Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Melanjutkan
pembahasan tentang sifat ‘ibadurrahman (hamba Allah yang
beriman), saat ini kita sampai pembahasan terakhir. Isinya adalah
mengenai balasan terbaik bagi mereka yang memiliki sifat yang mulia,
sifat hamba Allah yang beriman. Di antara sifat ‘ibadurrahman yang disebutkan dalam surat Al Furqon adalah tawadhu’ dan lemah lembut, rajin shalat malam, berlindung pada Allah dari siksa neraka, tidak boros dan tidak pelit, tidak berbuat syirik, tidak berzina, tidak membunuh, tidak menghadiri acara maksiat, selalu memenuhi panggilan Allah, serta meminta istri dan anak pada Allah sebagai penyejuk mata.
Mengenai
balasan bagi orang beriman yang disebutkan dalam surat Al Furqon
setelah menyebutkan sifat-sifat mulia ‘ibadurrahman terdapat pada
ayat-ayat terakhir, Allah Ta’ala berfirman,
أُولَئِكَ
يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً
وَسَلَامًا (75) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76)
“Mereka
itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga)
karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan
ucapan selamat di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Surga itu
sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman” (QS. Al Furqon: 75-76)
Balasan
di atas berisi kenikmatan-kenikmatan di surga yang akan
‘ibadurrahman peroleh. Itulah balasan bagi mereka yang beriman
dan memiliki sifat-sifat mulia berupa amalan dan perkataan yang mulia.
Balasan tersebut adalah:
Pertama: Ghurfah,
yaitu surga. Abu Ja’far Al Baqir, Sa’id bin Jubair, Adh
Dhohak, dan As Sudi berkata bahwa surga dinamakan dengan ghurfah yang
asalnya bermakna loteng (yang tinggi) karena ketinggian surga tersebut.
Kedua: Karena kesabaran mereka menjalani sifat-sifat tersebut, mereka mendapatkan tahiyyah dan salam dari
para malaikat. Maksudnya, mereka mendapatkan penghormatan dan
pemuliaan. Malaikat akan menemui mereka dari segala pintu di surga dan
mereka pun berkata ‘salamun ‘alaikum bima shobartum’
(salam bagi kalian karena kesabaran kalian). Sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah Ta’ala,
وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ , سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Sedang
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu,
(sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima
shobartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ro’du: 24)
Ketiga: Mereka kekal di dalam surga, tidak akan mati, tidak akan binasa dan penghuni surga tidak ingin keluar dari kenikmatan di dalamnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا
الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ
السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ
مَجْذُوذٍ
“Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka
kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Rabbmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya” (QS. Hud: 108).
Inilah
keyakinan yang benar pada akhirat dan surga, bahwa surga itu kekal.
Sebagaimana didukung dalam ayat dan hadits. Di antara hadits yang
menyebutkan hal ini,
إِذَا
دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، وَ أَهْلُ النَّارِ النَّارَ ،
ثُمَّ يَقُومُ مُؤَذِّنٌ بَيْنَهُمْ يَا أَهْلَ النَّارِ لاَ مَوْتَ ،
وَيَا أَهْلَ الْجَنَّةِ لاَ مَوْتَ ، خُلُودٌ
“Jika
penduduk surga telah memasuki surga dan penduduk neraka telah memasuki
neraka, kemudian seseorang akan meneriaki di antara mereka,
“Wahai penduduk neraka, tidak ada lagi kematian untuk kalian.
Wahai penduduk surga, tidak ada lagi kematian untuk kalian. Kalian akan
kekal di dalamnya.” (HR. Bukhari no. 6544 dan Muslim no. 2850)
Ibnu Jarir Ath Thobari berkata mengenai ayat dari surat Hud di atas,
خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi”, Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan,
“Orang Arab biasanya jika ingin mensifatkan sesuatu itu kekal
selamanya, maka mereka akan mengungkapkan dengan,
هذا دائم دوام السموات والأرض
“Ini
kekal selama langit dan bumi ada.” Namun maksud ungkapan
ini adalah kekal selamanya. (Tafsir Ath Thobari, 12: 578)
Selain membawakan perkataan Ibnu Jarir Ath Thobari, Ibnu Katsir membawakan penafsiran lain. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Boleh jadi dipahami bahwa maksud ayat “selama langit dan
bumi itu ada” adalah jenis langit dan bumi (maksudnya: langit dan
bumi yang beda dengan saat ini, pen). Karena sudah pasti alam akhirat
juga ada langit dan bumi (namun berbeda dengan saat ini, pen). Buktinya
adalah firman Allah Ta’ala,
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (QS. Ibrahim: 48). Oleh karena itu, Al Hasan Al Bashri menjelaskan mengenai firman Allah,
خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi”,
maksudnya adalah Allah mengganti langit berbeda dengan langit yang ada
saat ini. Begitu pula Allah mengganti bumi berbeda dengan bumi yang ada
saat ini. Langit dan bumi (yang berbeda dengan saat ini tadi, pen) pun
akan terus ada.”
Ibnu
Abi Hatim mengatakan bahwa Sufyan bin Husain menyebutkan dari Al Hakam,
dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas, beliau mengatakan mengenai firman
Allah (yang artinya), “Mereka kekal di dalamnya selama ada langit
dan bumi,” yaitu setiap surga itu memiliki langit dan bumi.
‘Abdurrahman
bin Zaid bin Aslam menafsirkan, “Yaitu selama bumi itu menjadi
bumi (yang berbeda dengan saat ini, pen) dan langit menjadi langit
(yang berbeda dengan saat ini, pen).” –
Demikian penjelasan
Ibnu Katsir rahimahullah mengenai surat Huud ayat 107. (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 7: 472). Sehingga yang berpahaman bahwa
‘Ternyata Akhirat Tidak Kekal’ sungguh ia benar-benar
keliru karena hanya berlandaskan pada logika yang dangkal. Dan hal ini
sudah disanggah lebih jelas di rumaysho.com: Menyanggah Buku ‘Ternyata Akhirat Tidak Kekal’.
Keempat: Mendapat tempat kediaman terbaik, yaitu tempat tinggal yang menyenangkan dan menyejukkan pandangan.
Masya
Allah … Inilah balasan terbaik bagi mereka ‘ibadurrahman.
Sudah barang tentu setiap muslim menginginkannya. Lakukanlah sebab
dengan beramal, sehingga kita pun mendapat rahmat Allah, dengan
rahmat-Nya kita akan mudah memasuki surga dengan penuh kenikmatan.
Sebaliknya,
balasan bagi orang yang kufur dan enggan beribadah pada Allah, lawan
dari hamba Allah yang beriman disebutkan dalam ayat terakhir dari surat
Al Furqon,
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
“Katakanlah
(kepada orang-orang musyrik): “Rabbku tidak mengindahkan kamu,
melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat
kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu
kelak (azab) pasti (menimpamu)” (QS. Al Furqon: 77). Kata ‘lizama’
menunjukkan akan kehancuran, azab dan kebinasaan yang akan menimpa
orang-orang kafir.
Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian.
Panjatkan selalu do’a berikut ini agar kita dimudahkan jalan ke surga dan dijauhkan dari neraka.
اللَّهُمَّ
إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ
عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِى
خَيْرًا
Allahumma
inni as-alukal jannah wa maa qorroba ilaihaa min qoulin aw ‘amal,
wa a’udzu bika minan naari wa maa qorroba ilaihaa min qoulin aw
‘amal, wa as-aluka an-taj’ala kulla qodho-in qodhoitahu lii
khoiroo [Ya Allah aku meminta kepada-Mu surga
dan segala perkataan atau perbuatan yang mendekatkanku kepada surga.
Aku pun meminta perlindungan-Mu dari neraka dan segala hal yang
mendekatkan padanya. Aku memohon pula pada-Mu agar Engkau menjadikan
setiap yang Engkau takdirkan bagiku adalah baik] (HR. Ibnu Majah no.
3846 dan Ahmad 1: 172. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
- Tafsir Ath Thobari (Jaami’ Al Bayan ‘an Ta’wilil Ayil Qur’an), Ibnu Jarir Ath Thobari, Dar Hijr.
- Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah.
@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 20 Rabi’ul Awwal 1433 H di pagi hari penuh barokah
++++++Share Ulang:
- Soekarno Hatta, 11 Syawal 1440
- Sumber : https://rumaysho.com/2252-sifat-ibadurrahman-8-akhir-yang-mulia-bagi-ibadurrahman.html