al- Anfal : 63)
Allah ta’ala tidak akan menyatukan hati orang-orang kafir dan yang
murtad serta kelompok-kelompok sesat. Namun Allah hanya menyatukan hati
orang-orang yang beriman yang bertauhid. Allah berfirman tentang
orang-orang kafir dan munafik yang menyelisihi manhaj Islam dan aqidah
Islam :
تَحۡسَبُهُمۡ جَمِيعً۬ا وَقُلُوبُهُمۡ شَتَّىٰۚ ذَٲلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٌ۬ لَّا يَعۡقِلُونَ
Kamu kira mereka itu bersatu, sedang
hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka
adalah kaum yang tidak mengerti. (QS. Al-Hasyr : 14)
وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ (118) إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَۚ
Tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. (QS.Huud : 118-119)
(Yang diberi rahmat) adalah mereka yang berpegang teguh dengan aqidah serta manhaj yang benar. Dan mereka lah yang selamat dari perselisihan tersebut.
Orang-orang yang berusaha untuk menyatukan manusia diatas kerusakan
aqidah dan manhaj yang berbeda, mereka itu melakukan hal yang mustahil.
Karena menggabungkan antara dua hal yang bertentangan termasuk suatu
yang mustahil. Tidaklah yang menyatukan hati serta barisan (kaum
muslimin) melainkan kalimat tauhid لا إله إلا الله . Jika memang
dipahami maknanya serta diamalkan konsekuensinya. Bukan sekedar
dilafadzkan saja tapi diselisihi kandungan isinya. Maka tidaklah
bermanfaat kalimat tauhid tersebut.[4]
Beliau juga mengatakan : Tidak ada kelompok yang
selamat kecuali hanya satu saja yaitu yang berjalan diatas metode Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau[5].
Inilah manhaj yang wajib bersatu diatasnya. Dan manhaj-manhaj yang
menyelisihinya itu memecah belah dan tidak menyatukan….kita tidak boleh
bersatu kecuali diatas manhaj salafush shalih.[6]
3. Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafidzahullahu ketika mengomentari
kaidah ikhawaniyah diatas berkata : “Yang layak bahkan yang wajib bagi
para pengikut da’i (yang menyeru kepada kaidah diatas) daripada
mengamalkan kaidah tersebut untuk mengumpulkan semua kelompok-kelompok
sesat bahkan yang paling sesat pula yaitu Rafidhah. Lebih baik dia
mengamalkan kaidah cinta dan benci karena Allah. Yang dengan kaidah
tersebut maka tidak ada ruang untuk dia memberi udzur (bersatu) dengan
kelompok sesat dan yang menyelisihi ahlussunnah wal jama’ah.[7]
4. Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullahu ketika berkata
tentang jihad pertama di Afghanistan : Ketika masalah itu semakin rumit
dan ini yang kita khawatirkan yaitu hizbiyah yang menyatukan sufi,
syi’i, fasik dan shalih kemudian setelah itu (kalahnya uni soviet),
mereka berperang sendiri untuk mendapatkan kedudukan. Karena pondasi
persatuan mereka tersebut bukan pondasi keimanan yaitu tunduk kepada
Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau
kepada hukum Allah.[8]
5. Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullahu berkata : Tidak
boleh bagi pengikut kebenaran untuk bersatu dengan pengikut kebatilan.
Tidaklah hal ini (persatuan antara semua kelompok) kecuali penipuan.
Karena kemenangan tidak akan terwujud kecuali dengan kebenaran saja.
Adapun kebatilan maka kita tidak boleh bersatu dengannya namun kita
harus menjauhinya…..Adapun para pengekor hawa nafsu (kelompok sesat)
mereka menginginkan untuk kita bersatu dengan mereka. Akan tetapi
seorang penuntut ilmu salafi yang berjalan diatas agama Allah, diatas
Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
pemahaman para salafush shaleh tidak boleh bersatu dengan mereka.[9]
Wallahu ta’ala a’lam
————————————
[1]
Ini adalah kaidah yang batil dan sesat yang meruntuhkan aqidah wala’
dan bara’ ahlussunnah wal jamaah. Untuk mengetahui bantahan kaidah
tersebut lihat kitab “Zajru Al-Mutahawin bi Dharari qaidah Al-Ma’dzirah wa At-ta’awun” oleh Syaikh Hamad bin Ibrahim Al-Utsman dengan diberi muqaddimah oleh Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr.
[2]
Terutama bagi yang hobi berorganisasi sangat diwajibkan memahami kaidah
ini. Jangan hanya bermodalkan semangat mendirikan organisasi, yayasan,
perhimpunan, perkumpulan atau apapun namanya sebelum memahami aturan
mainnya yang sesuai dengan manhaj salafi.
[3] Dinukil dan diterjemahkan dari kitab Zajru Al-Mutahawin hal.131-132.
[4] Al-Ajwibah Al-Mufiidah ‘an as-ilah al manahij al-jadidah no. 77 hal. 142-144.
[5]
Namun jangan kita tertipu dengan slogan kelompok-kelompok yang beraneka
ragam aqidah serta manhaj mereka yang mendengungkan slogan persatuan
diatas Al-Qur’an dan al- sunnah dengan pemahaman para sahabat, tabi’in
tapi tanpa bukti yang nyata dilapangan. Apakah termasuk manhaj salafush
shalih seorang salafi bersatu dengan haraki hizbi, sufi dan masih banyak
lagi?
[6] Idem no.78 hal.145-146.
[7] Zajrul Mutahawin hal.7-8.
[8] Maqtal Asy-Syaikh Jamil Rahman hal.19
[9] Ru’yah syar’iyyah lil fitan wa an nawaazil fi as-sahah al-iraqiyah hal.29-30 oleh Hasan Al-‘Iraqi.
Posting Ulang:
- Sumber=https://abdurrahmanthoyyib.com/2017/08/02/persatuan-lintas-manhaj-aqidah/
- Citramas, Cibiru-Bandung