Alhamdulillah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
“Dan
orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb
mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan
buta.” (QS. Al Furqon: 73)
Para
pembaca sekalian yang semoga dirahmati oleh Allah, inilah sifat orang
beriman atau ibadurrahman yang lain yang disebutkan dalam surat Al
Furqon. Mereka memiliki sifat mulia ketika mendengar ayat dan
peringatan dari Allah. Simak perkataan para ulama pakar tafsir berikut
ini.
Ibnul
Jauzi berkata, “Mereka ketika diingatkan dengan ayat-ayat Rabb
mereka, yaitu Al Qur’an, mereka tidaklah menghadapinya dalam
keadaan tuli dan buta. Maksudnya kata Ibnu Qutaibah, “Mereka
tidak lalai seperti orang tuli yang tidak mendengar dan orang buta yang
tidak melihat.” (Zaadul Masiir, 6: 110)
Ibnu
Katsir berkata, “Berbeda halnya dengan orang kafir yang ketika
diperingatkan dengan ayat Allah, mereka malah tetap dalam kekufurannya,
seakan-akan mereka tidak mendengar dan tidak melihat.”
Mujahid berkata,
لم يسمعوا : ولم يبصروا، ولم يفقهوا شيئًا.
“Mereka tidak mendengar, tidak juga melihat dan tidak memahami apa pun.”
Al Hasan Al Bashri berkata,
كم من رجل يقرؤها ويخر عليها أصم أعمى.
“Betapa
banyak orang yang membaca dan dihadapkan padanya ayat-ayat Allah, namun
ia tidak mendengar dan tidak pula melihat.”
Qotadah berkata mengenai ayat tersebut,
لم يصموا عن الحق ولم يعموا فيه، فهم -والله -قوم عقلوا عن الله وانتفعوا بما سمعوا من كتابه.
“Mereka
tidak mendengar dan tidak pula melihat kebenaran. Mereka bisa berpikir,
namun berpaling dan tidak mengambil dari kitabullah yang mereka
dengar.”
Ibnu
Katsir berkata, “Tidaklah pantas bagi orang beriman buta terhadap
peringatan Allah. Bahkan ia seharusnya mengarahkan pandangannya
terhadap perintah Allah dan ia harus yakin dengan
seyakin-yakinnya.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
10: 332)
Ayat yang kita kaji dalam surat Al Furqon saat ini semakna dengan firman Allah Ta’ala yang menjelaskan sifat orang-orang beriman.
الَّذِينَ
إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.” (QS. Al Anfal: 2).
Inilah keadaan orang
beriman yang jauh berbeda dengan keadaan orang kafir. Mereka, yaitu
orang kafir, ketika mendengar kalamullah tidaklah
membekas dan tidak mengurangi kekufuran mereka. Bahkan mereka terus
menerus berada dalam kekufuran dan pembangkangan serta terus berada
dalam kebodohan dan kesesatan.
وَإِذَا
مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ
إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ
يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ
“Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata: “Siapakah di antara kamu yang
bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” Adapun
orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka
merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At Taubah: 124-125)
Ya Allah, jadikanlah Al Qur’an sebagai penerang hati kami.
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang tidak buta dan tuli ketika mendengar peringatan dan ayat-ayat-Mu.
Ya Allah, golongkanlah kami menjadi ahli Qur’an dan selalu memperhatikannya.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
- Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
- Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, terbitan Al Maktab AIslami, cetakan ketiga, 1404 H.
@ Ummul Hamam, Riyadh KSA, 8 Robi’ul Awwal 1433 H
+++++++
Share Ulang:
- Soekarno Hatta, 11 Syawal 1440
- Sumber = https://rumaysho.com/2228-sifat-ibadurrahman-6-tidak-buta-dan-tidak-tuli-terhadap-peringatan-allah.html