Keinginan
meraih dunia seringkali menjadi yang terbesar dalam hati kita. Karena
manusia lebih mengejar sesuatu yang kasat mata. keinginan meraih dunia
seringkali mendatangkan kekecewaan dan kegalauan di saat tak dapat
meraihnya. Ketika berhasil meraihnya, seringkali membuat lupa dan
menimbulkan kecongkakan dan keserakahan. Bahkan tak pernah puas untuk
mengumpulkannya. Menjadikan hati miskin dan rakus.
Sedangkan keinginan meraih akherat seringkali dikesampingkan. Padahal ketika
hati hanya berharap akherat, ia akan menjadi hati yang kokoh. Ia akan
selalu merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya dari kehidupan
dunia. Karena ia sadar bahwa kenikmatan dunia hanya sementara dan kelak akan dihisab oleh pemiliknya yaitu Allah Azza Wajalla.
Hati
yang menginginkan akherat tak mudah galau dan bersedih hati ketika
terluput dari dunia. Ia hanya menggantungkan pengharapannya kepada sang
pencipta. Ia memandang dunia sebagai sesuatu yang hina. Sehingga ketika
dunia mendatanginya, ia tak tertipu bahkan ia khawatir akan beratnya
hisab pada hari kiamat. Sungguh indah hati seperti ini.
Inilah rahasia sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
مَنْ
كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ
فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا
كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ
أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ
رَاغِمَةٌ
“Barangsiapa
yang keinginannya adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan
kekuatannya, menjadikan hatinya kaya dan dunia akan mendatanginya dalam
keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan
mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di pelupuk
matanya, dan dunia yang berhasil diraih hanyalah apa yang telah
ditetapkan baginya.” (Hadits Shahih HR. Imam Ahmad
dalam Musnadnya (V/183), mam ad-Darimi (I/75), Imam Ibnu Hibban (no. 72
dan 73–Mawariduzh Zham’an), Imam Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil
‘Ilmi wa Fadhlihi (I/175-176, no. 184).
Nabi
shallallahu alaihi wasallam selalu memohon kepada Allah agar tidak
menjadikan dunia sebagai puncak keinginan dan puncak keilmuannya.
Beliau berdoa:
وَلاَ
تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا ، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ
هَمِّنَا ، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا ، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ
لاَ يَرْحَمُنَا
“Dan
jangan engkau jadikan musibah itu menimpa agama kami. Dan jangan Engkau
jadikan dunia sebagai puncak keinginan kami dan puncak pengetahuan
kami. Dan jangan Engkau jadikan orang yang tidak menyayangi kami
sebagai penguasa kami.” HR At Tirmidzi.
__________
Badru Salam, حفظه الله تعالى