إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل عمران: 102].
﴿يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا
كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء: 1].
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
(70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾ [الأحزاب: 70،
71].
أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah,
Puji
syukur kita kepada Allah ﷻ yang telah memberikan nikmat yang banyak dan
tak henti-henti kepada kita. Di antaranya adalah nikmat kesehatan dan
kesempatan. Dua kenikmatan yang banyak dilupakan. Saat sehat dan waktu
luang terkadang orang-orang lupa dan lalai dari Allah ﷻ. Waktu dan
kesehatan mereka digunakan untuk perbuatan-perbuatan yang sia-sia. Saat
waktu luang dan badan sehat, sebagian orang tidak berpikir bagaimana
berusaha menambah pengetahuan agama. Rasulullah ﷺ berdakwah selama 23
tahun, apakah dari puluhan tahun umur kita belum memiliki asupan
pengetahuan tentang agama yang beliau dakwahkan selama 23 tahun itu?
Ingatlah pesan Rasulullah ﷺ dalam sabda beliau,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari).
Dan
sebesar-besar nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada seorang hamba adalah
nikmat Islam dan nikmat iman. Dua kenikmatan yang bahkan tidak Allah
berikan kepada keluarga para nabi. Paman Nabi Muhammad ﷺ, Abu Thalib,
ayah Nabi Ibrahim, istri dan anak Nabi Nuh, dll. mereka tidak
mendapatkan kenikmatan Islam. Akan tetapi Allah memilih kita sebagai
kaum muslimin.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ ۖ
“Segala
puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk.” (QS:Al-A’raf | Ayat: 43).
Pertanyaannya,
apa yang telah kita lakukan sebagai bentuk syukur atas nikmat besar
dari Allah, yaitu nikmat Islam dan iman ini? Syukurilah dengan mengkaji
agama Anda, kemudian amalkan, dan dakwahkan.
Kemudian
shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad
ﷺ, keluarga, para sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Ibadallah,
Khotib
mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar
senantiasa bertakwa kepada Allah. Karena ketakwaan adalah kebahagiaan
di dunia dan kesuksesan di akhirat.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ
فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai
orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari
kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar.” (QS:Al-Anfaal | Ayat: 29).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Masih
hangat di tengah-tengah kita dan jiwa-jiwa kita masih bergetar,
bagaimana ada seorang non muslim menista Alquran. Menafsirkan maksud
dan makna ayat suci umat Islam, padahal dia bukan ahlinya. Dari
kejadian itu, ada sebagian kaum muslimin yang baru tersadar.
Seolah-olah Alquran surat al-Maidah baru turun pada hari itu. Beberapa
tahun usianya berlalu, ia tidak pernah tahu bahwa surat Al-Maidah ayat
51 berbicara tentang hal itu. Alhamdulillah, hal ini kita syukuri kaum
muslimin teringat dari sekian lama kelalaian mereka.
Namun
kaum muslimin, Allah ﷻ tidak hanya menurunkan wahyu Alquran kepada Nabi
ﷺ. Allah ﷻ memberikan wahyu yang lain kepada beliau, yaitu as-sunnah
atau yang kita kenal dengan hadits.
أَلاَ إِنِّي أُوتِيتُ الكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
“Ketahuilah,
sesungguhnya aku diberi Alquran dan sesuatu yang hampir sama dengan
Alquran.” (HR. at-Turmudzi dan Hakim).
Seorang tabi’in, Hasan bin Athiyah rahimahullah, mengatakan
كَانَ جِبْرِيْلُ يَنْزِلُ عَلَى النَّبِيِّ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- بِالسُّنَةِ كَمَا يَنْزِلُ بِالقُرْآنِ
“Jibril turun menemui Nabi ﷺ untuk mewahyukan as-sunnah (hadits) sebagaimana mewahyukan Alquran.”
Dan
wahyu as-sunnah ini seolah-olah terlupakan di kalangan kaum muslimin.
Kaum muslimin memiliki Alquran di rumah-rumah mereka. Namun sedikit
sekali kaum muslimin yang memiliki buku-buku hadits di rumah-rumah
mereka. Seperti Shahih al-Bukhari atau Shahih Muslim. padahal Alquran dan as-sunnah inilah yang membimbing kita. Nabi ﷺ bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُولِهِ
“Aku
telah tinggalkan pada kalian dua hal. Kalian tidak akan tersesat jika
kalian berpegang teguh dengan keduanya. yaitu kitabullah dan sunnah
Rasul-Nya.” (HR. Malik dan al-Hakim).
Nabi
ﷺ menyatakan kita tidak akan tersesat apabila kita berpegang pada
Alquran dan as-sunnah. Hadits ini menjadi motivasi yang besar bagi kita
untuk mengkaji Alquran dan hadits-hadits Nabi ﷺ. Sering kita temui,
terkadang seseorang membenci ajaran agama Islam sendiri karena dia
tidak mengetahui kalau hal itu ada dalam hadits Rasulullah ﷺ. Dia tidak
pernah membacanya. Jarang sekali mendengar orang-orang menyampaikannya,
kecuali di saat bulan Ramadhan karena ada tausiyah sebelum shalat
taraweh. Itu pun yang dia dengar hal-hal yang berkaitan dengan puasa.
Selebih itu, ia mengenal Islam hanya dari pengalaman. Apa yang dia
lihat orang-orang banyak melakukannya, maka dia pun melakukannya. Apa
yang dia lihat orang-orang banyak melakukannya, maka itulah ajaran
Islam menurutnya. Yang tidak pernah dia lihat, maka itu ajaran baru
bukan ajaran Islam. Demikianlah persangkaannya.
Rasulullah ﷺ bersabda,
أَلاَ
يُوشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيْكَتِهِ يَقُولُ عَلَيْكُمْ بِهَذَا
الْقُرْآنِ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَلاَلٍ فَأَحِلُّوهُ وَمَ
وَجَدْتُمْ فِيْهِ مِنْ حَرَامٍ فحَرِّمُوهُ وَإِنِّ مَاحَرَّمَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا حَرَّمَ اللَّهُ
“Ketahuilah,
akan ada seorang lelaki kaya raya yang duduk di atas tempat duduk yang
mewah dan dia berkata, “Berpeganglah kalian kepada Alquran.
Apapun yang dikatakan halal didalam Alquran, maka halalkanlah,
sebaliknya apapun yang dikatakan haram dalam Alquran, maka haramkanlah.
Sesungguhnya apapun yang diharamkan oleh Rasulullah, Allah juga
mengharamkannya.” (HR. at-Turmudzi dan Hakim).
Rasulullah
ﷺ menyebutkan, akan ada pada umat ini orang-orang yang bersantai tidak
mempelajari hadits-hadits beliau. Ketika mendengar tentang suatu hal
dari hadits, baik perintah maupun larangan, maka orang tersebut pun
mengingkarinya. Mudah-mudahan Allah ﷻ melindungi kita dari sifat yang
demikian.
Ibadallah,
Mengikuti Allah dan mencintai Allah tidaklah diterima kecuali dengan mengikuti dan mencintai Rasulullah ﷺ.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS:Ali Imran | Ayat: 31).
Seseorang
mungkin mengaku cinta Rasulullah ﷺ, akan tetapi kecintaan itu perlu
diuji. Perlu dilihat apakah ia memiliki ciri-ciri orang yang mencintai
Rasulullah ﷺ atau tidak. Di antara ciri mencintai Rasulullah ﷺ adalah:
Pertama: mengikuti Sunnah beliau ﷺ dan berpegang teguh dengan petunjuknya.
Hal ini, telah dijelaskan dalam ayat yang baru saja khotib sampaikan.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS:Ali Imran | Ayat: 31).
Ia
mengikuti Rasulullah ﷺ baik secara zahir maupun batin. Tentu saja tidak
100% seperti beliau. Karena pengetahuan kita tentang hadits-hadits Nabi
ﷺ bertingkat-tingkat. Apa yang diketahui itulah yang kita amalkan.
Semakin banyak orang mengetahui dan mengamalkan hadits-hadits yang dia
ketahui, maka semakin besar pula kadar cintanya kepada Nabi ﷺ.
Kedua: membela dan menyampaikan sunnahnya.
Allah ﷻ berfirman,
﴿إِنَّا
أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِّتُؤْمِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ
بُكْرَةً وَأَصِيلًا﴾
“Sesungguhnya
Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di
waktu pagi dan petang.” (QS:Al-Fat-h | Ayat: 8-9).
Mengagungkan sunnahnya dengan cara membelanya dan meninggikannya. Menghormatinya dengan cara memuliakan beliau ﷺ.
Para sahabat Nabi radhiallahu ‘anhum,
telah memberikan teladan yang luar biasa dalam permasalahan mencintai
nabi dan memuliakan beliau. Rasa cinta dan pengagungan terhadap Nabi ﷺ,
memenuhi hati mereka. Rasa cinta kepada Nabi merajai hati mereka.
Mencintai beliau ﷺ adalah syiar mereka. Mereka membuktikan rasa cinta
itu dengan perkataan dan perbuatan mereka. Mereka dahulukan beliau dari
dorongan jiwa mereka.
Lihatlah Abu Thalhah al-Anshari radhiallahu ‘anhu.
Dalam Perang Uhud, ia berdiri menjadi benteng Rasulullah ﷺ. Ia berkata,
“Wajahku ini jadi perisai bagi wajah Anda”. Kemudian
Rasulullah mengintip, mengangkat kepalanya melihat dari gundukan tanah.
Beliau ingin melihat apa yang terjadi. Abu Thalhah mengatakan,
“Wahai Nabi Allah, ibu dan ayahku tebusannya, jangan engkau
melihat. Panah-panah mereka akan menghujammu. Leherku ini jadi
pelindung bagi lehermu.”
Kemudian Abu Dujanah radahillahu ‘anhu, menyerahkan perisainya kepada Rasulullah ﷺ, hingga anak panah menancapi punggunya, hingga pungguhnya penuh dengan panah.
Zaid
bin ad-Datsinah diangkat untuk disalib pada sebuah kayu. Orang-orang
musyrik berkata kepadanya, “Kami bersumpah atas nama Allah wahai
Zaid, apakah kau suka sekiranya Muhammad berada di tangan kami dan
dalam posisimu saat ini untuk kami penggal lehernya. Dan kau berada
dalam keadaan aman?” Zaid menjawab, “Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, aku tidak suka jika Muhammad yang sekarang berada
di tempatnya, ia ditusuk oleh sebiji duri, sementara aku sedang
duduk-duduk bersama keluargaku.”
Ketiga: memperbanyak shalawat dan salam kepada Nabi ﷺ.
Allah telah memerintahkan yang demikian,
﴿إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS:Al-Ahzab | Ayat: 56).
Orang yang paling berhak mendapatkan syafaat Nabi ﷺ pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak shalawat kepada beliau.
Keempat: membaca biografinya dan berusaha mengenalnya.
Rasa
cinta itu berkonsekuensi seseorang ingin mengenal orang yang ia cintai.
Jika ia mengenal, maka ia akan tahu bagaimana perjalanan kehidupannya,
sifat, dan akhlaknya. Dengan itu ia bisa mencontohnya. Rasa cinta tidak
akan datang tanpa pengenalan. Rasa cinta juga tidak akan datang tanpa
membela sunnahnya. Ia tidak akan datang kepada orang yang tidak
mengetahui ajaran dan haknya.
Sampai-sampai
hewan dan benda-benda pun mengenal Nabi ﷺ. Hal ini tentu menjadi
teguran bagi kita yang mengaku cinta kepada beliau tapi tidak
mengenalnya. Di masa Nabi ﷺ potongan pohon kurma pernah menangis
merindukan beliau. Batu mengucapkan salam kepada beliau. Gunung
bergetar karena perasaan cinta dan mengagungkan beliau. Onta-onta
berebut ingin yang paling dulu disembelih oleh beliau. Beliau pernah
menunjuk bulan, kemudian bulan pun terbelah. Awan berjalan menaungi
beliau dari panas. Hal ini semua menunjukkan hewan dan benda-benda itu
mengenal beliau. Dan yang demikian terjadi atas izin Allah ﷻ.
Dan masih banyak tanda-tanda yang lain.
Ya
Allah, jadikanlah Nabi ﷺ adalah sesuatu yang membuat kami bahagia
ketika mengingatnya. Suburkanlah rasa cinta terhadap beliau di
hati-hati kami. Jadikanlah rasa cinta kepada beliau lebih besar dari
rasa cinta kepada diri kami sendiri dan keluarga kami. Kemudian berilah
kami petunjuk untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang menjadi
konsekuensi dari rasa cinta tersebut.
أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ
وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا.
Ma’asyiral muslimin,
Hendaknya
seorang yang memiliki akal merenungkan sesuatu yang dari Allah dan dari
Rasul-Nya ﷺ. Terlebih di zaman yang penuh dengan fitnah, hawa nafsu,
kelompok-kelompok, pemikiran-pemikiran yang menyimpang, dll. Sungguh
seseorang tidak akan selamat dan berhasil kecuali dengan mengikuti
petunjuk Nabi ﷺ. Wajib bagi kita terus meneladani apa yang telah beliau
tinggalkan. Siapa yang menginginkan keselamatan dari gelombang ujian
dan mendapatkan petunjuk, maka arungilah gelombang itu dengan menaiki
kapal yang bernama Sunnah Nabi ﷺ. Arungilah dengan sesuatu yang telah
menyelamatkan generasi awal Islam ini. Mereka selamat dan diangkat
derajatnya karena berpegang teguh dengan petunjuk Nabi ﷺ.
Seorang tokoh tabi’ at-tabi’in, Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, mengatakan,
لَا يَسْتَقِيْمُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ إِلَّا بِالسُّنَّةِ
“Tidak akan lurus ucapan dan amalan kecuali dengan sunnah.”
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan,
مَنْ رَدَّ حَدِيْثَ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللهُ وَعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ- فَهُوَ عَلَى شَفَا هَلَكَةٍ
“Barangsiapa yang membantah hadits Rasulullah ﷺ maka dia berada di tepi jurang kebinasaan.”
Kaum muslimin,
Mari,
kita mulai di lingkungan kita. Di rumah-rumah kita atau masjid-masjid
kita. Sehabis shalat maghrib berjamaah atau waktu-waktu lainnya yang
dianggap cocok, kita mulai membacakan satu hadits setiap harinya. Agar
wahyu as-sunnah tetap memiliki tempat di hati-hati kita, di
tengah-tengah kaum muslimin. Dengan itu, mudah-mudahan Allah menurunkan
keberkahan kepada rumah kita, kampung kita, dan kepada negeri Indonesia
yang kita cintai ini.
ثَمَّ
صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى سَيِّدِ البَشَرِيَّةِ وَهَادِيِّهَا
وَسِرَاجِهَا المُنِيْرِ، فِإِنَّ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ –
قَدْ أَمَرَنَا بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ؛ حَيْثُ قَالَ: ﴿إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب:
56].
وَثَبَتَ
عَنْهُ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ
قَالَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا
عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ، وَرَفَعَ لَهُ
عَشْرَ دَرَجَاتٍ».
فَاللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَسَيِّدِنَا
وَحَبِيْبِنَا وَقُدْوَتِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَزْوَاجِهِ
وَذُرِّيَّاتِهِ الطَيِّبِيْنَ الطَاهِرِيْنَ، وَسَائِرِ صَحَابَتِهِ
الكِرَامِ الأَبْرَارِ الأَطْهَارِ، وَخُصَّ مِنْهُمْ: أَبَا بَكْرٍ
الصِدِّيْقَ، وَعُمَرَ الفَارُوْقَ، وَعُثْمَانَ ذَا النُّوْرَيْنِ،
وَعَلِيًّا أَبَا الحَسَنَيْنِ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، اَللَّهُمَّ
انْصُرْ دِيْنَكَ، وَكِتَابَكَ، وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ، وَعِبَادَكَ
الصَّالِحِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، اَللَّهُمَّ
وَفِّقْهُ وَمَنْ حَوْلَهُ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُ البِلَادِ وَالعِبَادِ،
وَاجَعَلَهُمْ مَفَاتِيْحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيْقَ لِلْشَرِّ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا، وَارْزُقْنَا
وَاجْبُرْنَا، وَارْفَعْنَا وَلَا تَضَعْنَا، وَأَكْرِمْنَا وَلَا
تُهِنَّا، وَزِدْنَا وَلَا تَنْقُصْنَا، وَأَعْطِنَا وَلَا تَحْرِمْنَا،
وَآثِرْنَا وَلَا تُؤْثِرْ عَلَيْنَا، وَانْصُرْ عَلَيْنَا وَلَا تَنْصُرْ
عَلَيْنَا، وَكُنْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ عَلَيْنَا بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com
Share Ulang:
- Hotel Ririn, Bogor
- from= from=https://khotbahjumat.com/4357-wahyu-yang-terlupakan.html