حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ،
وَأَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ،
عَنْ سَعِيدِ بْن أَبِي هِلَالٍ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ سَيْفٍ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ
لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ "
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar : Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdurrahman bin Mahdiy dan Abu ‘Aamir
Al-‘Aqadiy, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepadaku
Hisyaam bin Sa’d, dari Sa’iid bin Abi Hilaal, dari
Rabii’ah bin Saif, dari ‘Abdullah bin ‘Amru, ia
berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak
ada seorang muslim yang meninggal di hari Jum’at atau malam
Jum’at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur” [As-Sunan, no. 1074].
Keterangan perawi :
1. Muhammad
bin Basyaar bin ‘Utsmaan Al-‘Abdiy Abu Bakr Al-Bashriy yang
terkenal dengan sebutan Bundaar; seorang perawi yang tsiqah (167-252 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 828 no. 5791].
2. ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy bin Hassaan bin ‘Abdirrahmaan Al-‘Anbariy Abu Sa’iid Al-Bashriy; seorang yang tsiqah, tsabt, lagi haafidh (135-198 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 601 no. 4044].
3. ‘Abdul-Malik bin ‘Amru Al-Qaisiy, Abu ‘Aamir Al-‘Aqdiy Al-Bashriy; seorang perawitsiqah (w. 204/205 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 625 no. 4227].
4. Hisyaam
bin Sa’d Al-Madaniy, Abu ‘Abbaad atau Abu Sa’iid
Al-Qurasyiy; seorang yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar berpredikat shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan (w. 160 H). Dipakai oleh Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya sebagai syawaahid [lihat : idem hal. 1021 no. 7344, Tahdziibul-Kamaal 30/209, dan Tahdziibut-Tahdziib 4/11].
Saya (Abul-Jauzaa’) berkata : Namun yang raajih, Hisyaam ini dla’iif.
Ia telah didla’ifkan oleh jumhur ulama seperti Abu Ahmad bin
‘Adiy, Ahmad, Ibnu Ma’iin, An-Nasaa’iy, Abu Haatim,
Ibnu Sa’d, Ibnu Abi Syaibah, Al-Fasawiy, Al-Baihaqiy,
Al-‘Uqailiy, Ibnu Hibbaan, Abu Zur’ah (dalam satu riwayat),
Ibnul-Madiniy, Muhammad bin ‘Abdillah Al-Barqiy, Yahyaa bin
Sa’iid Al-Qaththaan, dan Ibnu ‘Abdil-Barr.
[lihat : Tahriirut-Taqriib, 4/39 no. 7294].
5. Sa’iid bin Abi Hilaal Al-Laitsiy, Abul-‘Alaa’ Al-Mishriy; seorang yang shaduuq (w. 130/149 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 390 no. 2423].
6. Rabii’ah
bin Saif bin Maati’ Al-Mu’aafiriy Ash-Shanamiy
Al-Iskandaraaniy; seorang yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar berpredikat shaduuq, namun mempunyai beberapa riwayat munkar (w. 120 H). [lihat : idem hal. 321 no. 1916].
Saya (Abul-Jauzaa’) berkata :
Al-Bukhaariy berkata : “Mempunyai hadits-hadits munkar (‘indahu manaakir)”. An-Nasaa’iy berkata : “Tidak mengapa dengannya”. Di lain riwayat ia berkata : “Dla’iif”. Ad-Daaruthniy berkata : “Shaalih”. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat dan
berkata : “Banyak salahnya”. Abu Sa’iid bin Yuunus
berkata : “Dalam haditsnya terdapat pengingkaran”.
Al-‘Ijliy berkata : “Tsiqah”. Abul-Fath Al-Azdiy berkata : “Dla’iif”.
Yang raajih – wallaahu a’lam – mengenai diri Rabii’ah adalah ia seorang yang dla’iifyang mempunyai riwayat-riwayat munkar. Abu Ishaaq Al-Huwainiy menyimpulkandla’iif. [lihat : Tahdziibul-Kamaal 9/113- no. 1876, Tahdziibut-Tahdziib, 3/256, danNatsnun-Nabaal, hal. 496 no. 1072].
At-Tirmidziy berkata setelah membawakan riwayat ini :
هذا
حديث غريب قال وهذا حديث ليس إسناده بمتصل ربيعة بن سيف إنما يروي عن أبي
عبد الرحمن الحبلى عن عبد الله بن عمرو ولا نعرف لربيعة بن سيف سماعا من
عبد الله بن عمرو
“Hadits ini ghariib. Sanadnya tidak bersambung (muttashil),
karena Rabii’ah bin Sa’if hanyalah meriwayatkan melalui
perantaraan Abu ‘Abdirrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullah bin
‘Amru. Dan kami tidak mengetahui penyimakan Rabii’ah dari
‘Abdullah bin ‘Amru” [As-Sunan, 2/372].
Keterputusan
antara Rabii’ah dan ‘Abdullah bin ‘Amru yang
dikatakan At-Tirmidziy ini disepakati oleh Al-‘Alaa’iy dalam Jamii’ut-Tahshil, hal. 174 no. 184 (tahqiq : Hamdiy bin ‘Abdil-Majiid As-Salafiy; Daaru ‘Aalamil-Kutub, Cet. 2/1407 H).
Walhasil, sanad hadits ini adalah lemah (dla’iif).
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad 2/169, Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykilil-Aatsaar no. 277, Abul-Hasan Ath-Thayuuriy dalam Ath-Thayuuriyaat 2/653, Al-Mizziy dalam Tahdziibul-Kamaal 9/116; semuanya dari jalan Abu ‘Aamir, dari Hisyaam bin Sa’d; yang selanjutnya seperti hadits di atas.
Diriwayatkan juga Al-Marwaziy dalam Al-Jum’ah no. 12, dan darinya Ibnu ‘Asaakir dalamAt-Ta’ziyah no.
108 : Telah menceritakan kepada kami Daawud bin ‘Amru : Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy, dari Hisyaam
bin Sa’d; yang selanjutnya seperti hadits di atas.
Diriwayatkan juga oleh Ath-Thuusiy dalam Mukhtashar Al-Ahkaam Al-Mustakhraj ‘alaa Jaami’ At-Tirmidziy no.
971 : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin ishaaq
Al-Jauhariy dan Abu Qilaabah, mereka berdua berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Bisyr bin ‘Amru, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Hisyaam bin Sa’d; selanjutnya seperti
hadits di atas.
Sa’iid bin Abi Hilaal dalam periwayatannya dari Rabii’ah bin Sa’if mempunyai mutaba’ahdari
Ibnu Juraij sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. 5596.
Ibnu Juraij tidak menjelaskan penyimakan riwayatnya, sedangkan ia
seorang mudallis.
Rabii’ah bin Saif mempunyai mutaba’ah dari
Abu Qabiil Al-Mu’aafiriy Al-Mishriy sebagaimana diriwayatkan oleh
‘Abd bin Humaid no. 323, Ahmad 2/176 & 220, ‘Abdullah
bin Ahmad dalam As-Sunnah 2/618 no. 1470, Al-Marwaziy dalam Al-Jum’ah no. 11, Al-Baihaqiy dalam Itsbaatu ‘Adzaabil-Qabr no. 136, dan Ibnu ‘Asaakir dalam Ta’ziyyatul-Muslim li-Akhihi no. 106-107, dari jalan Baqiyyah bin Al-Waliid; serta Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath 3/268
no. 3107, dari jalan Al-Waliid bin Muslim – keduanya (Baqiyyah
dan Al-Waliid) : Telah mengkhabarkan kepada kami Mu’aawiyyah bin
Sa’iid At-Tujiibiy : Aku mendengar Abu Qabiil Al-Mishriy
berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Aash
berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “…..(al-hadits)…”.
Keterangan :
a. Baqiyyah
bin Al-Waliid bin Shaaid bin Ka’b bin Huraiz Al-Kalaa’iy
Al-Humairiy At-Taimiy, Abu Yuhmid Al-Himshiy; seorang yang shaduuq, namun banyak melakukantadlis (taswiyyah) dan irsaal (110-197 H). Dipakai Muslim dalam Shahih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 174 no. 741]. Namun dalam sanad ini, Baqiyyah telah menjelaskan tashrih penyimakan hadits untuk setiap thabaqah perawinya, sehingga hilang kekhawatiran tadlis-nya.
b. Al-Waliid bin Muslim Al-Qurasyiy, Abul-‘Abbaas Ad-Dimasyqiy; seorang yang tsiqah, namun banyak melakukan tadlis taswiyyah (w. 194/195 H). Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 1041 no. 7506].
c. Mu’aawiyyah
bin Sa’iid bin Syuraih bin ‘Uzrah At-Tajiibiy Al-Mishriy;
dikatakan Ibnu Hajar sebagai seorang yang maqbuul (yaitu jika ada mutaba’ah, namun jika tidak maka lemah) [idem, hal. 954 no. 6805].
Saya (Abul-Jauzaa’) berkata :
Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat. Ibnu Maakuulaa berkata : “’Aziizul-hadiits (kuat haditsnya)”. Sejumlah perawi tsiqaat atau shaduuqmeriwayatkan darinya [lihat : Ats-Tsiqaat 9/166, Al-Ikmaal 1/526 (Syamiilah), danTahdziibul-Kamaal 28/174-176 no. 6053]. Oleh karena itu yang benar mengenai dirinya, ia berstatus shaduuq, hasanul-hadiits. Wallaahu a’lam.
d. Abu
Qabiiil namanya adalah : Huyay bin Haani’ bin Naadlir bin
Yumni’ Al-Mishriy, Abu Qabiil Al-Mu’aafiriy; dikatakan Ibnu
Hajar sebagai seorang yang shaduuq, namun banyak ragu/keliru (yahimhu) (w. 128 H).
Saya (Abul-Jauzaa’) berkata :
Ahmad bin Hanbal berkata : “Tsiqah”. Abu Zur’ah berkata : “Tsiqah”. Ibnu Ma’iin berkata : “Tsiqah”. Namun As-Saajiy menghikayatkan perkataan Ibnu Ma’iin : “Dla’’if”. Abu Haatim berkata : “Shaalihul-hadiits”. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat, dan berkata : “Banyak keliru (yukhthi’)”. Ahmad bin Shaalih Al-Mishriy, Al-Fasawiy, dan Al-‘Ijliy mentsiqahkannya. Ad-Daaruquthniy berkata : “Tsiqah”. As-Saajiy berkata : Dla’iif”. Al-Haakim berkata dalam Al-Mustadrak : “Taabi’iy kabiir” [lihat : Tahdziibul-Kamaal bersama ta’liq-nya, 7/490-493 no. 1586,Mausu’ah Aqwaal Ad-Daaruquthniy hal. 232 no. 1128].
Saya pribadi cenderung pada penghukuman Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah (4/299) bahwa ia seorang yang tsiqah, dengan sedikit kelemahan saja.
Sanad riwayat ini adalah hasan.
Diriwayatkan juga secara mauquf dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhu oleh Al-Baihaqiy dalam Itsbaatu ‘Adzaabil-Qabr no.
137 : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah dan Abu
Sa’iid, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami
Muhammad : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Utsmaan bin Shaalih :
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb : Telah mengkhabarkan kepadaku
Ibnu Lahii’ah, dari Sinaan bin ‘Abdirrahmaan Ash-Shadafiy :
Bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash pernah
berkata :
مَنْ تُوُفِّيَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وُقِيَ الْفَتَّانَ
“Barangsiapa
yang meninggalkan pada hari Jum’at atau malam Jum’at, ia
akan dilindungi dari fitnah” [selesai].
Seluruh perawinya terpercaya (tsiqaat),
kecuali Sinaan bin ‘Abdirrahmaan Ash-Shadafiy – tidak
diketemukan biografinya. Adapun Ibnu Lahii’ah, ia seorang yang tsiqah sebelum
kitab-kitabnya terbakar yang menyebabkan hapalannya menjadi kacau. Di
sini, Ibnu Wahb meriwayatkan darinya sebelum kitab-kitabnya terbakar.
Hadits ini mempunyai syawaahid, antara lain :
1. Jaabir
bin ‘Abdillah; sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Nu’aim
3/155, namun riwayat ini sangat lemah karena terdapat perawi yang
bernama ‘Umar bin Muusaa bin Al-Wajiih. Abu Haatim berkata :
“Telah memalsukan hadits”. An-Nasaa’iy berkata :
“Matruukul-hadiits” [lihat : Mishbaahul-Ariib, 2/434 no. 19657].
2. Anas bin Maalik; sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir dalam At-Ta’ziyyahno. 109, akan tetapi riwayat ini palsu (maudlu’)
karena dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Al-Husain bin
‘Ulwan (pemalsu hadits) dan Abaan bin Abi ‘Ayyaasy (matruuk).
Diriwayatkan juga oleh Ibnul-Jauziy dalam Al-‘Ilal Al-Mutanaahiyyah no.
781, dan ia berkata : “Hadits ini tidak shahih. Yahyaa berkata :
‘’Abdul-Waahid (yaitu perawi dalam sanad hadits ini - Abul-Jauzaa’) tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’)’. Al-Fallaas berkata : ‘Matruukul-hadiits’” [selesai].
Diriwayatkan pula oleh Abu Ya’laa dalam Al-Musnad no. 4113 dan Ibnu ‘Adiy dalamAdl-Dlu’afaa 8/382,
namun riwayat ini lemah karena terdapat perawi yang bernama Waaqid bin
Salaamah dan Yaziid Ar-Raqqaasyiy. Waaqid dikatakan Al-Bukhaariy :
“Tidak shahih haditsnya” [Al-Jarh wat-Ta’diil, 9.50].. Ad-Daaruquthniy memasukkannya dalam Adl-Dlu’afaa (no.
554). Begitu juga Ibnu Hibbaan, Ibnu ‘Adiy, dan
Al-‘Uqailiy. Adapun Yaziid bin Abaan Ar-Raqqaasyiy, maka seorang
yang dla’iif(di-dla’if-kan jumhur ulama) [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1071 no. 7733]. Akan tetapi, riwayat di jalur ini bisa digunakan sebagai i’tibar.
3. Abu Hurairah; sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Haniifah dalam Al-Musnad no. 66 (riwayat Al-Hashkafiy) & 635 (riwayat Ibnu Ya’quub), namun riwayat ini juga lemah (dla’iif).
Riwayat
ini lemah keterputusan antara Al-Hasan bin Abil-Hasan atau Al-Hasan
Al-Bashriy dengan Abu Hurairah dan kelemahan dari Abu Haniifah
sendiri dalam periwayatan hadits. Namun riwayat ini bisa dijadikan i’tibar.
4. ‘Aliy bin Abi Thaalib; sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’d Al-Bashriy dalam Al-Amaaliy no. 91. Akan tetapi riwayat ini sangat lemah atau bahkan palsu, karena terdapat perawi Ashbagh bin Nabaatah (muttaham bil-kidzb), Sa’d bin Thariif (matruuk), Abul-Muqaatil (matruuk), dan Muhammad bin Al-Qaasim (matruuk).
5. Beberapa orang tetangga Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam; sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir dalam At-Ta’ziyyah no. 111. Riwayat ini lemah karena Ibnu Lahii’ah, seorang yang lemah hapalannya karena kitab-kitabnya terbakar [At-Taqriib, hal. 538 no. 3587]. Juga, ‘Iisaa bin Muusaa, tidak diketemukan biografinya.
Diriwayatkan juga dari jalan mursal :
a. ‘Abdurrazzaaq 3/268 : Dari Ibnu Juraij, dari seorang laki-laki, dari Ibnu Syihaab : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ
مَاتَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، أَوْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، بَرِئَ مِنْ
فِتْنَةِ الْقَبْرِ "، أَوْ قَالَ: " وُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ، وَكُتِبَ
شَهِيَدًا "
“Barangsiapa yang meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at, ia berlepas diri dari fitnah kubur – atau beliau berkata : dilindungi dari fitnah kubur dan ditulis sebagai seorang yang syahiid”.
Riwayat ini lemah karena mursal dan adanya perawi mubham.
b. ‘Abdurrazzaaq 3/268 : Dari Ibnu Juraij, dari seorang laki-laki, dari Muthallib bin ‘Abdillah bin Hanthab, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Riwayat ini lemah karena mursal dan adanya perawi mubham.
c. Ibnu ‘Asaakir dalam At-Ta’ziyyah : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Ishaaq Ibraahiim bin Thaahir bin Barakaat dan Abul-Qaasim Al-Husain bin Al-Hasan secaraqira’aat,
mereka berdua berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Qaasim bin
Abil-‘Alaa’ : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul-Hasan
Muhammad bin Muhammad bin Ar-Rawazbahaan : Telah mengkhabarkan kepada
kami ‘Aliy bin Al-Fadhl bin Idriis : Telah mengkhabarkan kepada
kami Ja’far bin Muhammad : Telah mengkhabarkan kepada kami
Muhammad bin ‘Ubaid Al-Kanadiy : Telah mengkhabarkan kepada kami
Al-Husain bin ‘Aliy Al-Lu’lu’iy : Telah mengkhabarkan
kepada kami Ahmad bin Shubaih, dari Husain bin ‘Ulwaan, dari
Sa’d bin Thariif, dari Abu Ja’far Muhammad bin ‘Aliy,
ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ الْبَتَّةَ
“Barangsiapa yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, Allah akan pasti memasukkanya ke dalam surga”.
Riwayat ini palsu, karena di dalam sanadnya terdapat Al-Husain bin ‘Ulwan (pemalsu hadits) dan Sa’d bin Thariif (matruk).
Dari
pemaparan beberapa jalan riwayat di atas dapat diketahui bahwa hadits
ini adalah hasan atau bahkan shahih dengan keseluruhan jalannya.
Dishahihkan oleh Al-Albaaniy[1] dalam Ahkaamul-Janaaiz hal. 49-50 (Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1412 H).
Alhamdulillah, selesai penulisan takhrij hadits ini. Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya bagi Penulis dan rekan-rekan semua.
Wallaahu ta’ala a’lam.
[abul-jauzaa’ – di kamar kost, ngaglik, Yogyakarta].
[1]
Dishahihkan pula oleh Ahmad Syaakir dan Dr. ‘Aliy Ridlaa. Adapun
At-Tirmidziy, Al-Mundziriy, Ath-Thahawiy, Ibnu Hajar, Mushthafa
Al-‘Adawiy, dan Sa’d Al-Humaid melemahkannya.
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2011/03/barangsiapa-yang-meninggal-pada-hari.html
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2011/03/barangsiapa-yang-meninggal-pada-hari.html