[1]- Sumber berita -semacam ini- yang pertama adalah: DARI SETAN; karena setan ingin
menakut-nakuti kaum muslimin dengan melalui perantaraan teman-teman setianya.
Allah -Ta’aalaa- berfirman:
إِنَّمَا
ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman
setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 175)
[2]- Sumber berita yang kedua: DARI ORANG-ORANG KAFIR itu sendiri; yang memang
ingin menakut-nakuti kaum muslimin.
Allah -Ta’aalaa- berfirman:
الَّذِينَ
قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ
إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang ketika
ada orang-orang yang mengatakan kepada mereka: “Orang-orang (Quraisy) telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu; karena itu takutlah kepada mereka”, ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka
menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan
Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.” (QS. Ali ‘Imran: 173)
[3]- Atau -berita semacam ini- berasal DARI ORANG FASIK; sehingga
harus diteliti kebenarannya.
Allah -Ta’aalaa- berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا…
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita; maka telitilah kebenarannya…” (QS. Al-Hujuraat:
6)
[4]- Adapun bagi seorang muslim; maka TIDAK BOLEH MENAKUT-NAKUTI MUSLIM YANG LAINNYA.
Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
لَا
يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا
“Tidak halal bagi seorang muslim untuk
menakut-nakuti muslim yang lainnya.” (HR. Abu Dawud, dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
[5]- Dan bagi muslim yang ditakut-takuti; maka hendaknya hal itu justru semakin menambah
imannya; karena Allah berfirman:
الَّذِينَ
قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ
إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang ketika
ada orang-orang yang mengatakan kepada mereka: “Orang-orang (Quraisy) telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu; karena itu takutlah kepada mereka”,
TERNYATA (UCAPAN) ITU MENAMBAH (KUAT) IMAN MEREKA dan mereka menjawab:
“Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung”.” (QS. Ali ‘Imran: 173)
[6]- Kembalilah kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah, bukan kepada internet, televisi, HP, dan yang
semisalnya.
Apa yang Allah firmankan: itulah yang benar.
Apa yang Nabi sabdakan: itulah yang benar.
Bukan: apa yang berita katakan!!!
[7]- Dan KALAUPUN BENAR bahwa orang-orang kafir telah membuat
makar bagi kaum muslimin; MAKA SUNGGUH ALLAH TELAH
MENGABARKAN BAHWA MAKAR MEREKA TIDAK BERBAHAYA SELAMA KITA BERSABAR DAN
BERTAQWA.
Allah -‘Azza Wa Jalla- berfirman:
…وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ
إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“…Jika kamu bersabar dan bertakwa; niscaya tipu daya mereka tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu sedikitpun. Sungguh, Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”
(QS. Ali ‘Imran: 120)
[8]- Sabar (1) dalam menjalankan keta’atan, (2) dalam menjauhi
kemaksiatan, dan (3) dalam menerima takdir yang tidak mengenakkan.
[9]- Bertaqwa dengan: (1)melaksanakan perintah Allah dan (2)
menjauhi apa yang Dia larang; yang hal ini tentu disyaratkan padanya: Ikhlas
(kepada Allah) & Ittibaa’ (mengikuti Rasul), dan kedua hal ini bisa
didapatkan dengan ILMU.
[10]- PERINTAH ALLAH YANG TERBESAR ADALAH TAUHID DAN LARANGAN TERBESAR
ADALAH SYIRIK.
Sehingga kita harus kembali mempelajari Tauhid, mempelajari
tentang makna:
لَا
إله إلا الله
مُحَمَّد رَسُوْلُ الله
مُحَمَّد رَسُوْلُ الله
Tentang hakikat “Laa Ilaaha Illallaah”, maknanya, rukun, syarat,
dan konsekuensinya.
Karena masih banyak kaum muslimin yang belum mengetahuinya: baik orang awam, atau para penuntut ilmu, bahkan sebagian
ustadznya; belum mengetahui hal-hal ini. Allaahul Musta’aan.
________
-ditulis oleh: Ahmad Hendrix, berdasarkan jawaban Fadhilatul
Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah- atas sebuah pertanyaan-
Sumber :
https://www.facebook.com/ahmadhendrix.eskanto/posts/379983879009161