Bismillah
was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kajian mengenai Heliosentris atau Geosentris
termasuk mengulang sejarah polemik. Meskipun kelihatannya sederhana, tapi
polemik ini telah menelan korban. Beberapa tokoh yang menolak pendapat gereja
roma waktu itu, harus di-guilatine (pancung).
Ada beberapa catatan yang bisa kita berikan
terkait perselisihan ini,
Pertama,
perlu kita bedakan pendekatan yang dilakukan para ulama dengan pendekatan yang
dilakuan para ahli fisika. Para ulama membahas ini, melalui pendekatan tafsir
al-Quran dan sunah. yang bisa jadi berbeda dengan teori yang disampaikan
fisikawan.
Sebaliknya, para fisikawan menggunakan pendekatan
empiris untuk menemukan teori tentang tata surya. Yang bisa jadi juga berbeda
dengan hasil kesimpulan para ulama dalam menafsirkan al-Quran dan hadis.
Intinya, kita dudukkan pendekatan sesuai
porsinya.
Kedua,
para ulama kontemporer berbeda pendapat dalam menetapkan antara heliosentris
dan geosentris.
Baik pendapat pertama maupun kedua, semuanya
ijtihad terhadap dalil dari al-Quran.
Sebagian mengatakan, geosentris
lebih benar. karena ini yag lebih sesuai sharih al-Qur’an (makna tekstual al-Quran). Diantara ayat yang menunjukkan hal itu
adalah firman Allah,
وَالشَّمْسُ تَجْرِي
لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا
Matahari beredar
di garis orbitnya. (QS. Yasin: 38)
Dan beberapa ayat lainnya.
Ini merupakan pendapat Lajnah Daimah, sebagaimana
dinyatakan dalam fatwa no. 18647, 9247, dan 15255. Lajnah Daimah bahkan
mewajibkan siapapun untuk meninggalkan teori heliosetris. Karena itu hanya
teori dan tidak sesuai dengan makna teks al-Quran.
Demikian pula ini pendapat Syaikh Ibnu Utsaimin.
(Kutub wa Rasail Ibnu Utsaimin, VI/102/21).
Sementara itu, Syaikh al-Albani berpendapat yang
lebih tepat heliosentris. Ini lebih mendekati hasil penelitian empiris.
Kemudian beliau menjawab mengenai tafsir surat yasin ayat 38 di atas, yang itu
menjadi salah satu dalil utama geosentris. Syaikh al-Albani menyatakan,
Bahwa di surat Yasin, Alah menyebutkan beberapa
tanda kekuasaan-Nya,
Di ayat 33 – 36, Allah berbicara tentang bumi.
Di ayat 37 dan 38, Allah berfirman tentang
matahari.
Di ayat 39 dan bagian awal ayat 40, Allah
berbicara tentang bulan.
Kemudin di akhir ayat 40, Allah berfirman,
وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ
Dan semuanya
beredar di alam semesta. (QS. Yasin: 40).
Kemudian Syaikh al-Albani
menyimpulkan, bahwa kata ‘semua’ lebih dekat jika kita berlakukan untuk bumi,
matahari, dan bulan. Sehingga semuanya berputar. (Silsilah al-Huda wa an-Nur,
volume 1/497).
Mengenai perbedaan pendapat ini,
anda bisa simak di: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=319853
Ketiga,
bahwa al-Quran dan sunah tidak akan pernah bertentangan dengan realita.
Meskipun tidak semua realita disebutkan dalam al-Quran dan sunah. Terutama
realita yang ada di alam. Karena al-Quran dan sunah bukan kitab biologi atau
referensi ilmu pengetahuan alam.
Salah satu contoh kejadiannya,
hadis dari Thalhah radhiyallahu
‘anhu bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
para sahabat untuk mengawinkan kurma. Akibatnya gagal panen. Ketika berita ini
sampai kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّمَا هُوَ ظَنٌّ
ظَنَنْتُهُ، إِنْ كَانَ يُغْنِي شَيْئًا فَاصْنَعُوا، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ، وَالظَّنُّ يُخْطِئُ وَيُصِيبُ، وَلَكِنْ مَا قُلْتُ لَكُمْ قَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فَلَنِ أكْذِبَ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Ini hanya dugaan
saya. Jika itu bermanfaat, silahkan lakukan. Saya manusia biasa seperti kalian,
dugaannya bisa benar bisa salah. Namun apa yang aku sampaikan jika itu dari
Allah, sama sekali saya tidak akan berdusta atas nama Allah. (HR.
Ahmad 1399 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Masalah mengawinkan kurma, bukan ranah syariat.
sehingga kembali kepada bukti empiris yang dimiliki manusia. sekalipun tidak
dibimbing wahyu, mereka bisa memahaminya.
Keempat,
tujuan besar Allah menyebutkan alam semesta dalam al-Quran adalah untuk
mengajak manusia agar semakin mengagungkan Allah. karena itu, sebelum Allah
menyebutkan kejadian alam semesta, Allah berfirman,
وَآَيَةٌ لَهُمُ
Ayat
(tanda kekuasaan Allah) untuk mereka…
Allah juga berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ . الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap (QS. al-Baqarah: 21-22)
Tentu saja, tujuan utama ayat kauniyah disebutkan
dalam al-Quran, bukan untuk referensi ilmu pengetahuan alam, apalagi untuk
membuat polemik atau perbedaan pendapat diantara para hamba.
Karena itu, sikap yang lebih kita kedepankan
ketika membaca ayat-ayat semacam ini adalah pengagungan kepada Allah,
Penciptanya. Sekalipun bisa jadi, detail dari ayat kauniyah itu tidak kita
ketahui, dan tidak selayaknya kita gali.
Kelima,
Allah mengajarkan dalam al-Quran, agar perselisihan yang belum jelas
kebenarannya, tidak terlalu disikapi serius. Terutama untuk masalah yang tidak
menambah keimanan seseorang.
Perselisihan memang tidak bisa dihindari. Tapi
posisikan hanya perselisihan lahir saja, tidak sampai menjadi sumber
perdebatan.
Allah contohkan perselisihan manusia tentang
jumlah ashabul kahfi. Ada yang mengatakan, 3 orang, 4 bersama anjingnya. Ada
yang mengatakan 5 orang, 6 bersama anjingnya, dan ada yang mengatakan 7 orang,
8 bersama anjingnya. Angka berapapun yang dipilih, tidak ada kaitannya dengan
ketaqwaan. Seseorang tidak lebih bertaqwa, ketika dia meyakiin jumlahnya 3,
atau 5, atau 7.
Dilanjutan ayat Allah mengajarkan,
قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ
بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا
مِرَاءً ظَاهِرًا
Katakanlah:
“Rabku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak
ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu (Muhammad) berdebat tentang hal mereka,
kecuali perdebatan lahir saja. (QS. al-Kahfi: 22)
Dalam ayat ini, Allah mengajarkan, bahwa
perbedaan pendapat untuk masalah yang belum terlalu jelas, dan permasalahan itu
tidak menambah keimanan seseorang, ada 2 hal yang bisa dilakukan,
[1] Kembalikan ilmunya kepada
Allah. katakan, “Allah yang paling
tahu kebenarannya.”
[2] Posisikan perselihan ini hanya bersifat lahir
saja. Jangan sampai terlalu diseriusi.
(Tafsir al-Kahfi, Ibnu Utsaimin)
Terlepas dari perbedaan ulama dalam masalah
Heliosentris atau Geosentris, keduanya tidak memiliki hubungan dengan
ketaqwaan. Seseorang tidak menjadi semakin bertaqwa hanya karena dia memihak
geosentris dan sebaliknya.
Keenam, dalam teori fisika, baik matahari maupun
bumi, keduanya bukan pusat alam semesta (universe). Sehingga, baik bumi maupun matahari,
beserta seluruh benda langit lainnya, bergerak mengitari pusat alam semesta.
Sehingga teori heliosentris, yang menyatakan,
pusat alam semesta adalah matahari. Dan teori geosentris, yang menyatakan,
pusat alam semesta adalah bumi, keduanya tidak seutuhnya benar. Karena keduanya
bukan pusat alam semesta.
Dalam teori relativitas, tidak salah ketika kita
menyatakan,
“Menurut
saya yang ada di bumi, matahari bergerak mengelilingi bumi.”
Sebagaimana ketika anda di dalam mobil
menyatakan, bahwa pohon yang ada di luar bergerak ke belakang.
Hanya saja, untuk kasus mobil dan pohon, manusia
bisa langsung bisa menyimpulkan mana yang sebenarnya bergerak dan mana yang
gerakannya semu.
Sementara untuk kasus matahari dan bumi, perlu
perjuangan sangat panjang untuk membuktikan secara empiris, mana yang
sebenarnya bergerak dan mana yang gerakannya semu.
Jika kita mengesampingkan hubungan dengan tata
surya lain dan bintang-bintang lain, kita menyimpulkan bahwa baik matahari
maupun bumi, keduanya berputar mengelilingi pusat keduanya. Mengingat massa
matahari benar-benar jauh lebih besar dibandingkan bumi, maka fisikawan
menyimpulkan, bumi tampak mengelilingi matahari. Karena benda akan mengelilingi
pusat massanya.
Kita kembalikan semua ilmunya kepada Allah, Dzat
yang menciptakan alam semesta besarta isinya. Dan dengan membaca ayat-ayat ini,
semoga membuat kita lebih bisa mengagungkan Allah.
Allahu a’lam
Dijawab
oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)