Salah
satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah
mengimani keberadaan Surga (Al Jannah) dan Neraka (An Naar). Salah
satunya berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Peliharalah
dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang
disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira
kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya..” (QS. Al-Baqarah : 24-25).
Mengimani
surga dan neraka berarti membenarkan dengan pasti akan keberadaan
keduanya, dan meyakini bahwa keduanya merupakan makhluk yang dikekalkan
oleh Allah, tidak akan punah dan tidak akan binasa, dimasukkan ke dalam
surga segala bentuk kenikmatan dan ke dalam neraka segala bentuk siksa.
Juga mengimani bahwa surga dan neraka telah tercipta dan keduanya saat
ini telah disiapkan oleh Allah ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
mengenai surga (yang artinya), “..yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran : 133), dan mengenai neraka (yang artinya), “..yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafir.”(QS. Ali Imran : 131).[1] Oleh karena itulah, Al Imam Abu Ja’far Ath Thahawi (wafat 321 H) menyimpulkan dalam Al ‘Aqidah Ath Thahawiyah, “Surga
dan neraka adalah dua makhluq yang kekal, tak akan punah dan binasa.
Sesungguhnya Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan
makhluq lain”[2].
Surga dan Kenikmatannya
Allah
Ta’ala telah menggambarkan kenikmatan surga melalui berbagai macam
cara. Terkadang, Allah mengacaukan akal sehat manusia melalui
firman-Nya dalam hadits qudsi, “Kusiapkan bagi hamba-hambaKu yang sholih (di dalam surga, -pen), yaitu apa yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati semua manusia”, kemudian Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: “Bacalah jika kalian mau, ‘Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang’ (QS. As-Sajdah : 17)”[3]. Di tempat lain, Allah membandingkan kenikmatan surga dengan dunia untuk menjatuhkan dan merendahkannya. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Tempat cemeti di dalam surga lebih baik dari dunia dan seisinya”.[4] Kenikmatan
surga juga Allah Ta’ala gambarkan dengan menyebut manusia yang berhasil
memasuki surga dan selamat dari adzab neraka, sebagai orang yang
beroleh kemenangan yang besar. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan (yang
artinya), “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar” (QS. An-Nisaa’ : 13)[5] Berikut
ini akan kami pilihkan beberapa sifat dan kenikmatan yang ada di dalam
surga secara ringkas. Semoga Allah mudahkan langkah kita dalam
menggapai surgaNya.
Penamaan Surga
Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan), atau kebun yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa Arab juga biasa memakai kata al jannah untuk
menyebut pohon kurma. Secara istilah, surga ialah nama yang umum
mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh Allah bagi mereka
yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat segala macam kenikmatan,
kelezatan, kesenangan, kebahagiaan, dan kesejukan pandangan mata. Surga
juga disebut dengan berbagai macam nama selain Al Jannah, diantaranya: Darus Salam (Negeri Keselamatan; lihat QS. Yunus : 25), Darul Khuld (Negeri yang Kekal; lihat QS. Qaaf : 34), Jannatun Na’im (Surga yang Penuh Kenikmatan; QS. Luqman: 8), Al Firdaus (QS. Al Kahfi : 108), dan berbagai penamaan lainnya.[6]
Pintu-Pintu Surga
Surga memiliki pintu-pintu. Dalam sebuah hadits dari shahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallaahu anhu dari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, “Di dalam surga terdapat delapan pintu, di antaranya adalah Ar Rayyan. Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”[7]. Dari Utbah bin Ghazawan radhiyallaahu anhu, beliau berkata mengenai lebar tiap pintu surga, “Rasulullah
bersabda kepada kami bahwasanya jarak antara daun pintu ke daun pintu
surga lainnya sepanjang perjalanan empat puluh tahun, dan akan datang
suatu hari ketika orang yang memasukinya harus berdesakan”.[8]
Tingkatan Surga
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
surga terdiri atas seratus tingkat, jarak antara dua tingkatnya seperti
jarak antara langit dan bumi, Allah menyediakannya untuk orang-orang
yang berjihad di jalan-Nya”[9]. Tingkatan surga yang paling tinggi ialah Firdaus. Nabi memerintahkan ummatnya untuk berdoa memohon Firdaus melalui sabdanya, “Jika kalian meminta pada Allah mintalah kepadaNya Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah surga yang paling utama, dan merupakan tingkatan tertinggi dari surga, di atasnya terdapat ‘Arsy Ar Rahman dan dari Firdaus itulah memancar sungai-sungai surga”[10]
Bangunan-Bangunan dalam Surga
“Tetapi
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya mereka mendapat tempat-tempat
yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi” (QS. Az-Zumar : 20). Dari Abu Musa Al Asy’ari dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Sesungguhnya
bagi orang-orang mukmin di dalam surga disediakan kemah yang terbuat
dari mutiara yang besar dan berlubang, panjangnya 60 mil, di dalamnya
tinggal keluarganya, di sekelilingnya tinggal pula orang mukmin lainnya
namun mereka tidak saling melihat satu sama lain.”[11]
Makanan Penghuni Surga
“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqi’ah : 20-21). Adapun buah-buahan surga adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta’ala (yang artinya), “Setiap
mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan : ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka
diberi buah-buahan yang serupa” (QS. Al Baqarah : 25). Syaikh As Sa’diy rahimahullah menjelaskan keserupaan dalam ayat di atas dengan, “Ada
yang berpendapat serupa dalam hal jenis, namun berbeda dalam penamaan,
ada pula yang berpendapat saling menyerupai satu sama lain, dalam
kebaikannya, kelezatannya, kesenangannya, dan semua pendapat tersebut
benar.”[12]
Minuman Penghuni Surga
“Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari piala (berisi minuman)
yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang
daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya
dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Insan : 5-6). Ibnu Asyur menjelaskan mengenai kafur “Yaitu
minyak yang keluar dari tanaman mirip oleander yang tumbuh di negeri
Cina, ketika usianya telah mencapai satu tahun mengalir dari dahannya
minyak yang disebut kafur. Minyak tersebut kental, dan apabila
bercampur dengan air jadilah ia minuman memabukkan”[13]. Oleh karena itu, “ka’san” dalam ayat ini maksudnya ialah piala yang biasa menjadi wadah khamr, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Jalalain. Kata “ka’san” ini juga dipakai dalam ayat, “Di dalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe”
(QS. Al Insan : 17) dan maksudnya ialah minuman arak yang telah
bercampur jahe, karena bangsa Arab dahulu biasa mencampur arak dengan
jahe untuk menghilangkan bau busuk yang timbul darinya.
Dahsyatnya Neraka
Neraka
disiapkan Allah bagi orang-orang yang mengkufuri-Nya, membantah
syariat-Nya, dan mendustakan Rasul-Nya. Bagi mereka adzab yang pedih,
dan penjara bagi orang-orang yang gemar berbuat kerusakan. Itulah kehinaan dan kerugian yang paling besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Ya
Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam
neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi
orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS. Ali Imran : 192). Demikian pula firman Allah Ta’ala, “Katakanlah:
“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan
diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az Zumar : 15). Itulah seburuk-buruk tempat kembali. “Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Furqan : 66)
Penamaan Neraka
An Naar, neraka secara bahasa ialah kobaran api (al lahab) yang panas dan bersifat membakar. Secara istilah bermakna, suatu tempat yang telah disiapkan Allah subhanahu wa ta’ala bagi orang-orang yang mendurhakai-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. Al Ahzab : 64). Neraka memiliki beragam nama selain an naar, diantaranya Jahannam (lihat QS. An Naba’ : 21-22), Al Jahim (QS. An Naziat : 36), As Sa’ir (QS. Asy Syura : 7), Saqar (QS. Al Mudatsir : 27-28), Al Huthomah (QS. Al Humazah : 4), dan Al Hawiyah (QS. Al Qari’ah : 8-11)
Pintu-Pintu Neraka
“Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (QS. Al Hijr : 44). Pintu
yang dimaksud ialah bertingkat ke bawah, hingga ke bawahnya lagi,
disediakan sesuai dengan amal keburukan yang telah dikerjakan, sebagaimana ditafsirkan oleh Syaikh As Sa’diy.
Kedalaman Neraka
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, “Kami
bersama Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengar
suara benda jatuh. Maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bertanya, ‘Tahukah kalian apakah itu?’ Kami pun menjawab, ‘Allah dan RasulNya lebih mengetahui’. Rasulullah berkata, ‘Itu
adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun
lalu. Batu itu jatuh ke dalam neraka, hingga baru mencapai dasarnya tadi’. [14]
Bahan Bakar Neraka
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir” (QS.
Al Baqarah : 24). Batu yang dimaksud dalam ayat ini ditafsirkan oleh
Ibnu Abbas dan sebagian besar pakar tafsir dengan belerang, dikarenakan
sifatnya yang mudah menyala lagi busuk baunya. Sebagian pakar tafsir
juga berpendapat bahwa yang dimaksud batu di sini, ialah
berhala-berhala yang disembah, sebagaimana Allah berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya.” (QS. Al Anbiya : 98)
Panas Api Neraka
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, ‘Api kalian, yang dinyalakan oleh anak Adam, hanyalah satu dari 70 bagian nyala api Jahannam. Para shahabat kemudian mengatakan, ‘Demi Allah! Jika sepanas ini saja niscaya sudah cukup wahai Rasulullah! Rasulullah menjawab, ‘Sesungguhnya masih ada 69 bagian lagi, masing-masingnya semisal dengan nyala api ini’”.
Makanan Penghuni Neraka
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar” (QS. Al Ghasiyah : 6-7). Ibnu Katsir rahimahullah membawakan perkataan Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, “Itu adalah pohon dari neraka”. Said bin Jubair berkata, “Itu adalah Az Zaqum (pepohonan berduri bagi makanan penghuni neraka)”. Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud ialah batu.
Minuman Penghuni Neraka
“Di
hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,
diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya”
(QS. Ibrahim : 16-17). Yaitu mereka diberi air yang amatlah busuk
baunya lagi kental, maka merekapun merasa jijik dan tidak mampu
menelannya. “Diberi minuman dengan hamiim (air yang mendidih) sehingga memotong ususnya”
(QS. Muhammad : 47). Hamiim ialah air yang mendidih oleh panasnya api
Jahannam, yang mampu melelehkan isi perut dan mencerai beraikan kulit
mereka yang meminumnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka)” (QS. Al Hajj : 20).[15]
Mengingat Nikmat Surga dan Adzab Neraka Sumber Rasa Khusyu’ dalam Hati
Yahya bin Mu’adz berkata, “Rasa takut di dalam hati bisa tumbuh dari tiga hal. Yaitu senantiasa berpikir seraya mengambil pelajaran, merindukan Surga seraya memendam rasa cinta, dan mengingat Neraka seraya menambah ketakutan.” Hendaklah diri kita tidak pernah merasa aman dari adzab neraka. Sulaiman At Taimi pernah berkata, “Aku tidak tahu apa yang tampak jelas bagiku dari Rabbku. Aku mendengar Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”. (QS. Az Zumar : 47).[16] Semoga tulisan ini dapat menambah rasa takut dan harap kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, memotivasi kita untuk meningkatkan amal shalih, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Penulis: Yhouga Ariesta M
Artikel www.muslim.or.id
_____________
[1] A’lamus Sunnah Al Mansyurah (hal.
134-135). Syaikh Hafidz bin Ahmad Al Hakami rahimahullah.
Tahqiq : Dr. Ahmad bin Ali ‘Alusyi Madkhali. Cetakan Maktabah Ar Rusyd.
[2] Bagaimana Cara Beragama yang
Benar? Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-Khumais. Terjemah : Muhammad
Abduh Tuasikal, ST. Pustaka Muslim.
[3] HR. Bukhari [3244] dari shahabat Abu
Hurairah radhiyallaahu anhu
[4] HR. Bukhari [3250]
[5] Al-Yaumul Akhir : Al Jannatu wa
An-Naar (hal. 117-118). Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar.
Cetakan Daar An-Nafais.
[6] Al Jannatu wa An Naar, Abdurrahman
bin Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani rahimahullahu ta’ala, dengan
tahqiq : Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani hafizhahullah
[7] HR. Bukhari [6/328] dan Muslim [8/32]
[8] HR. Muslim [2967]
[9] HR. Bukhari [6/11] dan Muslim [13/28]
[10] Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu
anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Takhrij Kitabus
Sunnah [581]
[11] HR. Bukhari [6/318], Muslim
[17/175], dan Tirmidzi [6/10]
[12] Taisir Karim Ar Rahman fii Kalam
Al Mannan, Syaikh As Sa’di, Muassassah Ar Risalah. Asy Syamilah.
[13] At Tahrir wa At Tanwir, Ibnu
Asyur, Mawqi’ At Tafasir. Asy Syamilah.
[14] HR. Muslim 2844
[15] Disarikan dari Tadzkiyah Al
Abrar bi Al Jannati wa An Naar. Dr. Ahmad Farid. Maktabah Al Mishkat
Al Islamiyah.
[16] “1000 Hikmah Ulama Salaf”. Shalih
bin Abdul Aziz Al Muhaimid, diterjemahkan oleh Najib Junaidi, Lc. Pustaka Elba
hal. 316-317