Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab
syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.
Kaidah ke 61 : Kata: كان
mempunyai makna dawam (terus menerus) kecuali bila ada indikasi yang
menunjukkan bukan untuk dawam.
Contohnya hadits Hudzaifah:
كان النبي إذا قام من الليل يشوص
فاه بالسواك
“Kaana (adalah) Nabi
shallallahu alaihi wasallam apabila bangun dari tidurnya menggosok mulutnya
dengan siwak.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Contohnya juga:
كان يفتتح الصلاة بالتكبير
“Kaana (adalah) Beliau
membuka sholatnya dengan takbir.” (HR Muslim).
Contohnya juga:
كان إذا دخل الخلاء قال اللهم إني
أعوذ بك من الخبث والخبائث
“Kaana (adalah) beliau
apabila masuk wc mengucapkan: Allahumma inni
a’udzu bika minal khubutsi wal khobaaits.” (HR Bukhari dan Muslim)
Terkadang كان tidak mempunyai makna dawam.
Contohnya hadits:
كان يقرأ في صلاة الجمعة بسبح
والغاشية
“Kaana (adalah) beliau
membaca di sholat jum’at dengan surat sabbihis dan al ghosyiyah.” (HR Muslim)
Diketahui tidak dawam karena disebutkan dalam
hadits lain bahwa beliau membaca di sholat Jum’at dengan surat al jumu’ah dan
al munafiqun (HR Muslim).
_____________
Badru
Salam, حفظه الله
Share Ulang:
- Cisaat, Ciwidey-Bandung
- Sumber: http://bbg-alilmu.com/archives/21557