Malam ini saya baru menyadari satu hal yang penting dalam
peran kita sebagai ibu. Belajar sabar dan lembut . Iya, jadi ibu itu ternyata banyak sekali
saat-saat untuk belajar sabar dan dengan sabar, kelembutan itu lebih mudah
dijalankan .
Bagaimana
tidak belajar sabar?
Ketika kita
sedang ingin asyik makan, ternyata buah hati ingin pup.
Ketika rumah
baru selesai di pel, ternyata buah hati menumpahkan minuman/makanan.
Ketika ingin
khusyuk sholat, ternyata buah hati pipis di celana.
Ketika baru
hendak membaca Al-Qur’an,
buah hati minta ASI (alias nenen).
Ketika baru
merebahkan badan, buah hati minta dicebokin.
Ketika
makanan telah terhidang, buah hati tak mau membuka mulutnya.
Ketika….ketika…ketika…
Saat-saat
mengajarkan mereka duduk, merangkak, berjalan, makan dan minum lalu berbicara
Saat-saat
mengajarkan mereka mengenal Allah dan Rasul-Nya, mengenal agama Islam
Saat-saat
mengenalkan mereka dengan surga dan neraka
Saat-saat
mendidik mereka dengan adab-adab Islam
Saat-saat…saat-saat…
Sayang sekali jika kemudian ternyata yang terjadi kita
-secara tidak sadar- lebih banyak melatih diri untuk menjadi orang yang tidak
sabar, pemarah (bahkan kepada sosok tidak berdaya yang memerlukan teladan dari
sang ibu). Baru beberapa tahun memiliki anak, saya belajar beberapa hal yang
dapat membantu kita untuk menjadi ibu yang lebih sabar dan lembut.
1.
Berdoa, tentu saja ini penting. Saat ini saya
minta kepada anak-anak agar juga ikut berdoa agar saya dan juga anak-anak
menjadi orang yang lembut dan sabar.
2.
Kenali kondisi fisik ibu.
·
Hindari lapar berlebihan. Seringkali lapar
membuat seseorang lebih mudah emosi. Di sisi lain, seringkali pula seorang ibu
dengan berbagai kesibukannya menunda atau tidak sempat untuk mengisi perut.
Saat sudah merasakan gejala lapar berlebihan, hentikan semua aktifitas sesibuk
apapun ibu. Duduk sejenak untuk mengisi perut lebih baik daripada buah hati
terkena efek lapar berlebihan ini.
·
Hindari kantuk berlebihan. Kita sendiri tahu,
bahwa anak yang mengantuk sering rewel dan seperti bingung ingin melakukan apa.
Ternyata orang dewasa juga seperti ini disadari atau tidak. Saat kantuk ini
menyerang, karena anak-anak masih kecil, biasanya saya mengajak anak-anak ke
kamar dan menyediakan mainan. Saya katakan kepada mereka, “Ummi ngantuk. Ummi istirahat sebentar
ya insyaAllah.” Saat
bangun, jangan lupa ucapkan terima kasih karena mereka telah membiarkan kita
tidur sejenak.
·
Hindari dehidrasi. Saya khususkan hal ini,
karena banyak juga orang yang lupa untuk minum. Padahal otak sangat membutuhkan
cairan. Saat beberapa poin bukan sebagai pemicu emosi, maka kemungkinan
terbesar kita sedang kekurangan cairan.
3.
Kenali kondisi fisik anak. Sama seperti
poin-poin pada kondisi fisik ibu. Perhatikan kondisi fisik anak. Terkadang anak
melakukan tingkah laku tertentu yang memancing emosi karena faktor-faktor di
atas. Kalo untuk Ziyad, biasanya terutama karena dehidrasi. Makanya biasanya
saya akan langsung bertanya, “Sudah
minum belum?” :D
Dengan kesabaran, saat menghadapi situasi-situasi yang bisa
memancing emosi, ibu bisa memberikan reaksi “biasa saja”
yang tidak membuat sedih anak dan merasa tidak disayangi.
Dengan kesabaran, ibu bisa memberikan nasehat dan kata-kata bijak saat
anak melakukan
hal yang kurang tepat dan bukan memberikan kata-kata tak sedap kepada anak. Dan bukankah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah memberikan contoh bahwa dengan kelembutan,
dakwah akan lebih mudah diterima. Semoga ini pula yang terjadi dengan
kelembutan kita, maka semoga kita mendapatkan hasil yang baik, yaitu anak yang
sholih/sholihah. Aamiin.
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّمَا
الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، وَمَنْ يَتَحَرَّ
الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ» رواه الطبراني في الاوسط (
2663 ) وحسنه الألباني .
“Sesungguhnya
ilmu itu dengan belajar, sesungguhnya sifat hilm (lemah lembut) dengan belajar
berlemah lembut, barangsiapa yang mencari kebaikan, maka akan diberikan. Dan
barangsiapa menjaga kejelekan, maka dia akan dilindungi.’ ” (HR.
Thabrani di ‘Al-Ausath,
2663 dan dihasankan oleh Al-Albany)
Catatan penutup, jangan menganggap dengan saya menulis ini,
saya telah menjadi ibu paling sabar dan lembut sedunia hehe…Saya juga masih belajar dan berusaha.
Dan semoga Allah menjadikan kita sebagai ibu yang penyabar dan lembut ya bu ibu…Aamiin.
cizkah