Dikatakan, ini adalah sunnah yang dibuat-buat oleh Al-Albaaniyrahimahullah yang baru hidup di abad 14 H. Ini jelas tidak benar. Insya Allah, berikut akan dijelaskan secara ringkas tentang sunnah dalam shalat berjama’ah ini.
Al-Bukhaariy rahimahullah membuat bab:
بَاب إِلْزَاقِ الْمَنْكِبِ بِالْمَنْكِبِ وَالْقَدَمِ بِالْقَدَمِ فِي الصَّفِّ
وَقَالَ النُّعْمَانُ بْنُ بَشِيرٍ رَأَيْتُ الرَّجُلَ مِنَّا يُلْزِقُ كَعْبَهُ بِكَعْبِ صَاحِبِهِ
حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي
وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ
بِقَدَمِهِ
“Bab : Menempelkan pundak dengan pundak, kaki dengan kaki dalam shaff.
An-Nu’maan bin Basyiir berkata : Aku melihat seorang laki-laki dari kami menempelkan bahunya dengan bahu rekannya.
Telah
menceritakan kepada kami ‘Amru bin Khaalid, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Zuhair, dari Humaid, dari Anas bin Maalik,
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tegakkanlah shaff-shaff kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku”.
Ada seorang diantara kami yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya
dan telapak kakinya dengan telapak kaki temannya [Shahiih Al-Bukhaariy, 1/238].
Hadits An-Nu’man bin Basyiir dibawakan Al-Bukhaariy secara mu’allaq dan disambungkan sanadnya oleh Abu Daawud:
عَنْ
أَبِي الْقَاسِمِ الْجُدَلِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ
بَشِير، يَقُولُ: أَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ، فَقَالَ: " أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ
ثَلَاثًا، وَاللَّهِ لَتُقِيمُنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ
اللَّهُ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ "، قَالَ: فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ يَلْزَقُ
مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَرُكْبَتَهُ بِرُكْبَةِ صَاحِبِهِ
وَكَعْبَهُ بِكَعْبِهِ
Dari Abul-Qaasim Al-Judaliy, ia berkata : Aku mendengar An-Nu’maan bin Basyiir berkata : Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menghadap ke arah jama’ah shalat dan bersabda : “Tegakkanlah
shaff-shaff kalian, tegakkanlah shaff-shaff kalian, tegakkanlah
shaff-shaff kalian. Demi Allah, kalian tegakkan shaff-shaff
kalian atau Allah akan mencerai-beraikan hati-hati kalian”.
An-Nu’man berkata : “Maka aku menyaksikan seorang laki-laki
menempelkan bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut
temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 662; shahih].
Perkataan Al-Bukhaariy rahimahullah di atas menunjukkan fiqh (pemahaman) beliau terhadap hadits tersebut, yaitu cara menegakkan shaff adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan kaki dengan kaki. Sama seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Hajarrahimahullah:
قوله : ( باب إلزاق المنكب بالمنكب والقدم بالقدم في الصف ) المراد بذلك المبالغة في تعديل الصف وسد خلله
“Dan perkataan Al-Bukhaariy : Bab Menempelkan Pundak dengan Pundak dan Kaki dengan Kaki dalam Shaff; maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam meluruskan shaff dan menutup celah” [Fathul-Baariy, 2/211].
Yaitu : cara berlebih-lebihan dalam meluruskan dan menutup celah dalam shaff adalah
dengan menempelkan pundak dengan pundak dan kaki dengan kaki. Jika
tidak menempel, tentu akan ada celah sebagaimana hal itu telah ma’ruuf.
Dalam riwayat Abu Ya’laa ada tambahan dari perkataan Anas:
وَلَوْ ذَهَبْتَ تَفْعَلُ ذَلِكَ الْيَوْمَ لَتَرَى أَحَدَهُمْ كَأَنَّهُ بَغْلٌ شَمُوسٌ
“Dan
seandainya engkau melakukan yang demikian itu pada hari ini, sungguh
engkau akan melihat salah satu dari mereka seperti bighal yang
melawan” [Musnad Abi Ya’laano. 3720].
Perkataan Anas radliyallaahu ‘anhu ini
merupakan pembenaran terhadap apa yang dilakukan oleh salah seorang
shahabat yang menempelkan pundaknya dengan pundak temannya dan kakinya
dengan kaki temannya. Selain itu juga perkataan Anas tersebut
menunjukkan perbuatan tersebut adalah sesuatu yang lazim dilakukan di
jaman Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam dan kemudian banyak ditinggalkan oleh orang-orang sepeninggal beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
عَنْ
بُشَيْرِ بْنِ يَسَارٍ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ
قَدِمَ الْمَدِينَةَ، فَقِيلَ لَهُ: مَا أَنْكَرْتَ مِنَّا مُنْذُ يَوْمِ
عَهِدْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا
أَنْكَرْتُ شَيْئًا، إِلَّا أَنَّكُمْ لَا تُقِيمُونَ الصُّفُوفَ
Dari
Busyair bin Yasaar Al-Anshaariy, dari Anas bin Maalik, bahwasannya ia
datang ke Madinah, lalu dikatakan kepadanya : "Apakah ada sesuatu yang
engkau ingkari dari kami sejak engkau hidup bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam?".
Anas bin Maalik menjawab : "Tidak ada sesuatu yang aku ingkari, kecuali
kalian tidak meluruskan shaff-shaff” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 724].
Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari lebih lanjut hadits Anas yang awal dengan perkataannya:
وَأَفَادَ
هَذَا التَّصْرِيحُ أَنَّ الْفِعْلَ الْمَذْكُورَ كَانَ فِي زَمَنِ
اَلنَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ، وَبِهَذَا يَتِمُّ
الِاحْتِجَاجُ بِهِ عَلَى بَيَان الْمُرَاد بِإِقَامَةِ الصَّفِّ
وَتَسْوِيَتِهِ ، وَزَادَ مَعْمَرٌ فِي رِوَايَتِهِ " وَلَوْ فَعَلْت
ذَلِكَ بِأَحَدِهِمْ الْيَوْمَ لَنَفَرَ كَأَنَّهُ بَغْل شُمُوس "
“Hadits
ini memberikan faidah bahwa perbuatan yang disebutkan dalam hadits
(yaitu perbuatan shahabat yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya
dan kakinya dengan kaki temannya) berlangsung di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dan dengan hadits tersebut sempurnalah hujjah untuk menjelaskan
maksud meluruskan dan merapatkan shaff. Ma’mar menambahkan dalam
riwayatnya : ‘Dan seandainya engkau melakukannya dengan salah
seorang diantara mereka pada hari ini, niscaya ia akan lari seperti
bighal yang melawan” [Fathul-Baariy, 2/211].
Syamsul-Haqq Al-‘Aadhiim Aabaadiy rahimahullah berkata:
قَالَ
فِي التَّعْلِيق الْمُغْنِي : فَهَذِهِ الْأَحَادِيث فِيهَا دَلَالَة
وَاضِحَة عَلَى اِهْتِمَام تَسْوِيَة الصُّفُوف وَأَنَّهَا مِنْ إِتْمَام
الصَّلَاة ، وَعَلَى أَنَّهُ لَا يَتَأَخَّر بَعْض عَلَى بَعْض وَلَا
يَتَقَدَّم بَعْضه عَلَى بَعْض ، وَعَلَى أَنَّهُ يُلْزِق مَنْكِبه
بِمَنْكِبِ صَاحِبه وَقَدَمه بِقَدَمِهِ وَرُكْبَته بِرُكْبَتِهِ ، لَكِنْ
الْيَوْم تُرِكَتْ هَذِهِ السُّنَّة ، وَلَوْ فُعِلَتْ الْيَوْم لَنَفَرَ
النَّاس كَالْحُمُرِ الْوَحْشِيَّة . فَإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ
“Al-Haafidh berkata dalam At-Ta’liiq Al-Mughniy : Hadits-hadits ini terdapat petunjuk yang jelas untuk memperhatikan kelurusan shaff,
dan ia merupakan kesempurnaan shalat. Tidak boleh sebagian makmum
mundur atau maju dari yang lain. Dan hendaknya menempelkan pundaknya ke
pundak temannya dan kakinya ke kaki temannya. Akan tetapi pada hari ini
sunnah ini telah ditinggalkan. Apabila sunnah ini dilakukan pada hari
ini, niscaya orang-orang akan lari seperti keledai liar. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” [‘Aunul-Ma’buud, 2/256].
Tentu
saja, sunnah ini diamalkan tanpa berlebihan dengan berdesak-desakan
sehingga membuat sulit bergerak dalam shalat. Mudah dilakukan bagi yang mau dan terbiasa.
Kembali
ke paragraph awal, benarkah ini sunnah yang dibuat-buat oleh
Al-Albaaniy ?. Benarkah ini hanya pemahaman Al-Albaaniy dan kaum
Wahabiy semata ?
Dapatkah Anda membuat shaff yang rapat tanpa celah, dengan tanpa menempelkan bahu, kaki, atau bagian lain dari tubuh Anda ?.
Gambar
di awal adalah ilustrasi yang dibuat oleh orang yang lemah semangatnya
dalam mengamalkan sunnah. Siapakah kreatornya ?. Anda mudah untuk
menebaknya.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – senayan Jakarta – 15062015 – 11:14].
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2015/06/menempelkan-pundak-dan-kaki-dalam-shaff.html
from=http://abul-jauzaa.blogspot.fr/2015/06/menempelkan-pundak-dan-kaki-dalam-shaff.html