Bagi saya pribadi semua kajian itu baik, selama yang diajarkan adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Beberapa
waktu lalu kami pernah mendiskusikan masalah diatas dengan Syaikh
Rusyaidan, tepatnya saat merancang jadwal SAFDA beliau di tanah air
pada Syawwal mendatang.
Ketika
kami memberikan opsi antara kajian tematik atau kitab beliau
mengatakan, “Kajian tematik itu seperti suplemen, sementara kajian
kitab seperti Makanan pokok”.
Bukankah kita lebih butuh makanan pokok ketimbang suplemen..?
Kajian tematik itu sangat bagus untuk menambah wawasan, menjawab problem ummat serta mengarahkan mereka.
Seperti bila terjadi nawaazil (masaalah-masaalah baru) atau ada penyimpangan aqidah dan akhlak yang harus diluruskan, maka disinilah kajian tematik itu memainkan perannya.
Bukankah kita lebih butuh makanan pokok ketimbang suplemen..?
Kajian tematik itu sangat bagus untuk menambah wawasan, menjawab problem ummat serta mengarahkan mereka.
Seperti bila terjadi nawaazil (masaalah-masaalah baru) atau ada penyimpangan aqidah dan akhlak yang harus diluruskan, maka disinilah kajian tematik itu memainkan perannya.
Adapun kajian kitab bertujuan untuk “takwin al-jiil” (membentuk generasi yang kuat) yang nantinya akan menjaga ummat.
Ala kulli haal.. Semua punya keunggulan dan audiensnya masing-masing.
Ala kulli haal.. Semua punya keunggulan dan audiensnya masing-masing.
Adapun
saya, saya ingin melakukan “Takwin Al-Jiil” dengan mengajarkan
kitab-kitab dasar yang bisa dijadikan pegangan. Namun bila kondisi
mengharuskan saya untuk menyampaikan kajian tematik, dimana maslahatnya
lebih dominan untuk masyarakat yang saya datangi, maka saya tidak
keberatan.
Karena yang kita inginkan adalah bagaimana agar pesan dakwah tersampaikan.”
Karena yang kita inginkan adalah bagaimana agar pesan dakwah tersampaikan.”
Sebenarnya
dalam beberapa pertemuan, beliau bersikeras untuk menjadikan semua
jadwalnya Kajian Kitab. Beliau sempat mengatakan, “Saya tidak ingin
jauh-jauh hanya hanya untuk menambah wawasan audiens saja. Saya ingin
melakukan Takwin Al-Jiil.
Tapi setelah memberikan gambaran audiens yang akan di tuju, beliau akhirnya menyetujui agar kajian tematik tetap ada disela-sela kajian kitab.
Tapi setelah memberikan gambaran audiens yang akan di tuju, beliau akhirnya menyetujui agar kajian tematik tetap ada disela-sela kajian kitab.
Kembali ke pertanyaan di atas..
Jadi, pilih mana, Tematik Atau Kitab.?
Tabligh Akbar Atau “Ashghor..?”
Jadi, pilih mana, Tematik Atau Kitab.?
Tabligh Akbar Atau “Ashghor..?”
Saya pribadi menyarankan, mari ramaikan semua majelis ilmu, baik itu kitab ataupun tematik.
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
“Barangsiapa yg menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga.”
“Siapa yang melewati taman surga, maka singgahlah”
Kedua hadits diatas bersifat umum, tidak membedakan antara Tematik dan Kitab, antara tabligh Akbar dan “Ashghar”, antara Ust. kibar atau Shighor, antara lulusan Madinah atau bukan.
Intinya semua taman surga, semua majelis yang mengajarkan ilmu.
“Barangsiapa yg menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga.”
“Siapa yang melewati taman surga, maka singgahlah”
Kedua hadits diatas bersifat umum, tidak membedakan antara Tematik dan Kitab, antara tabligh Akbar dan “Ashghar”, antara Ust. kibar atau Shighor, antara lulusan Madinah atau bukan.
Intinya semua taman surga, semua majelis yang mengajarkan ilmu.
Karena terkadang kita menemukan di sungai kecil apa yang tak kita temukan dilautan luas.
_________
Madinah 17-05-1437 H
ACT El-Gharantaly, حفظه الله تعالى
Madinah 17-05-1437 H
ACT El-Gharantaly, حفظه الله تعالى