Dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah menunjukkan bahwa dosa terbagi menjadi dosa besar (al-kab`air) dan dosa kecil (ash-shagha`ir). Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf” (QS. Asy-Syura: 37).
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa besar yang
dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)” (QS. An-Nisa`: 31).
Allah Ta’ala juga berfirman:
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan
keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu
maha luas ampunan-Nya” (QS. An-Najm: 32).
Juga dalil-dalil As-Sunnah, menunjukkan adanya pembagian dosa besar dan dosa kecil. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الصَّلاةُ الخمسُ والجمعةُ إلى الجمعةِ كفَّارةٌ لما بينَهنَّ ما لم تُغشَ الْكبائرُ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke shalat Jum’at selanjutnya,
menghapuskan dosa-dosa di antara keduanya, selama tidak melakukan dosa
besar” (HR. Muslim no. 233).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اجتنبوا السبعَ الموبقاتِ . قالوا : يا
رسولَ اللهِ ، وما هن ؟ قال : الشركُ باللهِ ، والسحرُ ، وقتلُ النفسِ التي
حرّم اللهُ إلا بالحقِّ ، وأكلُ الربا ، وأكلُ مالِ اليتيمِ ، والتولي
يومَ الزحفِ ، وقذفُ المحصناتِ المؤمناتِ الغافلاتِ
“Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan. Para sahabat bertanya:
wahai Rasulullah, apa saja itu? Rasulullah menjawab, ‘syirik terhadap
Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan
hak, makan riba, makan harta anak yatim, kabur ketika peperangan,
menuduh wanita baik-baik berzina’” (HR. Bukhari no. 2766, Muslim no. 89).
Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma mengatakan:
الكَبائرُ تِسْعٌ: الإشراكُ باللهِ،
وقَتْلُ نَسَمَةٍ، والفِرارُ مِنَ الزَّحفِ، وقَذْفُ المُحْصَنةِ، وأكْلُ
الرِّبا، وأكْلُ مالِ اليتيمِ، وإلحادٌ في المسجدِ، والَّذي يَستَسخِرُ،
وبُكاءُ الوالدينِ مِنَ العُقوقِ
“Ada 9 dosa besar: syirik kepada Allah, membunuh jiwa, kabur dari
perang, menuduh wanita baik-baik berzina, makan riba, memakan harta anak
yatim, melakukan penyimpangan di masjid, tidak membayar upah pekerja,
membuat orang tua menangis karena perbuatan durhaka” (HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad 12/15, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Adabul Mufrad no.6).
Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan adanya dosa besar, maka mafhum-nya dosa-dosa selain dosa besar maka termasuk dosa kecil.
Kaidah Dalam Membedakan Dosa Besar Dan Dosa Kecil
Para ulama banyak menyebutkan dhawabith (kaidah) dalam membedakan dosa besar dengan dosa kecil. Diantara dhawabith dosa besar dan dosa kecil yang disebutkan para ulama adalah:
1. Dosa besar adalah yang disebutkan sebagai dosa besar oleh Allah dan Rasul-Nya
Semua dosa yang disebutkan secara tegas oleh Allah dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
sebagai dosa besar atau perbuatan yang membinasakan maka ini adalah
dosa besar. Juga yang disepakati oleh para ulama sebagai dosa besar.
Al-Qurthubi mengatakan:
كُلّ ذَنْب أُطْلِقَ عَلَيْهِ بِنَصِّ كِتَاب أَوْ سُنَّة أَوْ إِجْمَاع أَنَّهُ كَبِيرَة أَوْ عَظِيم
“Dosa besar adalah dosa yang dimutlakkan oleh nash Al-Qur`an dan
As-Sunnah atau ijma’ sebagai dosa besar” (Fathul Baari, 15/709).
Maka setiap dosa yang disebutkan oleh Allah atau oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
sebagai dosa besar, maka itu dosa besar. Sebagaimana dalam beberapa
hadits di atas, disebutkan beberapa dosa besar di antaranya syirik,
sihir, membunuh, makan riba, makan harta anak yatim, kabur ketika
peperangan, menuduh wanita baik-baik berzina, membuat orang tua
menangis, dan lainnya.
Dosa besar adalah dosa yang pelakunya diancam dengan adzab neraka,
kemurkaan Allah atau laknat, serta pelakunya disifati dengan kefasikan.
Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma ketika menafsirkan surat An-Nisa`: 31 di atas, beliau berkata:
الكبيرة كل ذنب ختمه الله بنار، أو غضب، أو لعنة، أو عذاب
“Dosa besar adalah yang Allah tutup dengan ancaman neraka,
atau kemurkaan, atau laknat atau adzab” (Tafsir Ibnu Katsir,
2/282).
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:
كُلّ ذَنْب نَسَبَهُ اللَّه تَعَالَى إِلَى النَّار فَهُوَ كَبِيرَة
“Setiap dosa yang Allah gandengkan dengan neraka maka itu adalah dosa besar” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/285).
Termasuk dosa besar, perbuatan yang dilarang oleh syariat dan
digandengkan dengan sebuah hukuman tertentu, tidak sekedar dilarang.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin mengatakan:
الكبائر هي ما رتب عليه عقوبة خاصة بمعنى
أنها ليست مقتصرة على مجرد النهي أو التحريم، بل لا بد من عقوبة خاصة مثل
أن يقال من فعل هذا فليس بمؤمن، أو فليس منا، أو ما أشبه ذلك، هذه هي
الكبائر، والصغائر هي المحرمات التي ليس عليها عقوبة
“Dosa besar adalah yang Allah ancam dengan suatu hukuman khusus.
Maksudnya perbuatan tersebut tidak sekedar dilarang atau diharamkan,
namun diancam dengan suatu hukuman khusus. Semisal disebutkan dalam
dalil ‘barangsiapa yang melakukan ini maka ia bukan mukmin’, atau ‘bukan
bagian dari kami’, atau semisal dengan itu. Ini adalah dosa besar. Dan
dosa kecil adalah dosa yang tidak diancam dengan suatu hukuman khusus”
(Fatawa Nurun ‘alad Darbi libni Al-‘Utsaimin, 2/24, Asy-Syamilah).
Dosa besar adalah dosa yang pelakunya dikatakan tidak beriman atau dianggap bukan bagian dari umat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan:
وضابطها – يعني : الكبيرة – ما قاله
المحققون من العلماء: كل ذنب ختمه الله بنار، أو لعنة، أو غضب، أو عذاب.
زاد شيخ الإسلام – يعني: ابن تيمية -: أو نفي الإيمان. قلت: ومن برئ منه
رسول الله صلى الله عليه وسلم ، أو قال: ليس منا من فعل كذا أو كذا
“Kaidah dosa besar, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama
muhaqqiqin, adalah setiap dosa yang Allah gandengkan dengan laknat, atau
kemurkaan atau adzab. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menambahkan: juga
yang terdapat penafian keimanan. Menurutku juga, termasuk dosa yang
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berlepas diri darinya, atau Nabi mengatakan: bukan golongan kami yang melakukan ini dan itu” (Fathul Majid, 418).
Dosa besar adalah semua dosa yang terdapat hukuman hadd-nya di dunia. Ibnu Shalah rahimahullah mengatakan:
لَهَا أَمَارَات مِنْهَا إِيجَاب الْحَدّ ,
وَمِنْهَا الْإِيعَاد عَلَيْهَا بِالْعَذَابِ بِالنَّارِ وَنَحْوهَا فِي
الْكِتَاب أَوْ السُّنَّة , وَمِنْهَا وَصْف صَاحِبهَا بِالْفِسْقِ ,
وَمِنْهَا اللَّعْن
“Dosa besar ada beberapa indikasinya, di antaranya diwajibkan hukuman
hadd kepadanya, juga diancam dengan azab neraka atau semisalnya, di
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian juga, pelakunya disifati dengan
kefasikan dan laknat ” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/285).
Syaikh Muhammad bin Ibrahim juga menjelaskan:
ما توعد عليه بغضب، أو لعنة، أو رتب عليه عقاب في الدنيا، أو عذاب في الآخرة
“Dosa besar adalah dosa yang diancam dengan
kemurkaan Allah, atau laknat, atau digandengkan dengan suatu hukuman di
dunia, atau dengan suatu adzab di akhirat” (Fatawa war Rasail, 2/54).
Konsekuensi Dosa Besar
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ما منِ امرئٍ مسلمٍ تحضرهُ صلاةٌ مكتوبةٌ .
فيُحسنُ وضوءَها وخشوعَها وركوعَها . إلا كانتْ كفارةً لما قبلها منَ
الذنوبِ . ما لمْ يؤتِ كبيرةً . وذلكَ الدهرَ كلَّهُ
“Tidaklah seorang Muslim menghadiri shalat wajib (di masjid), ia
membaguskan wudhunya dan membaguskan khusyuk serta rukuknya, kecuali itu
semua menjadi kafarah (penghapus) dosa-dosanya yang telah berlalu,
selama ia tidak mengerjakan dosa besar. Dan itu berlaku sepanjang masa” (HR. Muslim no. 228).
Al Imam An-Nawawi menjelaskan hadits ini:
مَعْنَاهُ أَنَّ الذُّنُوبَ كُلَّهَا
تُغْفَرُ إِلَّا الْكَبَائِرَ فَإِنَّهَا لَا تُغْفَرُ … قَالَ الْقَاضِي
عِيَاضٌ هَذَا الْمَذْكُورُ فِي الْحَدِيثِ مِنْ غُفْرَانِ الذُّنُوبِ مَا
لَمْ تُؤْتَ كَبِيرَةٌ هُوَ مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَأَنَّ
الْكَبَائِرَ إِنَّمَا تُكَفِّرُهَا التَّوْبَةُ أَوْ رَحْمَةُ اللَّهِ
تَعَالَى وَفَضْلُهُ
“Maknanya bahwa semua dosa akan diampuni (karena amalan tersebut)
kecuali dosa besar. Adapun dosa besar tidak diampuni (dengan sebatas
amalan tersebut) … Al-Qadhi Iyadh mengatakan bahwa yang disebutkan dalam
hadits, yaitu keyakinan bahwa dosa-dosa akan diampuni selama bukan dosa
besar, ini adalah keyakinan Ahlussunnah. Dan dosa besar itu hanya dapat
dihapuskan dengan taubat atau dengan rahmat dari Allah Ta’ala dan
keutamaan dari Allah” (Syarah Shahih Muslim lin Nawawi, 3/112).
Juga Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الصَّلاةُ الخمسُ والجمعةُ إلى الجمعةِ كفَّارةٌ لما بينَهنَّ ما لم تُغشَ الْكبائرُ
“Shalat lima waktu dan shalat Jum’at ke shalat Jum’at selanjutnya,
menghapuskan dosa-dosa di antara keduanya, selama tidak melakukan dosa
besar” (HR. Muslim no. 233).
Dan hadits-hadits yang menyebutkan penghapusan dosa karena amalan shalih semisal ini banyak.
Maka dosa kecil itu akan pupus dan akan hilang dengan sendirinya jika
seseorang melakukan amalan-amalan shalih. Namun tidak demikian pada
dosa besar. Dosa besar hanya bisa hilang jika pelakukan bertaubat
nasuha.
Demikian paparan ringkas ini, semoga bermanfaat. Wabillahi at taufiq was sadaad.
___Penyusun: Yulian Purnama
Artikel: Muslim.Or.Id
Share Ulang:
- Citramas, 20 Ramadhan 1440 H
- Sumber: https://muslim.or.id/40007-kaidah-dosa-besar-dan-dosa-kecil.html