Islam Pedoman Hidup: 31 Kesalahan Sebelum dan Sesudah Kematian

Sabtu, 22 April 2017

31 Kesalahan Sebelum dan Sesudah Kematian


31 Kesalahan Sebelum dan Sesudah Kematian

Nama eBook: Kesalahan-Kesalahan Sebelum dan Sesudah Kematian
Penulis: Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani  رحمه الله

Pengantar:

الحمد لله رب العالمين، والعاقبة للمتقين، والصلاة والسلام على إمام المرسلين، نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد:
Telah kita sajikan secara berseri sebelumnya seputar kesalahan dalam penyelenggaran jenazah dan yang berhubungan dengannya, kali ini dalam topik yang sama kita bentangkan bersama 31 kesalahan sebelum dan sesudah kematian, diantara kesalahan tersebut ialah:

SEBELUM KEMATIAN
1. Keyakinan sebagian orang bahwa setan mendatangi orang yang hampir mati dalam sosok kedua orang tuanya dengan mengenakan pakaian Yahudi dan Nasrani, dengan memaparkan segala bentuk millah (aliran agama) untuk menyesatkan. (Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i di dalam al-Fatawa al-Hadiitsah, yang menukil dari as-Sayuthi asy-Syafi’i, mengatakan, "Tidak ada diriwayatkan.")
2.  Meletakkan mushaf di atas kepala orang yang akan meninggal.
3.  Menalkini orang yang akan mati untuk berikrar atas nama Nabi dan para imam dari Ahlul Bait. (Lihat Miftahul-Karamah dari kitab-kitab Syi'ah 1/408)
4.  Membacakan surat Yasin di hadapan orang yang akan mati. (Lihat masalah ke-15.)
5.  Menghadapkan orang yang akan mati ke arah kiblat. (Diingkari oleh Said ibnul Musayyab, seperti dijelaskan dalam al-Muhalla V/174, Imam Malik dalam al-Madhhal III/229-230, dan tidak satu pun hadits sahih yang menjadi pijakan dalam masalah ini.)

SESUDAH KEMATIAN
6.  Pernyataan orang Syi'ah bahwa Bani Adam menjadi najis karena kematiannya, kecuali orang yang maksum, orang yang mati syahid, dan orang yang wajib dibunuh lalu ia mandi sebelum dibunuh, kemudian mati karena sebab itu. (Lihat masalah ke-31)
7.  Mengeluarkan (menjauhkan) orang yang sedang haid, nifas, dan yang dalam keadaan junub dari orang yang akan meninggal.
8.  Meninggalkan pekerjaan hingga tujuh hari bagi orang yang menghadiri keluarnya roh dari orang yang menjelang mati.
9.  Keyakinan sebagian orang bahwa roh orang akan mati gentayangan di sekitar tempat kematiannya.
10.  Membiarkan lilin terus menyala di sekitar mayat sejak kematiannya hingga pagi harinya. (Al-Madkhal III/26)
11.  Meletakkan dahan pohon yang hijau di kamar tempat orang meninggal.
12.  Membaca Al-Qur'an di sisi mayat hingga dimandikan.
13.  Memotong kuku sang mayat dan mencukur rambut di sekitar kemaluannya. (Al-Mudawwanah karya Imam Malik 1/180 dan al-Madkhal III/240)
14.  Menyumbat dubur, tenggorokan, dan hidung mayat dengan kapas. (Ibid.)
15.  Menabur tanah pada kedua kelopak matanya, sambil mengucap, "Tidak akan memenuhi kedua mata anak Adam kecuali tanah." (al-Madkhal I/261)
16.  Keluarga sang mayat tidak makan hingga mayat selesai dikubur. (Ibid. hlm. 176)
17.  Menangisi mayat pada waktu makan siang dan makan malam.
18.  Merobek baju meratap kematian ayah dan saudara laki-lakinya. (Lihat masalah ke-22)
19.  Berbelasungkawa selama setahun penuh, kaum wanitanya tidak memakai daun pacar (penghias kuku), tidak pula berhias serta tidak memakai pakaian yang bagus-bagus. Usai setahun penuh, mereka menunaikan janjinya dengan bertato yang dilarang oleh syariat. Hal demikian dilakukan pula oleh wanita lainnya yang ikut berbela-sungkawa. Perbuatan ini mereka namakan "melepas kesedihan". (Al-Madkhal III/277)
20. Sebagian kaum laki-laki memanjangkan jenggotnya sebagai tanda kesedihan (berkabung). Memanjangkan jenggot memang wajib bagi laki-laki demi mengikuti perintah Rasulullah bukan karena berkabung dan keyakinan-keyakinan lainnya yang tidak dijelaskan oleh syariat. Ibnu Majjah (Lihat, masalah ke-22)
21.  Membalik permadani dan sajadah, menutupi kaca dan cermin-cermin.
22.  Tidak menggunakan air yang ada di rumah, termasuk yang ada di gentong. Mereka menganggap air itu najis, dengan alasan roh orang yang mati ketika keluar dari badan mencelupkan diri ke dalamnya. (Al-Madkhal)
23.  Apabila salah seorang di antara mereka bersin saat makan, yang lain mengatakan kepadanya, "Sapalah si Fulan atau Fulanah dari orang yang disukainya di antara orang yang masih hidup," dengan alasan agar tidak menyusul yang mati.
24.  Tidak makan mulukhiyyah (sejenis bayam) dan ikan selama masa berkabung.
25.  Tidak makan daging dan segala yang dipanggang dan dibakar.
26.  Pernyataan orang-orang sufi bahwa siapa saja yang menangisi orang yang mati berarti telah keluar dari jalan ahli makrifat. (Lihat Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi, hlm. 340-342. Lihat pula masalah ke-18.)
27.  Membiarkan pakaian orang yang sudah mati sampai tiga hari tidak dicuci, dengan keyakinan bahwa hal itu dapat mencegah azab kubur. (Al-Madkhal III/276)
28.  Pernyataan sebagian orang bahwa siapa saja yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat berarti azab kuburnya hanya satu jam saja, dan terputus azabnya hingga datang hari kiamat. (Dikisahkan oleh Syekh Ali al-Qari' di dalam kitab Syarhul Fiqhil Akbar sambil disanggahnya. Lihat masalah ke-25.)
29.  Ucapan sebagian orang bahwa orang mukmin yang berbuat maksiat terputus dari azab kubur pada hari Jumat dan malam Jumat, dan tidak kembali hingga hari kiamat.
30.  Mengumumkan kematian seseorang di seluruh mimbar dan menara-menara. (Al-Madkhal III/245-246 dan lihat pula masalah ke-22)
31.  Ucapan orang yang menyampaikan berita kematian, "Bacalah surat al-Fatihah untuk rohnya si Fulan." (Lihat masalah ke-24)