Masih
membahas sifat ‘ibadurrahman lainnya lanjutan dari bahasan yang
telah lewat. ‘Ibadurrahman sekali lagi adalah hamba Allah yang
beriman. Sifat mereka adalah pertengahan dalam membelanjakan harta.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al Furqan: 67).
Dalam
tafsir Al Jalalain menyebutkan bahwa sifat ‘ibadurrahman adalah
ketika mereka berinfak pada keluarga mereka tidak berlebihan dan tidak
pelit. Mereka membelanjakan harta mereka di tengah-tengah keadaan
berlebihan dan meremahkan. Intinya infak mereka bersifat pertengahan.
Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa sifat ‘ibadurrahman adalah mereka tidak
mubadzir (boros) kala membelanjakan harta mereka, yaitu
membelanjakannya di luar hajat (kebutuhan). Mereka tidak bersifat lalai
sampai mengurangi dari kewajiban sehingga tidak mencukupi. Intinya
mereka membelanjakan harta mereka dengan sifat adil dan penuh kebaikan.
Sikap yang paling baik adalah sifat pertengahan, tidak terlalu boros
dan tidak bersifat kikir. Hal ini senada dengan firman Allah Ta’ala,
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
“Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
” (QS. Al Isra’: 29).
Maksud ayat ini adalah jangan terlalu
pelit dan jangan terlalu pemurah (berlebihan). Dalam hadits dho’if (namun maknanya benar) disebutkan,
مِنْ فِقْهِ الرَّجُلِ رِفْقُهُ فِى مَعِيشَتِهِ
“Di antara tanda cerdasnya seseorang adalah bersikap pertengahan dalam penghidupan (membelanjakan harta).” (HR. Ahmad 5/194.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth katakan bahwa sanad hadits ini dho’if)
Para salaf mengatakan perkataan semisal di atas. Iyas bin Mu’awiyah berkata,
ما جاوزت به أمر الله فهو سرف
“Melampaui dari yang Allah perintahkan sudah disebut berlebihan.”
Ulama selain beliau mengatakan,
السرف النفقة في معصية الله
“Sikap berlebihan (dalam membelanjakan harta) adalah menafkahkan harta dalam maksiat kepada Allah.”
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
ليس النفقة في سبيل الله سرفا
“Nafkah
yang dibelanjakan di jalan Allah tidak disebut boros
(berlebihan)”. Semua perkataan salaf di atas dinukil dari Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnul Katsir.
Pembelanjaan
harta di atas mencakup zakat, penunaian kafarot dan nafkah yang wajib
maupun yang sunnah, kata Syaikh As Sa’di.
Semoga
Allah menganugerahkan pada kita sifat pertengahan dalam membelanjakan
harta dan menjauhkan kita dari sifat berlebihan (boros) serta sifat
kikir (pelit).
Wallahu waliyyut taufiq.
Sifat ‘ibadurrahman dalam ayat 68-71, alhamdulillah sudah dibahas dalam artikel di sini.Tersisa bahasan sifat hamba beriman dalam ayat 72 seterusnya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Referensi:
- Tafsir Al Jalalain, Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin As Suyuthi, terbitan Maktabah Ash Shofa, cetakan pertama, 1425 H.
- Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
- Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah , cetakan pertama, tahun 1423 H.
________________
Disusun di Kota Bandung, Sukajadi 171, 16 Ramadhan 1432 H (16/08/2011)
www.rumaysho.com
Share Ulang:
- Cipeuteuy, Sumedang
- from= https://rumaysho.com/1906-sifat-ibadurrahman-4-tidak-boros-dan-tidak-pelit.html