Tujuan
Dari Pembahasan Tentang Terorisme:
Sesungguhnya Islam adalah
agama yang damai dan mencintai kedamaian sesuai dengan makna dari kata-kata
Islam itu sendiri. Hal ini telah dibuktikan ketika masa pemerintahan Islam di
kota Medinah. Kemudian ketika kaum muslimin menguasai negeri Syam (Palestina).
Begitu pula ketika kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol). Orang-orang non
muslim hidup tenteram di bawa kekuasaan Islam.
Nabi Islam adalah nabi
pembawa rahmat tidak hanya untuk umatnya semata akan tetapi bagi seluruh alam
termasuk binatang sekalipun.
Sebagaimana Allah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ [الأنبياء/107]
“Dan tiadalah Kami mengutus
engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta”.
Berikut bukti betapa agungnya
akhlak nabi Muhammad ﷺ terhadap musuh-musuh Islam:
Sebagaimana ketika mengajak
masyarakat Thoif masuk Islam. Mereka menolak masuk Islam dan menyuruh para
pemuda dan orang bodoh melempari nabi dengan
batu kerikil. Sehingga kaki dan tumit Nabi ﷺ berdarah dan beliau tidak sadarkan
diri kecuali sesampai di Qornu Tsa’alib. Lalu Allah mengutus malaikat Jibril
kepada beliau dan menyampaikan bahwa Allah mendengan perkataan kaummu dan apa
yang mereka lakukan terhadapmu. Allah telah mengutus kepadamu malaikat Jibal
(gunung). Mereka siap melakukan apa yang engkau kehendaki untuk kaummu dari
kebinasaan. Lalu malaikat Jibal mendekati Nabi ﷺ. Lalu berkata: Aku diperintahkan Allah untuk menemuimu agar aku melakukan apa
yang engkau inginkan terhadap mereka.
Jika engkau menginginkan agar aku menjatuhkan kedua gunung Makkah ini di atas
mereka, aku siap melakukannya. Jawab Rasulullah ﷺ: “Aku berhadap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka
orang yang mau menyembah
Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”[1].
Demikian pula ketika
Rasulullah ﷺ menaklukkan kota Makkah, ia berkata:
«مَنْ دَخَلَ
دَارَ أَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَلْقَى السِّلاَحَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ
أَغْلَقَ بَابَهُ فَهُوَ آمِنٌ» رواه مسلم.
“Barangsiapa
yang masuk rumah Abu Sofyan, maka ia aman. Barangsiapa yang meletakkan pedangnya, maka ia aman. Dan Barangsiapa yang bersembunyi di rumahnya, maka
ia aman”.
Dalam suatu peristiwa
diceritakan oleh Aisyah isteri Nabi ﷺ:
عن عائشة رضي
الله عنها قالت: استأذن رهط من اليهود على النبي ﷺ فقالوا السام عليك فقلت بل عليكم
السام واللعنة، فقال: (يا عائشة إن الله رفيق يحب الرفق في الأمر كله)، قلت أولم تسمع
ما قالوا، قال: (قلت وعليكم) رواه البخاري.
Dari Aisyah ia berkata: beberapa orang yahudi masuk
menemui Nabi ﷺ. Lalu mereka mengatakan: “Kematianlah atasmu” (semoga engkau ditimpa kebinasaan). Aku membalas dengan
ucapan: “Atas kalian kematian dan laknat”(semoga kalian ditimpa
kebinasaan dan laknat Allah). Maka Nabi ﷺ menegur: “Wahai aisyah, sesungguhnya Allah Maha Lembut menyukai kelembutan dalam segala urusan”. Aisyah berkata: tidakkah engkau
dengar apa yang mereka katakan? Jawab beliau: aku sudah jawab: “Dan atas kalian“.
عَنْ تَمِيمٍ
الدَّارِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ قَالَ « الدِّينُ النَّصِيحَةُ » قُلْنَا لِمَنْ قَالَ
« لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
» رواه مسلم.
“Dari Tamim Ad-Daary t bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Agama adalah nasehat”. Kami (para sahabat) bertanya,”Bagi siapa?” Beliau bersabda,”Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya dan bagi penguasa kaum
muslimin serta rakyatnya.” (HR.Muslim)
Dalam hadits lain disebutkan:
عن أنس
قال: قال رسول الله ﷺ (انصر أخاك ظالما أو مظلوما). فقال رجل يا رسول الله أنصره
إذا كان مظلوما أفرأيت إذا كان ظالما كيف أنصره؟ قال (تحجزه أو تمنعه من الظلم فإن
ذلك نصره) رواه البخاري.
Dari Anas, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Tolong saudaramu yang menzalimi dan dizalimi”.
Maka seseorang bertanya: Ya rasulullah, aku menolong apabila ada yang
dizalimi. Maka bagaimana cara menolong orang berlaku zalim? Beliau
menjawab: “Engkau menghalangi dan menceganya dari berbuat zalim. Maka
demikian cara menolongnya”.
Baru-baru ini banyak
pihak-pihak tertentu yang berupaya
mengkait-kaitkan aksi terorisme dengan dakwah Ahlussunnah yang tegakkan oleh
tokoh pembaharu paham Ahlussunnah Syeikh Muhammad Bin Abdul wahab. Apa mereka
tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa ulama yang paling getol memerangi
terorisme adalah para ulama yang mengikuti dakwah Ahlussunnah. Oleh sebab itu
ancaman teroris yang paling besar adalah terhadap negara Ahlussunnah Saudi
Arabia. Bahkan para gembong teroris mengkafirkan para ulama yang membongkar
kesesatan mereka. Termasuk kelompok pro teroris di negeri ini beberapa bulan
yang lalu menerbitkan dalam sebuah majalah mereka penghinaan terhadap
pemerintah dan ulama Saudi Arabia[2].
Penulis tidak melihat
perjuangan dan kesungguhan Ulama dalam menumpas terorisme sebagaimana yang dilakukan
oleh para ulama Saudi Arabia. Setiap saat mereka menerangkan kepada umat
tentang bahaya laten terorisme, baik dalam bentuk karya ilmiah, tulisan,
artikel, ceramah, fatwa, seminar dll. Bahkan mereka menumpas teroris keakar-akarnya. mereka
menjelaskan dan membongkar kesalahan para tokoh teroris dalam beragumentasi dengan ayat dan
hadits. Silakan baca buku-buku (kitab-kitab) yang akan kami sebutkan di akhir
pembahasan ini.
Bahkan gembong-gembong teroris internasional mengkafirkan
para ulama yang membongkar kesesatan mereka tersebut. Bagaimana bisa dikatakan
bahwa dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ada kaitan dengan teroris. Kami
meminta bukti kepada setiap orang yang melontar tuduhan dan fitnah tentang
terkaitnya dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul
Wahab dengan terorisme. Kami tidak meminta satu kitab, tetapi cukup satu
ungkapan saja dari ulama yang mengikuti dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab
mengarah pada doktrin
teror. Menurut hemat kami orang yang menuduh tentang adanya kaitan antara terorisme dengan dakwah Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab ada beberapa kemungkinan:
Pertama: Adakalanya
ia belum mengenal, belum memahami serta belum mengerti apa itu terorisme dan
bagaimana doktrin pemahamannya.
Kedua: Atau
adakalanya ia belum mengenal, belum memahami serta belum mengerti tentang
landasan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dan bagaimana pemahamannya.
Ketiga: Atau
adakalanya ia hanya mengambil
informasi sepihak, yaitu dari pihak yang mudah menuduh, mudah berkesimpulan
sebelum mengadakan eksperimen, penelitian dan pengkajian mendalam terhadap
pihak yang dituduh.
Keempat: Atau
sengaja ingin melakukan sebuah propaganda dalam memecah belah umat Islam, dengan
mengelompokkan mereka ke dalam berbagai kelompok lalu membenturkan antara satu
kelompok dengan yang lainnya.
Kelima: Atau
ada agenda dan tujuan tertentu dibalik tuduhan itu semua, bisa saja dari musuh
Islam atau dari musuh dakwah Ahlussunnah, atau mungkin saja dari kelompok yang
mendukung tindakan terorisme untuk mengalihkan tuduhan[3].
Definisi
Terorisme:
Belum ada kesepakatan terhadap
definisi terorisme yang dapat diterima oleh semua pihak. Berbagai definisi yang dikemukakan oleh berbagai
pakar dan pengkaji tidak terlepas dari berbagai tanggapan yang menolak. Bahkan
salah seorang pakar mengatakan ada sekitar 180 definisi tentang terorisme[4].
Satu hal yang amat perlu
diperhatikan oleh kita semua adalah jangan mengindentikkan dengan agama tertentu apalagi
dengan agama Islam. Sebab aksi teror tidak dibenarkan dalam ajaran agama
manapun sebagaimana pengakuan pemeluk setiap agama.
Setelah melihat berbagai
definisi yang dikemukakan oleh berbagai pakar, di sini kami mencoba memilih dan
menyimpulkan sebahagian dari definisi-definisi tersebut. Kesimpulan penulis
tentang definisi terorisme adalah:
Doktrin dan aksi terorganisir yang mengancam
keselamatan jiwa dan harta orang banyak dengan pembunuhan dan penghancuran tanpa
alasan dan tujuan yang benar.
Maka terorisme doktrin dan ancaman gerakan terencana terhadap jiwa dan
harta orang banyak tanpa alasan dan tujuan yang benar.
Akan tetapi istilah terorisme
baru dikenal beberapa tahun belakangan ini, diawali sejak perang dingin antara dua
negara adikuasa berakhir, setelah kalahnya
adikuasa Uni sovyet dalam melawan Afganistan. Lalu negara-negara Islam yang
berada dalam cengkeraman
negara tersebut berusaha melepaskan diri. Kemudian lebih mengemuka lagi setelah
kejadian 11 September di Amerika Serikat tahun 2001.
Namun yang sangat menggelitik
sekaligus memalukan adanya pernyataan dari salah seorang yang dianggap
sebagai tokoh Islam bahwa ciri-ciri teroris adalah jenggotan, celana cingkrang dan selalu membawa mushaf kecil. Hal ini menunjukkan keterbelakangan
tokoh tersebut dalam segi informasi dan pemikiran apalagi tentang pemahaman
ajaran agama. Pernyataan tersebut disamping tidak sesuai dengan fakta juga
terselip bentuk kebencian terhadap umat Islam
yang berusaha menjalan agamanya sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah ﷺ.
Terorisme
sejak dulu sampai sekarang
Jika kita teliti sesungguhnya
aksi teror sudah lama berlangsung dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Aksi teror telah dilakukan
oleh penentang dakwah para rasul. Mereka memburu
dan membunuh para pengikut mereka. Seperti apa yang dilakukan oleh:
·
kaum
Babilonia terhadap nabi
Ibrohim Alaihissalam,
·
kaum
Fir’aun terhadap nabi Musa Alaihissalam dan pengikutnya,
·
kaum
Yahudi terhadap nabi Isa Alaihissalam dan pengikutnya.
·
kaum
Quraisy terhadap nabi Muhammad ﷺ dan pengikutnya.
·
Hitler
Nazi di jerman
·
Kaum
Narani terhadap orang-orang Islam di Spanyol.
·
Israil
terhadap muslim palestina
·
Serbia
terhadap muslim Bosnia
·
Sovyet
terhadap Muslim di negeri-negeri Islam Balkhan
·
PKI di
indonesia
·
Syi’ah
Rofidhoh terhadap Ahlussunnah di Iran
Sebab-Sebab Muncul Dan
Berkembangnya Terorisme
Mengenal sebab tentang
sesuatu hal yang ingin kita obati adalah amat penting. Karena melalui
sebab-sebab tersebut akan dilakukan diagnosa untuk memberikan terapi yang tepat
terhadap suatu penyakit. Maka oleh sebab itu sebelum memberikan terapi penting
kita mengenal sebab akibat dari suatu penyakit. Supaya terapi yang diberikan
tepat mengena sasaran. Maka kesembuhan akan sangat cepat dapat dipulihkan.
Bahkan terapinya tidak mesti makan obat, tetapi cukup menghindari sebab-sebabnya saja.
Jika kita cermati banyak
sekali persoalan yang mendukung dan menyebabkan muncul dan berkembangnya
terorisme. Pada berikut ini kita akan sebutkan yang paling dominan saja,
diantaranya:
Sesungguhnya semua hal ini
tidak luput dari perhatian pemimpin-pemimpin negara muslim. Mudah-mudahan Allah
memberikan kekuatan kepada mereka untuk berani berbicara di dunia internasional
demi keadilan.
Kenapa yang dihancurkan dan
dimusnahkan adalah negara dan manusia yang tidak bersalah hanya demi untuk
menangkap Saddam dan Bin Laden? Sesungguhnya orang-orang kafir memang tidak
akan pernah berbuat adil.
وَالْكَافِرُونَ
هُمُ الظَّالِمُونَ [البقرة/254]
“Dan orang-orang kafir itulah
orang-orang yang zalim”.
وَلَا تَحْسَبَنَّ
اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ
فِيهِ الْأَبْصَارُ [إبراهيم/42]
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah
lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada
mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”.
إِنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ [يوسف/23]
“Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.
Kemudian diiringi dengan konflik perebutan kebijakan dalam kekuasaan
antara aktivis dakwah dengan sebagian penguasa.
Sehingga tidak jarang bermuara kepada penculikan dan pembunuhan dari pihak
penguasa terhadap aktivis
dakwah. Ditambah lagi adanya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang
sengaja membenturkan antara umat Islam dengan pihak penguasa. Sehingga ada kekhawatiran dari pihak penguasa akan
terjadinya Islamisasi terhadap sebuah bangsa. Lalu dianggap dapat mengganggu
keamanan dan persatuan bangsa. Kesalahan tidak dipihak tertentu, tetapi
dari kedua belah pihak terdapat kesalahan. Karena di antara aktivis dakwah ada yang menjadikan isu Islam
sebagai batu loncatan untuk memuaskan nafsu politiknya. Tetapi perlu diyakini
oleh semua penegak bangsa ini bahwa Islam adalah perekat persatuan bangsa.
Islam menyuruh pemeluknya untuk taat kepada penguasa dalam segala kebenaran.
Islam mengharamkan tindakan-tindakan
yang dapat melemahkan penguasa walau terdapat penyimpangan di tengah-tengah
penguasa. Hal ini ditekan oleh setiap ulama dalam kitab-kitab akidah
ahlussunnah wal jama’ah.
Tatkala kebodohan dan
kemunduran terhadap pemahaman agama tersebar di tengah-tengah masyarakat Islam
terlebih khusus generasi muda. Pembodohan tersebut ada yang
disengaja di program dalam sistem pendidikan dan ada pula yang tidak
disengaja. Hal ini menjadi ladang yang subur bagi aliran-aliran sesat untuk menyebarkan doktrin-doktrin mereka termasuk gerakan terorisme
terutama di kalangan generasi muda.
Yang dimaksud dengan ghuluw
adalah melampaui batas perintah agama kepada perbuatan bid’ah.
Berikut kita sebutkan dalil
dari Al Qur’an dan sunnah tentang larangan tindakan ghuluw dalam agama:
يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ
[النساء/171]
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”.
قُلْ يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ
قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
[المائدة/77]
Katakanlah:
“Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara
tidak benar dalam agamamu. Dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”
عن ابن عباس
قال قال رسول الله ﷺ: ((يا أيها الناس إياكم والغلو في الدين فإنه أهلك من كان
قبلكم الغلو في الدين)). رواه النسائي وابن ماجه وصححه الشيخ الألباني.
“Dari Ibnu Abbas t ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai
manusia ! Jauhilah sikap ghuluw (ekstrim) dalam beragama. Karena sungguh sikap
ghuluw beragama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah serta dishohihkan oleh Syaikh Al-Bani)
Mempelajari agama dengan
acara otodidak atau belajar agama bukan kepada ahlinya
adalah penyebab utama lahirnya berbagai kesesatan dalam menghayati dan
mengamalkan ajaran agama. Yang salah bukan agama, akan tetapi cara dan jalan yang ditempuh
dalam memahaminya. Oleh sebab itu Allah perintahkan agar kita bertanya
kepada ahlinya.
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النحل/43]
“Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai
ilmu jika kamu tidak mengetahui”.
Jangankan ilmu agama, ilmu
dunia sekalipun jika tidak dipelajari melalui ahlinya akan membawa kepada
kebinasaan. Coba kita bayangkan jika seseorang ingin menjadi seorang dokter. Ia
pergi ke toko buku lalu ia beli segala buku kedokteran. Kemudian ia coba
memahami sendiri di rumah tanpa belajar kepada ahli kesehatan. Atau buku
tersebut ia fahami menurut konsep dukun atau ia pelajari melalui dukun. Lalu
setelah lima tahun ia membuka praktek pelayanan kesehatan, kira-kira bagaimana
jadinya jika orang seperti itu mengobati masyarakat. Orang seperti ini pasti ditangkap
dan diproses ke pengadilan karena dianggap sebagai dokter gadungan. Tetapi
sekarang banyak ulama dan da’i gadungan kenapa tidak ditangkap pada hal mereka
jauh lebih berbahaya dari dokter gadungan.
Kemarin ia sebagai bintang film, pelawak,
model, penyanyi dan bekas tahanan kejahatan. Tiba-tiba hari ini menjadi da’i
kondang dan berfatwa dengan seenaknya. Tokoh politik pun ikut berbicara masalah
agama dan mengacak-acak ajaran agama. Dan lebih sadis lagi belajar Islam kepada
orang kafir, mereka yang sudah nyata-nyata sesat dalam memahami Taurat dan Injil kok malah sekarang Al
Qur’an dipelajari melalui mereka. Sekalipun terasa aneh
tapi nyata.
عَبْدَ اللَّهِ
بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ
لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ
الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ
رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
» متفق عليه.
“Dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash t ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
mencabut ilmu dengan mencabutnya dari (dada) manusia. Akan tetapi Dia mencabut
ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga tatkala Dia tidak menyisakan seorang
pun yang berilmu maka manusia pun menjadikan para tokoh yang tidak berilmu
(sebagai ulama). Lalu mereka ini ditanya (tentang permasalahan agama) maka
mereka pun berfatwa tanpa didasari ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kurangnya kematangan para
da’i dari segi ilmu, kesabaran dan pengalaman dalam menghadapi tantangan
dakwah. Sebahagian orang ada yang menginginkan jika berdakwah mulai di pagi
hari, maka di sore hari harus melihat perubahan total 160 derajat. Hal ini bertentangan sunnah kauniyah
dan sunnah syar’iyah. Secara kauniyah segala sesuatu mengalami perubahan dengan
cara berangsur-angsur. Demikian dalam sunnah syar’iyah,
Allah menurunkan syari’atnya secara berangsur-angsur. Diantara para nabi ada yang
berdakwah ratusan tahun, seperti nabi Nuh, akan tetapi beliau sabar dalam
menunggu hasil. Diantara mereka juga yang diutus kepada penguasa yang kejam,
seperti nabi Ibrohim dan nabi Musa, mereka sabar dalam mendakwahi kaumnya.
Tidak pernah mengajak pengikutnya untuk menculik dan merusak fasilitas negara. Demikian pula halnya
nabi kita Muhammad ﷺ saat beliau di Makkah, beliau disiksa dan dihina, bahkan
ada keluarga Ammar bin Yasir disiksa di hadapan beliau. Ketika itu beliau tidak
melakukan perbuatan teror kepada orang kafir, bahkan menyuruh sebahagian sahabat
untuk hijrah ke negeri Najasyi yang beragama nasrani. Tidakkah para da’i kita mengambil
‘ibroh dan pelajaran dari perjalanan dakwah nabi kita Muhammad ﷺ?
-----------
Oleh: Dr. Ali Musri Semjan
Putra, MA
Follow Us : Facebook Dr. Ali Musri Semjan Putra., MA (Bisa
mengikuti kajian LIVE via Facebook)
Twitter @Ali_Musri_SP | Instagram @ali_musri_semjan_Putra
FacebookTwitterGoogle+WhatsAppShare
______________
[1] Kisah
ini diriwayatkan oleh Bukhari: 3/1180 dan Muslim: 5/181.
[2] Lihat
majalah “”Risalah Mujahidin Th III/Edisi 26 terbit Shafar 1430
H/Jan-Feb 200M.
Dengan topik: “Poros
Setan Mencabik Islam Di Tanah Haram” dan “Dinasti Saudi Satu Trah Dengan
yahudi”.
[3] Baca
tulisan kami “Apa Itu Wahabi” dalam majalah “Adz Dzakhiirah”
edisi no 54 terbit bulan Ramadhan th 1430 H.
[4] Lihat
kitab “As Su’udiyuun Wal Irhaab”. Hal: 75.
+++++++
Share Ulang:
Citramas: Selasa, 28 Rajab 1443 H
Sumber: http://dzikra.com/mengapa-terorisme-dikecam/