Islam Pedoman Hidup: Merasa Berjasa Dalam Dakwah

Selasa, 13 Desember 2016

Merasa Berjasa Dalam Dakwah


Terkadang kita sudah berusaha ikhlas
Sudah berusaha melawan keinginan lain di balik dakwah
Melawan keinginan mendapatkan mendapatkan ketenaran dalam dakwah
Melawan keinginan mendapatkan bagian dunia dari dakwah (mukafaah)

Dan kita sudah yakin insya Allah akan mendapat pertolongan dunia-akhirat jika kita menolong agama Allah, sebagaimana firman-Nya.
يا أيها الذين آمنوا إن تنصر الله ينصركم
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu. ( Muhammad: 7).

Akan tetapi tetap saja setan berusaha menjerumuskan manusia dalam kelalaian dan kebinasaan. Sebagaimana janji Iblis laknatullah,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ , إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (Shaad: 79-83)

Cara yang ditempuh Iblis itu adalah membuat aktifis dakwah “merasa memiliki jasa dalam dakwah”
“Kalau bukan saya, dakwah di kita ini tidak jalan”
“Saya yang menggagas dakwah di ma’had ini”
“Saya yang membimbing ia agar mendapat hidayah”
“Saya pencetus dan penggerak program hapalan ini”

Hal ini mengingatkan kita bersama dengan kisah Arab badui yang datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia mengaku dan menampakkan diri bahwa dirinyalah yang telah berjasa menolong beliau, berjasa telah membantu Islam dan Nabi, akan tetapi ini sungguh terbalik. Akhirnya diabadikan dalam Al-Quran,
يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُل لّا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلامَكُم بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإِيمَانِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Mereka merasa telah berjasa kepadamu dengan keIslaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keIslamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang jujur.” ( Al-Hujurat: 17)

At-Thabari rahimahullah berkata,
وذُكر أن هؤلاء الأعراب من بني أسد, امتنوا على رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم, فقالوا: آمنا من غير قتال, ولم نقاتلك كما قاتلك غيرنا, فأنـزل الله فيهم
Disebutkan bahwa mereka adalah Arab badui dari bani Asad yang menyebut-nyebut (jasa) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berkata, kami masuk Islam tanpa peperangan, kami tidak memerangimu sebagaimana orang yang lain. Maka Allah menurunkan Ayat ini.”[1]
Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan,
يَمُنُّ هؤلاء الأعراب عليك -أيها النبي- بإسلامهم ومتابعتهم ونصرتهم لك، قل لهم: لا تَمُنُّوا عليَّ دخولكم في الإسلام؛ فإنَّ نفع ذلك إنما يعود عليكم، ولله المنة عليكم فيه أنْ وفقكم للإيمان به وبرسوله، إن كنتم صادقين في إيمانكم.
“Orang Arab Badui (bani Asad) menyebut-nyebut (jasa) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan masuk Islamnya mereka, mengikuti dan menolong. Maka katakan kepada mereka, jangan sebut jasa kalian dengan masuk Islam karena manfaatnya kembali kepada kalian. Allah yang memberikan kenikmatan kepada kalian yaitu memberikan taufik dalam keimanan. Jika iman kalian benar.[2]

Semoga kita sadar..
Bahwa bisa saja Allah menolong agama ini bukan dari tangan kita, melainkan tangan orang lain, atau bahkan bisa jadi dari tangan orang yang fasik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَأَنَّ اللهَ يُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
Terkadang/boleh jadi Allah menolong agama ini dengan orang yang fajir/pelaku maksiat[3]
Kita tidak perlu kaget dengan hadits ini, karena bahkan terkadang Allah menolong agama ini dengan orang kafir seperti Abu Thalib paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ibnu Batthal rahimahullah berkata menjelaskan hadits ini,
وقوله: (إن الله يؤيد هذا الدين بالرجل الفاجر) يشتمل على المسلم والكافر، فيصح أن قوله: (لا نستعين بمشرك) خاص فى ذلك الوقت
“Sabda beliau, ‘Terkadang/boleh jadi Allah menolong agama ini dengan orang yang fajir alias pelaku maksiat’, mencakup orang muslim dan orang kafir, sabda beliau shohih yaitu ‘kita tidak perlu meminta bantuan kepada orang musyrik”, maka hadits ini khusus pada waktu tersebut [tidak bertentangan, pent][4]

Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullah menjelaskan hadits ini,
جزم بن المنير والذي يظهر أن المراد بالفاجر أعم من أن يكون كافرا أو فاسقا ولا يعارضه قوله صلى الله عليه وسلم إنا لا نستعين بمشرك
Ibnul Munir menegaskan bahwa pendapat terkuat yang dimaksud Al-fajir adalah lebih umum dari kafir atau fasik dan tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ‘kita tidak perlu meminta bantuan kepada orang musyrik.[5]

Semoga kita tersadar
Dan Allah selalu menjaga hati kita.
Wallahu musta’an.
 _______________
@Pogung-Lor, Yogyakarta tercinta
Penyusun:   Raehanul Bahraen

[1] Lihat Tafsir AT-Thabri
[2] Lihat At-Tafsir Al-Muyassar
[3] HR. Bukhari 4/72 no.3062 dan Muslim 1/105 no.111
[4] Syarh Shahih Bukhari libni Batthal 5/222, Maktabah Ar-Rusyd, cet. Ke-2, 1432 H, Asy-Syamilah
[5] Fahtul Baariy 7/474, Darul Ma’rifah, Beirut, Asy-Syamilah

from=https://muslimafiyah.com/merasa-berjasa-dalam-dakwah.html