Islam
sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana
adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat
mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang
akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang
besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.
Pengaruh Teman Bagi Seseorang
Banyak
orang yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan karena
pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang
mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan
teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ
الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ
تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ،
وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ
تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak
wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan
memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya,
dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu,
dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Perintah Untuk Mencari Teman yang Baik dan Menjauhi Teman yang Jelek
Imam
Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab : Anjuran
Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk”. Imam
An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat
permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan
teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga
menunjukkan keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang
memiliki akhlak yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga
terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan
orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadits
di ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat
merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang
agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam
agama dan dunia” (Fathul Bari 4/324)
Manfaat Berteman dengan Orang yang Baik
Hadits
di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan teman yang baik akan
mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik. Kita akan menjadi
baik atau minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan
teman kita.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi rahimahullah menjelaskan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan
pertemanan dengan dua contoh (yakni penjual minyak wangi dan seorang
pandai besi). Bergaul bersama dengan teman yang shalih akan
mendatangkan banyak kebaikan, seperti penjual minyak wangi yang akan
memeberikan manfaat dengan bau harum minyak wangi. Bisa jadi dengan
diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk
bersanding dengannya, engkau akan mendapat ketenangan dari bau harum
minyak wangi tersebut. Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang
berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada
harumnya aroma minyak wangi. Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang
bermanfaat bagi dunia dan agamamu. Dia juga akan memberimu nasihat. Dia
juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka. Di juga
senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah, berbakti kepada
kedua orangtua, menyambung silaturahmi, dan bersabar dengan kekurangan
dirimu. Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan,
perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti
sahabat atau teman dekatnya dalam tabiat dan perilakunya. Keduanya
saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi
sebaliknya.
Jika
kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat
lain yang penting jika berteman dengan orang yang shalih. Minimal diri
kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat. Teman
yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan mengajak
berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan. Dia juga
akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak, dia juga
akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan doanya kepadamu, baik
ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada. Dia juga akan
membantu menghilangkan kesulitanmu karena persahabatannya denganmu dan
kecintaanya kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar, 148)
Mudharat Berteman dengan Orang yang Jelek
Sebaliknya,
bergaul dengan teman yang buruk juga ada dua kemungkinan yang
kedua-duanya buruk. Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut
memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita. Syaikh As Sa’di rahimahulah juga
menjelaskan bahwa berteman dengan teman yang buruk memberikan dampak
yang sebaliknya. Orang yang bersifat jelek dapat mendatangkan bahaya
bagi orang yang berteman dengannya, dapat mendatangkan keburukan dari
segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya. Sungguh betapa banyak
kaum yang hancur karena sebab keburukan-keburukan mereka, dan betapa
banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran,
baik mereka sadari maupun tidak. Oleh karena itu, sungguh merupakan
nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman yaitu
Allah memberinya taufik berupa teman yang baik. Sebaliknya, hukuman
bagi seorang hamba adalah Allah mengujinya dengan teman yang buruk. (Bahjatu Qulubil Abrar, 185)
Kebaikan Seseorang Bisa Dilihat Dari Temannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan
teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh
sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada
kita agar memilih teman dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Jangan Sampai Menyesal di Akhirat
Memilih
teman yang jelek akan menyebabkan rusak agama seseorang. Jangan sampai
kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek
sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam
kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :
وَيَوْمَ
يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ
الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً
خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ
الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“ Dan
ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya
berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul.
Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai
teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an
sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong
manusia” (Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.
Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.
Sifat Teman yang Baik
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :
وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا
“ Secara
umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima
sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan
orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).
Kemudian beliau menjelaskan : “Akal
merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang
bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia
malah mencelakakanmu. Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah
orang yang memahami segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik
dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang lain. Teman
yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak
orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa
nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan
orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang
yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan
engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan berteman denagn ahli
bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya. (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)
Hendaknya Orang Tua Memantau Pergaulan Anaknya
Kewajiban
bagi orang tua adalah mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam hal ini
memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah mendapat
pendidikan yang bagus dari orang tuanya, namun dirusak oleh pergaulan
yang buruk dari teman-temannya. Hendaknya orangtua memperhatikan
lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, karena setap orang tua adalah
pemimpin bagi keluarganya, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Allah Ta’ala juga berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ
شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُون
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).
Semoga Allah Ta’ala senantiasa
menjaga kita dan keluarga kita dari pengaruh teman-teman yang buruk dan
mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik. Wallahul musta’an.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
—
Penulis: Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id