Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah penafsiran ayat :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah penafsiran ayat :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu
akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk” [Al-Ma’idah/5 : 105]
Dan bagaimana pendapat Syaikh tentang ini ?
Jawaban.
Perkataan
kami tentang (ayat) tersebut adalah seperti yang dikatakan Allah
Subhanahu wa Ta’ala; bahwa sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk
memperbaiki diri-diri kita, dan agar kita menjaga keshalihan kita, dan
jika tersesat siapapun yang tersesat dari kalangan manusia maka hal itu
tidaklah mendatangkan mudharat, sebagaimana yang dikatakan Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
فَذَكِّرْ
إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ ﴿٢١﴾ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ ﴿٢٢﴾
إِلَّا مَنْ تَوَلَّىٰ وَكَفَرَ ﴿٢٣﴾ فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ
الْأَكْبَرَ
“Maka
berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang
memberi peringatan maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu
hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang
berkuasa atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah
akan mengadzabnya dengan adzab yang besar” [Al-Ghasyiyah/ : 21-24]
Seorang
insan jika ia mendapatkan petunjuk maka orang yang durhaka tidaklah
akan mencelakainya, namun jika manusia tidak mengubah kemungkaran maka
dikhawatirkan Allah akan meratakan adzab dariNya kepada mereka,
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan
peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaanNya” [Al-Anfal/8 : 25]
Mereka
para pelaku maksiat itu tidak akan mendatangkan mudharat kepada anda
ketika di akhirat, mereka tidak dapat mengurangi (pahala)
kebaikan-kebaikan anda atau menambah dosa-dosa anda. Kecuali jika anda
telah melalaikan kewajiban dakwah kepada Allah, dan amar ma’ruf serta
nahi mungkar, maka hal tersebut tentu saja akan mencelakakan anda,
mudharat itu tidak berasal dari mereka namun justru dari diri anda
sendiri.
Karena
anda belum melaksanakan kewajban hingga dapat dikatakan bahwa anda
belum mendapat petunjuk, karena Allah mempersyaratkan dengan mengatakan.
لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
”Tidaklah (dapat) mencelakaimu orang yang tersesat apabila engkau mendapat hidayah” [Al-Ma’idah /5: 105]
Sudah
dimaklumi, bahwa orang yang meninggalkan amar ma’ruf, nahi mungkar dan
dakwah kepada Allah yang wajib itu adalah sungguh belum mendapat
petunjuk dengan sempurna.
WAJIB MENDAKWAHI ORANG TERDEKAT
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan.
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah hukum syara terhadap
dakwah kepada Allah dalam masyarakat-masyarakat luar, baik itu
masyarakat arab ataupun masyarakat lainnya dari Negara-negara asing,
karena sesungguhnya banyak dari kalangan du’at yang memusatkan terhadap
hal ini dengan penuh semangat ?
Jawaban.
Menurut
pendapat saya, seseorang hendaknya mendakwahi orang yang terdekat,
karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala pertama sekali mengutus
RasulNya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dengan) firmanNya.
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” [Asy-Syu’ara : 214]
Maka
apabila di dalam negerinya terdapat kesempatan untuk berdakwah dan
memperbaiki manusia, maka tidak seyogyanya ia keluar ke negeri lain,
walaupun bertentangan dengan mereka. Dan jika tidak terdapat
(kesempatan untuk berdakwah) seperti jika negerinya telah sesuai dengan
sisi yang diharapkan maka sesungguhnya ia dapat pindah ke (tempat) yang
kedua, lalu yang ketiga, dan demikianlah (seterusnya). Oleh karena itu
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada NabiNya.
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”
Ia berfirman kepada kaum mukminin secara umum.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً
“Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar
kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu” [At-Taubah/9 : 123]
Adapun
pergi ke Amerika atau ke Rusia atau ke (negeri yang) lainnya untuk
berdakwah sementara negerinya membutuhkan maka ini tidak termasuk sikap
hikmah.
(Yang
sesuai dengan) hikmah adalah jika seseorang memperbaiki negerinya
sebelum yang lain, bahkan keluarganya terlebih dahulu, kemudian orang
lain secara bertahap dari yang terdekat berdasarkan prioritas, dengan
mengikuti bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada NabiNya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[Disalin
dari kitab Ash-Shahwah Al-Islamiyah Dhawabith wa Taujihat, edisi
Indonesia Panduan Kebangkitan Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin, terbitan Darul Haq]
Share Ulang:
- Nganjuk, Jawa Timur
- from= https://almanhaj.or.id/1185-kita-wajib-memperbaiki-diri-kita-sendiri-terlebih-dahulu-wajib-mendakwahi-orang-terdekat.html